1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berwisata ke Angkor Wat Lewat Google

6 April 2014

Untuk pertama kalinya, kompleks candi spektakuler Kamboja, Angkor Wat dipetakan secara digital. Digitalisasi itu memungkinkan orang untuk mengunjungi situs Warisan Dunia hanya dengan menggunakan Google Street View.

https://p.dw.com/p/1Bc8H
Foto: picture-alliance/AP

Proyek ini ditujukan bagi pengguna internet yang mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mengunjungi langsung keajaiban budaya dan arsitektur megah: Angkor Wat di Kamboja.

Google mengambil lebih dari satu juta foto Angkor Wat - hasilnya adalah 90.000 pemandangan 360 derajat dari lebih dari 100 candi. Google Street View memungkinkan pengguna web untuk memperbesar gambar suatu daerah yang ingin dilihat dan kemudian mengeksplorasinya.

"Baru-baru ini kami telah melakukan hal serupa pada Taj Mahal, Grand Canyon dan Gunung Fiji," kata Manik Gupta, manajer proyek Google Maps. "Tapi untuk Angkor Wat, belum pernah dilakukan sebelumnya," tambah Gupta pada saat peluncuran proyek itu.

"Ini adalah sebuah tempat yang penting.. Orang-orang menyebut Angkor Wat adalah keajaiban dunia yang ke delapan. Tentunya ini memberikan rasa yang luar biasa. Melihat setiap sudut dan celah kecilnya, Anda akan menemukan karya seni."

Inovasi trekker

Untuk membuat proyek ini, Google menggunakan inovasi baru yang disebut "Trekker". Untuk proyek terbaru, lima penduduk lokal ditugaskan untuk menapaki sekitar candi hingga delapan jam sehari dan merekamnya.

Lima belas kamera digital dipasang pada tiang panjang di punggung mereka, dan masing-masing kamera membuat foto setiap dua setengah detik.

Dengan berjalan di sekitar kompleks candi Angkor Wat, orang-orang itu mampu memotret daerah yang tidak bisa dicapai mobil.

"Google Street View diluncurkan pada tahun 2007, dan sejak itu kami telah mengumpulkan sejumlah besar pengalaman. Kami bahkan telah menggunakan ponsel salju dan kereta, sementara Trekker adalah alat terbaru," kata Gupta.

Google Maps diluncurkan pada tahun 2005 , diikuti oleh Street View dua tahun kemudian dan baru-baru ini, Google Art menyediakan tur galeri dan museum.

Membawa ke online

Sejumlah besar warisan Kamboja itu hancur selama rezim Khmer Merah pada akhir tahun 1970. Direktur warisan budaya Google, Amit Sood mengatakan timnya berusaha untuk membawa artefak budaya internasional secara online sebanyak mungkin." Ada begitu banyak hal tentang Kamboja yang tidak dikenal di dunia barat, padahal Kamboja memiliki warisan budaya yang sangat kaya."

Sekitar 4,2 juta wisatawan mengunjungi Kamboja tahun lalu. Angka itu naik 17 persen dari tahun 2012. Mayoritas dari mereka mengunjungi kompleks candi Angkor Wat. Sood percaya bahwa dengan adanya Angkor Wat online, akan mendorong lebih banyak orang untuk datang dan melihat langsung, sebagaimana yang Google lakukan lewat proyek Google Art-nya.

"Semua museum digital mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Kehadiran pengunjung secara langsung pun ikut booming," kata Sood.

Tidak ada efek negatif

Meskipun Google menawarkan pengalaman visual digital, yang memungkinkan pengguna web untuk melihat dengan mudah, beberapa pengunjung mengatakan bahwa hal itu bisa merusak suasana saat orang ingin melihat sesuatu untuk pertama kalinya.

"Saya tidak akan melihatnya di Google Street View sebelum pergi ke sana," kata seorang turis backpacker Belanda berusia 21 tahun, Liesbeth Gerritsen.

Para pakar wisata yakin bahwa tidak ada yang benar-benar dapat menggantikan pengalaman yang dilakukan secara nyata pada sendiri. "Saya tidak bisa membayangkan bahwa gambar online atau 360 derajad seperti tampilan yang disajikan oleh Google Maps, akan menjadi pengganti yang nyata untuk orang yang benar-benar pergi ke sana," kata Tom Sturrock, editor travel yang bekerja di Bangkok. Diungkapkannya, "Pengalaman secara online tidak pernah akan menjadi pengganti yang memadai untuk benar-benar berada di sana ketika matahari terbit di Angkor Wat."