1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bantuan Jerman Selama Tsunami 2004

Hendra Pasuhuk24 Desember 2014

Sepuluh tahun setelah bencana tsunami di Aceh, lembaga bantuan Jerman menarik neraca. Pemerintah dan masyarakat Jerman mengucurkan bantuan seluruhnya senilai lebih 1,1 milar Euro.

https://p.dw.com/p/1E9BO
Wiederaufbau Tsunami 2012
Foto: Uzair

Setelah tsunami menimbulkan kerusakan besar di Aceh, Thailand, India dan Sri Lanka, warga Jerman mengumpulkan sumbangan dana senilai 670 juta Euro. Pemerintah Jerman mengucurkan bantuan kemanusiaan dan pembangunan kembali sampai 500 juta Euro. Organisasi bantuan bekerjasama dengan mitra-mitra lokal dan banyak belajar tentang prosedur penanganan bencana.

Bencana pada Natal 2004 memang menarik simpati yang luas dari seluruh dunia. Terutama karena masyarakat Barat kaget, suasana damai menjelang pertukaran tahun diguncang tragedi besar. Selain itu, laporan-laporan media yang datang dari kawasan bencana memperlihatkan kerusakan yang sulit dibayangkan.

"Dengan sumbangan yang masuk, kami akhirnya bisa membantu warga di daerah tsunami secara kontinyu. Untuk bantuan darurat, bantuan kemanusiaan dan pembangunan kembali, ada sekitar 147 proyek yang terlaksana, terutama di Indonesia dan Sri Lanka," kata Rudolf Seiters, Ketua Palang Merah Jerman DRK.

Kerjasama dengan organisasi lokal

DRK mengumpulkan sumbangan seluruhnya senilai 124,6 juta Euro, sedangkan Unicef Jerman menjaring dana sekitar 99 juta Euro.

"Unicef ketika itu melaksananakan bantuan darurat dan program pembangunan kembali yang terbesar di dunia. Berkat sumbangan dari Jerman, banyak anak-anak yang bisa diselamatkan dari bencana kelaparan dan penyakit. Anak-anak yang dilahirkan setelah 2004 sekarang punya sarana pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik," tutur Christian Schneider, Direktur Unicef Jerman.

Peter Neher dari lembaga bantuan Caritas menambahkan, "Bantuan yang efektif hanya bisa dilakukan oleh mereka yang mengenal baik kawasan bencana. Karena itu, proyek-proyek kami dilaksanakan melalui kerjasama dengan organisasi dan lembaga lokal, dan juga berbagai prakarsa lokal". Caritas ketika itu mengumpulkan sumbangan sampai 62,5 juta Euro.

Memperbaiki penanganan bencana

"Sayangnya, ini tidak akan menjadi bencana yang terakhir di kawasan Asia Tenggara. Indonesia ada dalam apa yang disebut Cincin Api Pasifik. Selain bahaya tsunami, masih ada ancaman perubahan iklim. Tapi, selama 10 tahun ini kami belajar banyak tentang penanganan bencana, lewat kerjasama dengan mitra-mitra lokal," kata Cornelia Füllkrug-Weitzel, Ketua lembaga bantuan Diakonie.

Wiederaufbau Tsunami 2012
Rumah Sakit Dr. Zainoel Abidin yang dibangun kembali di Banda Aceh.Foto: Uzair

Manuela Rossbach, koordinator jaringan organisasi bantuan "Aktion Deutschland Hilft" menerangkan, bencana tsunami akhirnya memaksa organisasi-organisasi bantuan menyusun spesifikasi standar operasi, yang bisa digunakan bersama-sama dalam situasi bencana.

"Sebelum bencana tsunami ini, organisasi kemanusiaan memang sudah menyadari, perlu ada spesifikasi tentang standar kerja," kata Rossbach. Misalnya tentang apa saja yang dibutuhkan segera, seperti standar air minum, tenda darurat, makanan dan pelayanan kesehatan.

Setelah tsunami 2004, berbagai organisasi sepakat menerapkan skema SPHERE, sebagai standar dalam operasi bantuan kemanusiaan. "Aktion Deutschland Hilft" merupakan gabungan dari 13 organisasi bantuan kemanusiaan, yang khusus fokus pada penanganan bencana.

Uskup Agung Jerman Kardinal Reinhard Marx mengingatkan, justru pada masa Natal, banyak warga Jerman yang tergerak memberi sumbangan untuk mengatasi penderitaan orang lain. "Inilah kabar yang baik, bahwa kita bisa memperkuat kepedulian antara sesama manusia," tandasnya.

hp/yf (dpa/kna)