1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Angkutan Umum Gratis Bisa Kurangi Polusi?

15 Februari 2018

Jerman berencana untuk menggratiskan transportasi umum. Tapi apakah ini merupakan langkah yang paling tepat untuk mengurangi polusi? Simak wawancara DW bersama Odet Cats, peneliti Royal Institute of Technology, Swedia.

https://p.dw.com/p/2sjXd
Deutschland Symbolbild Stau
Foto: picture alliance/dpa/D. Naupold

Di bawah tekanan dari Uni Eropa untuk mengatasi polusi mematikan di udara, pemerintah Jerman mempertimbangkan untuk menghapus tiket angkutan umum di kota-kota yang paling tercemar. Beberapa kota telah mencoba skema semacam itu, seperti kota Tallinn di Estonia. DW berbincang-bincang dengan pakar transportasi Oded Cats, yang juga menulis studi mengenai skema transportasi bebas biaya di Tallinn. Apakah benar Jerman dapat mengurangi polusi dengan meniru sistem yang diterapkan ibukota Estonia itu?

DW: Apa alasan Tallinn menerapkan transportasi bebas biaya - dan apakah itu efektif?

Oded Cats
Foto: Communication dept CiTG

Oded Cats: Tujuannya adalah untuk mempromosikan transportasi umum, mengurangi kemacetan lalulintas, dan terutama untuk meningkatkan mobilitas bagi kelompok berpenghasilan rendah dan juga pengangguran. Yang terakhir, menurut saya, bisa dianggap sudah tercapai. Sekarang terlihat, banyak orang dari kelompok berpenghasilan rendah dan pengangguran lebih sering bepergian.

Ketika bicara mengenai transportasi umum, kami melihat efek langsung, yang terbilang kecil. Tapi sekitar satu atau dua tahun setelah diperkenalkan, kita melihat efek yang lebih berkelanjutan: penggunaan angkutan umum meningkat sekitar 14 persen. Namun sebagian besar dari angka ini adalah orang-orang yang tadinya biasa berjalan. Jadi dipertanyakan apakah ini yang diinginkan?

Jika bisa naik kendaraan umum secara gratis, orang lalu memanfaatkan angkutan umum untuk jarak yang biasanya mereka tempuh dengan berjalan kaki. Sebagian besar penumpang merupakan warga kota yang biasa berjalan kaki, dan juga mereka yang sebelumnya memang pengguna angkutan umum. Hanya sebagian kecil dari angka kenaikan ini merupakan warga yang tadinya menggunakan mobil pribadi. Jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa benar-benar ada keberhasilan dalam hal mengurangi lalu lintas mobil, atau kemacetan dan emisi yang terkait dengannya.

Mengapa skema ini tidak menarik lebih banyak pemilik mobil pribadi?

Banyak kota lain juga telah bereksperimen dengan kampanye jangka pendek transportasi umum gratis. Namun bagi warga, bukanlah soal biaya perjalanan yang menjadi alasan bagi mereka untuk lebih memilih mobil daripada transportasi umum. Kami melihat bahwa pilihan mode mana yang akan digunakan jauh lebih berkaitan dengan kualitas layanan. Jadi misalnya, jika investasi ini dibuat dalam meningkatkan frekuensi daripada mengurangi biaya, maka kemungkinan besar akan mendapatkan penumpang baru.

Jadi, apa yang harus dilakukan Jerman agar pemilik mobil bisa beralih?

Tidak hanya dari Tallinn, tapi juga dari banyak tempat lain, kami memiliki sejumlah besar bukti bahwa yang paling efektif adalah dengan meningkatkan biaya penggunaan mobil - dan khususnya harga bahan bakar atau pajak kemacetan, serta juga biaya parkir. Hal-hal ini akan membuat orang akan benar-benar berpikir dua kali saat ingin menggunakan mobil, atau memiliki mobil. Ini akan memastikan bahwa pengguna mobil pribadi akan membayar untuk apa yang disebut eksternalitas - efek yang tidak diinginkan – hal-hal yang disebabkan lalu lintas mobil, yaitu polusi udara dan kemacetan. Dan ini bisa dikurangi dengan mengenakan biaya parkir, biaya kemacetan dan pajak bahan bakar. Dan ketika pengguna mobil pribadi mengetahu bahwa biaya sebenarnya dari pilihan yang mereka buat, mereka bisa membuat keputusan yang lebih tepat. Dan mereka melakukan ini karena memiliki alternatif yang sangat kompetitif dalam bentuk angkutan umum.

Apa yang bisa kita pelajari dari skema transportasi umum gratis lainnya di seluruh dunia?

Sebagian besar skema ini diterapkan di Eropa, dan juga kebanyakan di kota-kota kecil, dengan kelompok pengguna jasa angkutan umum tertentu. Beberapa kota ini melaporkan kenaikan jumlah penumpang yang luar biasa. Bila melihat data tersebut lebih cermat, kita melihat bahwa angka-angka ini sangat kecil dan ada juga peningkatan layanan secara simultan. Jadi, bukannya mengerahkan dua bus sehari, tapi bahkan sampai 10 bus. Dan kemudian dalam laporan tertulis terjadi peningkatan penumpang 100 persen. Jadi kita tidak melihat bukti adanya efek yang besar.

Ada beberapa kota, yang paling terkenal adalah Hasselt di Belgia, yang menerapkan skema ini selama bertahun-tahun. Namun karena alasan finansial kota ini akhirnya harus kembali mengenakan tarif angkutan.

Bagaimana Tallinn - kota berpenduduk setengah juta orang - mengatasi masalah biaya ini?

Di Estonia pajak lokal dipungut berdasarkan data domisili. Ada sekelompok orang yang tinggal di Tallinn yang masih terdaftar di kota-kota lain di Estonia, dan ini adalah pendapatan pajak yang hilang untuk Tallinn. Kota ini juga berupaya menarik warga untuk mendaftarkan diri di Tallinn dengan menerapkan peraturan bahwa warga yang terdaftar sebagai penduduk yang berhak menikmati fasilitas transportasi gratis. Cara ini efektif, sehingga memberikan tambahan pendapatan dari pajak untuk menutupi pendapatan yang hilang dari tiket angkutan umum.

Oded Cats adalah asisten profesor transportasi dan perencanaan di Delft University of Technology, Belanda. Ia juga peneliti paruh waktu di Royal Institute of Technology, Swedia. Penelitiannya berfokus pada masalah jaringan, operasi, kebijakan transportasi dan perilaku perjalanan. Ia juga merupakan editor asosiasi European Journal of Transport and Infrastructure Research (EJTIR), dan anggota dewan redaksi Journal of Public Transportation dan Journal of Urban Rail Transit.

Ruby Russel (yf/vlz)