Berlin Biennale: Dialog dengan Masa Lalu
Berlin adalah salah satu pusat seni paling menarik di dunia, dan Berlin Biennale sudah dianggap sebagai forum seni terkemuka. Ajang ini berlangsung setiap dua tahun dan selalu digawangi kurator yang berbeda.
Rumah bagi Seni
Institut Berlin untuk Seni Kontemporer yang bernama Kunst-Werke menjadi tuan rumah Berlin Biennale sejak tahun 1998 dan telah menjadi legendaris. Bekas pabrik mentega ini dianggap sebagai episentrum dunia seni Berlin dan menjadi fokus Berlin Biennale sampai tahun ini. Tapi kini Kunst-Werke menjadi lokasi sekunder.
Jauh dari Pusat Kota
Distrik Mitte di Berlin secara artistik sudah tidak menarik lagi, setidaknya menurut Juan A. Gaitan, seorang seniman Kolombia-Kanada dan kurator Berlin Biennale 2014. Itulah mengapa ia memilih Dahlem yang terletak di pinggiran kota Berlin. Di lokasi ini museum negara memamerkan koleksi etnologis, yang tak lama lagi pindah ke Forum Humboldt yang di pusat kota.
Dialog dengan Masa Lalu
Museum tua di bagian barat Berlin ini menyimpan artefak kuno dari seluruh dunia. Untuk Biennale, karya 28 seniman internasional diikutsertakan. Beberapa komposisi berusaha berdialog dengan masa lalu. Bunga-bunga tiruan ini karya seniman Kolombia, Alberto Baraya, mengingatkan pada kekayaan yang dikumpulkan naturalis Jerman, Alexander von Humboldt, pada awal abad ke-19 dari seluruh dunia.
Refleksi Ketenangan
Juan Gaitan menjadi kurator bagi ajang yang bisa dibilang hening dan bertujuan menginspirasi pengunjung untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang dipresentasikan dalam museum, dan juga sejarah pameran, serta perubahan nilai dan kesadaran masyarakat. Biennale tahun ini mengajak pencinta seni untuk melayangkan pertanyaan kritis mengenai sejarah di balik objek dan karya seni.
Realitas yang Terlupakan
Seniman Beatriz Gonzalez bergelut dengan sejarah Kolombia pasca-kolonial dan representasi realitas politik negeri itu seumur hidupnya. Melalui karyanya yang menyerupai rambu lalulintas, Gonzalez membuka mata pengunjung atas situasi dramatis penduduk desa yang terjadi di tanah kelahirannya.
Prasasti Bersejarah
David Chalmers Alesworth menerjemahkan penjinakan alam dan sejarah migrasi. Seniman Inggris ini juga menciptakan karya seni yang ia sebut 'intervensi tekstil.' Alesworth menggoreskan risetnya terkait sejarah kolonial pada karpet-karpet kuno buatan tangan. Ia juga menggambarkan lanskap urban terbaru di atas karpet.
Pantun Pinggir Danau
Haus am Waldsee di bagian selatan Berlin menjadi lokasi lainnya bagi Berlin Biennale tahun ini. Sebuah rumah yang menjadi saksi abad ke-20. Dibangun oleh produsen tekstil Yahudi, rumah ini menjadi salah satu institusi seni terpenting di Berlin Barat dari tahun 1946 hingga runtuhnya Tembok Berlin tahun 1989. Kemudian timbul tren baru, dan Haus am Waldsee terlupakan.
Di Bawah Pengawasan
Mata rusa mengintip keluar dari jaket pemburu, mengamati setiap pengunjung di Haus am Waldsee. Instalasi ini adalah milik pribadi dan menjadi contoh mengenai tema utama yang diangkat pada karya-karya yang dipamerkan di sini: liar, alam yang belum terjamah dan manusia yang telah mengubahnya dengan membangun kota.
Di Balik Sejarah
Di lantai teratas Haus am Waldsee, seniman Swedia Matts Leiderstam memamerkan karyanya. Ia memotret bagian depan dan belakang foto-foto yang ia temukan di Galeri Foto Berliner Gemäldegalerie dan Museum Nasional Stockholm. Lalu ia tempelkan pada dinding, memperlihatkan stiker, nomor inventaris dan catatan yang ditulis dahulu kala di balik foto.
Dialog Kebudayaan
Perjalanan trem dari Haus am Waldsee ke Kunstwerke di pusat kota Berlin memakan waktu setengah jam, namun terasa bagaikan perjalanan melintasi waktu. Namun nada 'kembali ke akar' yang diusung Biennale kali ini tidak berubah. Di Kunstwerke, seniman Portugal Leonor Antunes memberi sentuhan modern bagi kerajinan tangan oleh kaum adat di Brasil. Dialog yang menjembatani perbedaan zaman.