1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berlinale 2011

15 Februari 2011

400 film dalam 7 kategori ditayangkan dalam Fesitval Film Berlinale yang berlangsung dari 10 - 20 Februari di Berlin.

https://p.dw.com/p/10HRn
Foto: picture-alliance/dpa

16 film dari seluruh dunia bersaing dalam kategori Kompetisi untuk piagam Beruang Emas dalam festival Film Berlinale ke- 61 pekan ini. Sebagian di antara film yang tampil merupakan film perdana si sutradara, seperti misalnya, film "Schlafkrankheit" atau "Gangguan Tidur" oleh sutradara Jerman Ulrich Köhler, mengenai seorang tenaga bantuan pembangunan yang merasa kehilangan makna hidup dan pekerjaannya atau “Yelling To The Sky” dari sutradara AS, Victoria Mahoney mengenai seorang anak perempuan yang memberontak dari rumah orang tuanya.

Mencari Tendens Baru

Dieter Kosslik Berlinale
Direktur Festival, Dieter KosslickFoto: AP

Direktur Festival Berlinale, Dieter Kosslick mengatakan ada upaya untuk mencari tendens yang baru dalam Berlinale. Menerangkannya kepada media, Kosslick menuturkan, "Berlinale bekerjasama dengan banyak sutradara muda dan di tahun ini khususnya dengan sejumlah sutradara perempuan muda-muda, yang menampilkan cerita kecil yang mungkin terjadi di depan rumahnya tetapi memiliki makna universal yang bisa ditonton dengan baik. " Bersamaan dengan itu Berlinale juga menampilkan beberapa sutradara yang pernah mengikuti Berlinale sebelumnya, seperti Rodrigo Morinho yang pernah meraih Beruang Perak dan kini tampil dengan film barunya "Un Mundo Misterioso", atau Joshua Marston yang tampil dengan film "The Forgiveness of Blood", kisah balas dendam di Albania.

Film-film serius yang berusaha mengangkat tema universal berhadapan dengan ”Les Contes de la Nuit” (Kisah-kisah malam) dari sutradara Perancis, Michel Ocelot. Satu-satunya film Perancis dalam kategori Kompetisi ini merupakan film animasi dengan tehnik 3 D. Bagi Ocelot, ini bukan film pertama. Filmya yang terdahulu, "Kiriku" yang menceritakan perlawanan terhadap ketidak adilan, pernah menerima sejumlah penghargaan. Menceritakan perlawanan seperti "Kiriku", "Les Contes de la Nuit" menceritakan kisah seorang putri raja yang menolak pasangan hidup pilihan ayahnya.

Filmstill 61. Berlinale 2011 Flash-Galerie
Les contes de la nuitFoto: Internationale Filmfestspiele Berlin

Agak sulit memang untuk mengatakan bagaimana sebuah film animasi bisa bersaing dengan film macam „Margin Call“, film panjang pertama sutradara AS, JC Chandor yang bercerita tentan g dua orang bankir investasi Wall Street, sebelum terperosoknya pasar keuangan ke dalam krisis belum lama ini. Apalagi dengan karya tragedi Shakespeare "Coriolanus“ yang merupakan karya perdana aktor Ralph Fiennes, sebagai sutradara. Atau juga dengan „El Premio“, dalam bahasa Indonesia „Sebuah hadiah“, film sutradara Argentina Paula Markovitch yang merupakan semi-otobiografi dari masa kanak-kanaknya pada awal masa diktatur militer Argentina.

Isabella Rosselini dan Tim Juri Kategori Kompetisi

Namun tim jury internasional yang terdiri dari 7 orang juga memiliki pengalaman dari mulai setting panggung, produsen, acting dan penyutradaraan. Terutama, Isabella Rossellini yang lahir dalam keluarga perfilman pada tahun 1952. Putri dari aktris Ingrid Bergmann dan sutradara Roberto Rosselini ini sudah berperan dalam hampir 40 film. Pernah menikah dengan sutradara Martin Scorcese, salah satu peran yang paling menantang baginya adalah sebagai penyanyi klub malam, Dorothy Valens dalam film "Blue Velvet". Film "Blue Velvet", karya sutradara AS David Lynch sempat membuat heboh di tahun 1986. Dalam film itu Isabella Rosselini disandingkan dengan Dennis Hopper yang berperan sebagai psikopat, keduanya menampilkan hubungan sado-masochistis, di mana Rosselini juga berhasil menampilkan sisi keibuan yang dimiliki oleh penyanyi kub malam Dorothy Valens.

Menceritakan kembali, Isabella Rosselini mengatakan, “Ketika saya membaca naskah film itu. Saya merasa bahwa ceritanya begitu kuat, begitu orisinil. Saya jatuh cinta dengan Dorothy Valens. Saya tahu bahwa itu merupakan peran yang amat rumit karena itu saya minta kepada David Lynch untuk mencobanya beberapa kali, dan tidak hanya dalam 10 menit.” Sejumlah proyek dilakukan oleh Isabella Rosselini dan David Lynch, yang kemudian menjadi teman hidupnya untuk waktu yang lama. Di antara proyek bersama itu termasuk film “Wild At Heart” (1990).

Berlinale 2011 Jury plus Jan Chapman und Jafar Panahi Flash-Galerie NEU
Tim Jury Kategori KompetisiFoto: dpa/DW

Isabella Rosselini dua tahun lalu meluncurkan karya penyutradaraannya di Festival Film Berlinale. Dengan judul besar “Green Porno” ia membuat sejumlah film pendek yang lucu mengenai seksualitas berbagai serangga dan kemudian mengembangkannya dalam sebuah seri semi-animasi yang berjudul “Seduce Me” atau “Rayulah Daku”. Sebagai ketua tim juri ini, Rosselini juga bekerjasama dengan seorang rekannya. Yakni sutradara Guy Maddin, yang bersama-sama pernah membuat film melodrama surealistis “The Saddest Music in the World” (2003) dan kemudian membuat film “My Dad is 100 Years Old” (2006) sebuah film pendek untuk menghormatinya ayahnya, sutradara Italia Roberto Rosselini.

Selain Guy Maddin, dalam tim juri Berlinale untuk kategori kompetisi ini terdapat akrtis Jerman Nina Hoss yang tahun 2007 meraih Beruang Perak sebagai aktris terbaik, produsen Australia Jan Chapman yang filmnya "Das Piano" pernah memenangkan 3 Oscar, produsen dan aktor India, Aamir Khan yang filmnya mendapat nominasi Oscar, peñata kostum Inggris Sandy Powell yang meraih 3 hadiah Oscar untuk antara lain film "Aviato"r, dan sutradara Iran Jafar Panahi yang sejak Desember 2010 berada dalam tahanan di Iran dan pernah menerima Beruang Emas untuk karyanya "Offside" di tahun 2006.

Video Yang Menjadi Film

Di luar kategori Kompetisi atau Wettbewerb ini tampil sejumlah film lain yang menarik. Salah satu di antaranya adalah "Film Life In A Day" yang mendokumentasi pengalaman hidup orang-orang pada tanggal 24 Juli 2010. Film ini diawali dengan pengumpulan video pendek yang ditayangkan di You Tube dan kemudian berkembang, disatukan dan dirangkum kembali sebagai film. Berlinale menjadi ajang pemutaran perdananya sebagai film.

4600 jam materi video dilihat oleh pembuat filmnya yang kemudian menyuntingnya kembali sebatas ukuran film panjang. Mulai dari clip-clip mengenai pergi ke kamar kecil hingga kejadian menggerakkan seperti kelahiran anak, operasi kanker, peristiwa-peristiwa yang merekam kebahagiaan dan hal-hal yang menyedihkan. 80 ribu video masuk dari segala penjuru dunia untuk berpartisipasi dalam proyek yang digulirkan oleh sutradara handal Ridley Scott.

Cinema for Peace

Selain acara film, Berlinale juga melangsungkan gala Cinema for Peace di Berlin, pada Senin malam 14 Februari 2011. Harga satu karcis acara penggalangan dana amal ini 1000 Euro untuk makan malam, minuman dan hiburan di panggung. Selebriti yang hadir setingkatan Sean Penn, Christopher Lee, Bob Geldof, Boris Becker, Heike Makatsch dan Bianca Jagger. Dana yang terkumpul digunakan untuk proyek-proyek film baru dan yang diharapkan dapat membantu memperbaiki situasi dunia.

Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk