1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berlin Bebas Karbondioksida 2050

Gero Rueter19 Maret 2014

Dengan energi terbarukan dan energi yang efisien, Berlin bisa turunkan emisi CO2 drastis hingga 2050. Demikian studi Institut Potsdam tentang penelitian dampak perubahan iklim.

https://p.dw.com/p/1BRRT
Foto: Fotolia/Marco2811

Berlin sekarang masih termasuk kota dengan emisi CO2 tinggi. Ibukota Jerman itu berada di posisi ke sebelas dalam daftar kota besar di seluruh dunia. Sebagian besar emisi saat ini dihasilkan Beijing, Tokyo dan Seoul.

Sebuah badan peneliti di Institut untuk Penelitian Iklim Potsdam (PIK) kini mengembangkan beberapa skenario untuk mengurangi emisi di Berlin secara drastis, dan mengajukan beberapa usulan tindakan yang kongkrit. Skenario itu diadakan berdasarkan penugasan dari badan administrasi Senat Berlin. Menurut penelitian, hingga tahun 2050 Berlin dapat mengurangi sedikitnya 85% emisi gas rumah kacanya. Ini jadi sumbangan bagi upaya pembatasan pemanasan global sebesar dua derajat Celcius.

Jika Berlin berhasil, ini akan jadi isyarat positif bagi kota metropolitan lainnya di dunia, kata direktur PIK Hans Joachim Schellnhuber. "Jika ingin mencegah perubahan iklim yang berbahaya, maka kita harus mengambil tindakan cepat dan tegas. Dalam hal ini kota-kota kini punya tanggungjawab global," ditegaskan Schellnhuber.

Prof. Hans Joachim Schellnhuber
Prof. Hans Joachim SchellnhuberFoto: CC BY 2.0/EnergieAgentur.NRW

Kunci Sukses: Bangunan Efisien dengan Fotovoltaik

Fritz Reusswig, yang mengepalai penelitian pendapatnya serupa. Jika Berlin memutuskan untuk beralih ke sumber energi alternatif, semua orang akan menikmati hasilnya, baik lingkungan hidup maupun manusia, demikian Reusswig.

Bidang terpenting yang harus ditangani adalah sektor perumahan, demikian pendapat ilmuwan. Dengan emisi setinggi hampir 50%, daerah perumahan jadi sumber CO2 terbesar di Berlin. Di masa depan, bangunan akan memakan energi jauh lebih sedikit jika dindingnya dilapisi penahan panas, dan panas bagi pemanas dan air dihangatkan terutama dengan tenaga matahari dan energi organik.

Di sektor listrik, ilmuwan menilai energi matahari berpotensi terbesar di Berlin. Saat ini fotovoltaik baru sedikit digunakan di sekitar 320.000 bangunan perumahan. Menurut penelitian, hingga 2050 perolehan energi dari matahari bisa ditingkatkan 300 kali lipat, dibanding dengan tahun 2010. Kalau itu tercapai, Berlin akan punya kelebihan listrik besar di musim panas. Tetapi menurut ilmuwan, kelebihan ini bisa digunakan untuk memperoleh hidrogen dan metana, lewat proses perubahan listrik menjadi gas. Di musim dingin, gas kemudian bisa digunakan untuk penghangat.

Facharbeitermangel
Pemasangan instalasi fotovoltaik di atap rumahFoto: Fotolia/Marco2811

Menurut skenario ini, Berlin nantinya tidak memerlukan lagi listrik dari batu bara coklat yang sangat merusak iklim. Selain itu, di musim dingin listrik juga bisa diperoleh dari instalasi tenaga angin, yang terutama diproduksi di daerah sekitar ibukota Jerman itu.

Sektor kedua terpenting untuk mewujudkan Berlin yang bebas karbondioksida, adalah sektor lalulintas. Dalam hal ini yang penting membuat jaringan lebih baik antar berbagai sistem lalulintas, dan meningkatkan penggunaan mobil listrik.

Hemat Biaya dan Menguntungkan Ekonomi

2012 warga Berlin mengeluarkan biaya sekitar 3,2 milyar Euro bagi impor energi. Dengan adanya pengalihan ke pasokan energi yang terbarukan, yang juga desentral dan efisien, pengeluaran bisa sangat dikurangi. Demikian hasil studi.

Di samping itu, ilmuwan memperkirakan, dengan pengalihan ke sumber energi yang ramah lingkungan, akan terbentuk lapangan pekerjaan baru, yang juga berarti pemasukan pajak bagi pemerintah lokal. Dengan cara itu, di sektor energi matahari saja akan diperoleh tambahan pemasukan antara 67 dan 138 juta Euro per tahun.