1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Barat dan Rusia Bertengkar soal Serangan Kimia

18 September 2013

Rejim Suriah menyerahkan bukti kepada Rusia yang menunjukkan bahwa pelaku serangan senjata kimia adalah kelompok pemberontak. Sementara Amerika menuding Rusia mengabaikan fakta seputar kasus ini.

https://p.dw.com/p/19jt9
Foto: Reuters

“Berbagai bahan terkait telah diserahkan kepada pihak Rusia. Kami diberitahu mereka (pemerintah Suriah-red) punya bukti bahwa pemberontak terlibat dalam serangan kimia,“ demikian pernyataan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov setelah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem di Damaskus.

Ryabkov juga mengatakan bahwa Rusia kecewa dengan laporan PBB mengenai serangan senjata kimia, dan mengatakan bahwa itu dilakukan selektif dan mengabaikan episode-episode lainnya. ”Tanpa gambaran penuh… kita tidak bisa menggambarkan karakter kesimpulan apa pun selain politisasi, bias dan sepihak,“ kata dia.


Abaikan fakta


Sementara itu, Amerika Serikat menuduh Rusia mengabaikan berbagai fakta yang melingkupi  serangan senjata kimia di Suriah. Tudingan ini sekaligus memperlihatkan ketegangan antara Barat dan Moskow dalam upaya menghancurkan senjata kimia di negara yang dirundung konflik tersebut.

Rusia sejauh ini berkeras bahwa serangan di Ghouta yang terletak di pinggiran Damaskus adalah sebuah “provokasi“ yang dilakukan pihak pemberontak terhadap rejim Presiden Bashar al-Assad, dengan tujuan untuk memicu serangan militer oleh Amerika.

Sementara AS, Inggris dan Prancis berkeras bahwa serangan itu dilakukan oleh pasukan pemerintah Suriah. Ketiga pihak itu meyakini bahwa kesimpulan PBB mengenai serangan tersebut memperkuat pandangan mereka.

Dalam pertemuan dengan koleganya dari Prancis di Moskow Selasa lalu, Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa laporan PBB “hanya membuktikan bahwa senjata kimia telah digunakan, tapi tidak menyimpulkan mengenai siapa berada di balik serangan.“

Ia menyerukan agar berbagai kekuatan di dunia tidak “bermain emosi” dalam pembuatan keputusan, tapi lebih “disandarkan pada profesionalisme”.

“Jika anda melihat pada detail bukti yang disajikan – tidak bisa dibayangkan bahwa ada pihak lain selain rejim yang telah menggunakan senjata kimia,” kata Presiden Amerika Barack Obama.


Laporan PBB ubah angin diplomasi

Laporan itu kata Obama telah ”mengubah dinamika internasional“ atas kasus ini.

 Para diplomat mengatakan bahwa Prancis dan Inggris sedang mempersiapkan sebuah rancangan sanksi jika Assad tidak mematuhi rencana perlucutan senjata kimia.

Sementara Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan serangan dengan senjata kimia yang dilarang hanyalah “puncak gunung es“ dan menyerukan kekuatan besar untuk mengambil pandangan “yang lebih luas“ untuk menghentikan pertempuran.

Konflik sepanjang 30 bulan di Suriah telah menewaskan lebih dari 110,000 jiwa, demikian menurut laporan kelompok pemerhati hak asasi manusia yang juga menyebutkan bahwa perang saudara itu telah mendorong banjir pengungsi.

Tujuh juta orang kini mendesak untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan, dan 4,4 milyar dollar dibutuhkan untuk membantu mereka yang mengungsi karena kekerasan, demikian dinyatakan badan dunia PBB.

ab/ek (afp,rtr,ap)