1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bhopal Masih Sisakan Penderitaan

3 Desember 2009

Tengah malam menjelang tanggal 3 Desember, salah satu bencana terbesar di dunia terjadi di Bhopal, ibukota Madya Pradesh, negara bagian India Tengah.

https://p.dw.com/p/KpY7
Pabrik Pestisisda Union CarbideFoto: AP

Kecelakaan yang menimpa pabrik pestisida milik Amerika Serikat Union Carbide Corporation, mengakibatkan bocornya beberapa ton gas beracun. Dalam satu malam, kecelakaan ini telah menelan korban jiwa sebanyak 3.000 orang. Dan 22.000 orang lainnya tewas dalam beberapa tahun kemudian. Hari ini, mereka yang selamat luput dari musibah masih menanggung akibat dari kecelakaan ini. Kawasan pabrik yang kini kosong masih menyebarkan bahan beracun melalui proses peracunan yang lambat lewat udara dan air tanah.

Dengan becak motornya, Irshad Ali menyelusuri jalan berkelok-kelok dan berdebu di Bhopal. Di dekat tempat duduknya tergantung satu alat kecil berwarna biru putih, alat bantu pernafasannya. Irshad Ali kala itu masih berusia 11 tahun ketika musibah Bhopal terjadi. Dan sekarang ia masih menderita akibat peristiwa itu. Ia mengalami gangguan pernafasan. Enam orang anggota keluarganya tewas. Saat ini ia hidup bersama dengan istri dan keenam anaknya.

"Saya sering mengalami sesak nafas. Paru-paru rasanya terbakar. Penglihatan saya pada malam hari tidak begitu baik. Tapi saya tetap harus mengemudi becak untuk mencari nafkah. Debu dan asap dari jalanan yang kotor ini memperburuk kondisi saya. Sebenarnya dokter melarang saya mengemudi becak. Tapi bagaimana saya harus menghidupi keluarga saya?” ungkap Irshad Ali.

Seperti halnya Irshad Ali, sekitar 100 000 orang lainnya di Bhopal juga masih menderita akibat bencana gas ini. Gangguan pernafasan atau penglihatan, gangguan hati dan ginjal, bahkan penyakit kanker masih kerap muncul. Penyakit-penyakit ini bertahan dalam beberapa generasi. Banyak anak-anak yang lahir di daerah ini terlahir dengan cacat fisik atau mental.

Sejak 3 Desember 1984, tidak ada perubahan dalam perawatan medis bagi korban, dikatakan Abdul Jabbar, ketua organisasi bantuan bagi perempuan korban Bhopal. “Yang paling penting adalah penanganan berdasarkan penelitian terhadap para korban. Dan ini sama sekali belum dimulai. Sampai sekarang, hanya dilakukan penanganan medis seadanya, juga di bagian lain negara. Sejauh ini tidak ada upaya untuk meneliti akar dari penyakit ini untuk menemukan penyebab spesifiik penyakit yang diderita korban.”

Kecelakaan dasyat di Bhopal masih meninggalkan jejak, bukan saja efek dari awan gas yang timbul setelah kecelakaan. Bangunan pabrik pestisida yang terbengkalai milik Union Carbide Coorporation masih berdiri tegak di kota ini. Pabrik dengan menara tingginya ini hanya mengingatkan warga di sekitarnya akan malam yang mengerikan 25 tahun lalu.

Perusahaan Union Carbide menolak semua tanggung jawab untuk membersihkan lokasi pabrik. Saat ini , di area pabrik masih tersisa riibuan ton bahan beracun, yang mencemari air tanah. Menurut laporan terbaru dari organisasi lingkungan “Centre for Science and Environtment”, air tanah di sekitar pabrik ini mengandung bahan kimia 40 kali lebih banyak dari jumlah normal. Bahkan air tanah tiga kilometer dari pabrik, juga mengandung pestisida atau bahan-bahan logam seperti mercuri.

Pencemaran menimbulkan dampak berat terhadap warga yang bergantung pada air tanah ini. Seperti yand diderita Ram Bai. Perempuan ini tinggal di Prem Nagar, tidak jauh dari pabrik. “Mata kami sering terasa terbakar. Kami menderita masalah pencernaan. 25 tahun lamanya kami meminum air tercemar ini. Kami tidak punya akses ke air bersih lainnya. Selalu muncul penyakit di sini. Itu sebabnya kami ingin menuntut hak kami untuk mendapatkan air bersih. Kami memang telah lanjut sekarang. Akan tetapi, setidaknya anak-anak kami bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.”

Akan tetapi untuk banyak keluarga sumber air alternatif tidak tersedia. Pada tahun 2004 Mahkamah Agung India telah meminta negara bagian Madya Pradesh untuk menyediakan air bersih bagi 14 pemukiman di sekitar pabrik. Pemerintah Madya Pradesh memang telah membangun jaringan air bersih. Tapi ini hanya mampu mencukupi kebutuhan sembilan pemukiman saja, kata Abdul Jabbar.

“Instalasi air bersih ini juga diperuntukkan bagi sebuah rumah sakit, sehingga warga di sekitarnya hanya mendapatkan air dua hari sekali. Selain itu, warga juga diharuskan untuk membayar, karena katanya instalasi ini milik pribadi. Mereka hanya warga miskin yang hidup di daerah kumuh. Mereka tidak mampu untuk membayar.“

Bencana Bhopal memang terjadi 25 tahun lalu. Tapi bagi warga Bhopal yang selamat, bencana ini merupakan satu kenyataan yang harus dihadapi, yang tidak akan pernah mereka lupakan.

Pia Chandarvarkar/Yuniman Farid

Editor: Ayu Purwaningsih