1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bentrokan Senjata di Perbatasan Libanon-Israel

3 Agustus 2010

Dalam bentrokan senjata antara serdadu Israel dan Libanon penjaga perbatasan, setidaknya empat orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka. Ini merupakan bentrokan terparah pertama sejak Perang Libanon 2006 lalu.

https://p.dw.com/p/ObFx
Teka-teki bentrokan senjata di perbatasan Libanon-Israel.
Teka-teki bentrokan senjata di perbatasan Libanon-Israel.Foto: AP

Ini merupakan bentrokan pertama antara pasukan kedua negara sejak tahun-tahun terakhir. Dua serdadu Libanon, seorang jurnalis dan seorang perwira Israel tewas dalam insiden tersebut. Pemerintah kedua negara menuding satu sama lain memulai pertikaian senjata tersebut. Meski, militer Libanon mengakui bahwa merekalah yang pertama melepaskan tembakan.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan militer Libanon disebutkan bahwa pasukannya mulai menembak ke arah patroli Israel yang melintasi pagar perbatasan teknis. "Patroli itu tidak berhenti walaupun pasukan UNIFIL berusaha menghentikan mereka, dan militer Libanon menghadapi pasukan Israel itu dengan tembakan pistol dan senjata mesin," demikian tercantum dalam pernyataan itu.

Siapa yang Memulai?

Gara-garanya sebatang pohon di wilayah Libanon. Pasukan Israel berusaha menyingkirkan sebatang pohon di perbatasan, tepatnya di Addeiseh, wilayah sisi Libanon. Kedua negara sempat mempertengkarkan di mana pohon itu berada. Namun, sebuah foto yang muncul menunjukkan bahwa seorang serdadu Israel dengan mobil kran berusaha mencabut pohon tersebut melewati pagar perbatasan.

Situasi saat ini di lokasi kejadian sudah mereda, namun ketegangan terus terasa di kalangan politisi tingkat tinggi. Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Libanon Ghazi Aridi mengatakan, "Semua warga Libanon akan mempertahankan negara dan harga dirinya. Kami tidak akan terima, selalu berada di bawah bayang-bayang ancaman Israel. Bungkamnya masyarakat internasional menghadapi terorisme Israel harus diakhiri. Jika Israel dan pendukungnya benar-benar ingin perang besar, mereka harus tahu, kami berhak mempertahankan negara kami. Perang ini juga tidak akan menjadi piknik bagi Israel. Sekali diserang, akan terus diserang, apa pun senjatanya."

Israel menuding pemerintah Libanon bertanggung jawab dalam bentrokan senjata di perbatasan. Israel menyatakan bahwa mereka mengajukan nota protes kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa.

UNIFIL Diharapkan Bisa Mengendalikan Situasi

Sekitar 13000 serdadu helm biru PBB ditempatkan di wilayah selatan Libanon. Pasukan yang disebut UNIFIL atau pasukan perdamaian PBB di Libanon itu sebenarnya bertugas menjaga perdamaian di kawasan tersebut. Namun mereka tidak berhasil mencegah bentrokan hari Selasa kemarin (03/08).

Timur Goksel, mantan juru bicara dan penasihat UNIFIL mengharapkan agar pasukan helm biru terus bisa mengendalikan situasi.

"Selama tidak ada pihak ketiga yang turut campur, selama hanya militer Libanon dan Israel yang terlibat, selama itu pula situasi tidak boleh memanas. Dengan dukungan PBB, semua itu dapat diredam. Yang penting adalah, tidak ada pihak ketiga yang turut campur. Jika berurusan dengan militer dua negara, maka situasinya dapat dikendalikan, walaupun jika ada korban jatuh," ujar Goksel.

Dalam hal ini Timur Goksel menyinggung milisi Hizbullah yang memegang semua kendali di Libanon selatan. Pada tahun 2006, milisi Hizbullah melancarkan perang melawan Israel selama empat minggu. Namun Hizbullah menyatakan tidak terlibat dalam insiden di Adeisseh.

Pasukan helm biru PBB di Libanon, UNIFIL, diharapkan bisa mengendalikan situasi.
Pasukan helm biru PBB di Libanon, UNIFIL, diharapkan bisa mengendalikan situasi.Foto: AP

Tampaknya ketegangan di wilayah itu akan terus berlanjut. Presiden Suriah Bashar al-Assad menghubungi presiden Libanon lewat telepon dan menyatakan Suriah mendukung Libanon.

Jens Wiening/afp/ap/Luky Setyarini

Editor: Christa Saloh-Foerster