1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bentrokan Berdarah di Ukraina

19 Februari 2014

Bentrokan keras terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa di Kiev sepanjang malam. Demonstran membakar barikade, sedikitnya 25 orang tewas. Uni Eropa ancam sanksi terhadap Ukraina.

https://p.dw.com/p/1BBOd
Foto: Reuters

Di pusat kota Kiev, aparat keamanan dan para demonstran terlibat bentrokan keras sepanjang malam di lapangan kemerdekaan, Maidan. Kerusuhan pecah setelah polisi mencoba membongkar barikade dan membubarkan aksi protes.

Para demonstran membakar barikade yang sebagian besar dibuat dari ban mobil bekas. Api kelihatan membubung di banyak tempat. Aparat keamanan mengerahkan meriam air untuk membubarkan massa dan menembak dengan peluru karet maupun peluru tajam. Demonstran membalas dengan menembakkan kembang api dan melemparkan bom molotov.

Menurut laporan resmi, sedikitnya 25 orang tewas. Menurut kementrian dalam negeri, sekurangnya sembilan orang polisi termasuk diantaranya. Saksi mata melaporkan, kebanyakan korban tewas menunjukkan luka tembak. Ini adalah hari paling berdarah dalam sejarah Ukraina selama 20 tahun terakhir. Situasi jadi makin kacau.

Kubu oposisi menyerukan kepada warga Ukraina untuk menyumbang darah dan ikut berjuang mempertahankan demokrasi. Pada malam hari, pimpinan oposisi Arseni Yatsenyuk dan Vitali Klitschko melakukan pertemuan dengan Yanukovych, namun tanpa hasil. Yatsenyuk dan Klitschko sebelumnya berada di Berlin untuk minta dukungan dari Jerman.

Seperti perang saudara

Presiden Ukraina Yanukovych kemudian memerintahkan aparat keamanan membubarkan demonstrasi. Ia mengatakan, para pemimpin oposisi sudah melewati batas dan mengerahkan kekuatan jalanan. Dalam pidato televisi ia menerangkan, oposisi telah "menyerukan warga untuk menggunakan senjata".

Kementerian dalam negeri sebelumnya memerintahkan sekitar 20.000 pengunjuk rasa untuk meninggalkan Maidan. Setelah itu akan dilakukan "operasi anti teror". Oposisi lalu menyerukan pada perempuan dan anak-anak agar meninggalkan lapangan di pusat kota itu, karena situasi makin berbahaya.

Eskalasi terjadi sejak hari Selasa siang (18/02/14), ketika demonstran mencoba mendekati gedung parlemen dan dihentikan oleh polisi. Massa yang marah kemudian membakar kantor partai pemerintah. Polisi lalu mengerahkan satuan anti huru-hara dan melepaskan tembakan.

Semua pihak diminta tahan diri

Wakil Presiden AS, Joe Biden hari Selasa malam melakukan percakapan telepon dengan Yanukovych dan minta agar aparat keamanan ditarik mundur dan tidak menggunakan kekerasan. "Wakil Presiden mendesak agar segera dibuka lagi jalur dialog dengan pimpinan oposisi, untuk memulai reformasi dengan serius", demikian sebuah pernyataan dari Gedung Putih.

Pejabat luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton menyatakan "sangat prihatin" dengan situasi di Ukraina. Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier mengancam akan memberlakukan sanksi individual terhadap mereka yang bertanggung jawab atas terjadinya kekerasan dan pertumpahan darah.

Sekjen PBB Ban Ki Moon menyatakan terkejut atas kekerasan "yang tidak bisa diterima". Ia mendesak segera dilakukan dialog untuk mencegah instabilitas dan pertumpahan darah selanjutnya.

Perdana Menteri Polandia Donald Tusk mendesak Uni Eropa agar menjatuhkan sanksi terhadap Ukraina. "Saya akan berbicara dengan pimpinan Uni Eropa dan institusinya agar segera melakukan sanksi, personal maupun finansial", kata Tusk kepada parlemen Polandia.

Aksi protes mulai meluas di Ukraina, setelah Presiden Viktor Yanukovych November lalu batal menandatangani perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa yang sudah dipersiapkan sejak lama.

hp/vlz (rtr, afp, dpa)