1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Blok Hitam, Fenomena Baru Aksi Protes Mesir

Björn Blaschke6 Februari 2013

Dalam aksi-aski protes di Mesir kini muncul kelompok yang menamakan diri ”Black Bloc”. Mereka memakai penutup muka hitam, tampil agresif dan melempar batu dan bom molotov. Siapa mereka?

https://p.dw.com/p/17YPe
Protesters opposing Egyptian President Mohamed Mursi flee from tear gas fired by riot police during in Cairo January 27, 2013.
Aksi protes di KairoFoto: Reuters

Kelompok ini tampil di internet dengan video-video martial. Mereka terlihat jalan berbaris memakai tutup muka hitam diiringi lagu-lagu heavy metal. Bendera Mesir berkibar di samping sebuah bendera hitam dengan huruf ”A” warna putih dalam lingkaran. ”A” adalah simbol untuk kata ”anarki”. Video itu diawali dengan teks pengantar berwarna putih di atas latar belakang hitam. ”Kami adalah kelompok Black Bloc. Sejak bertahun-tahun kami berusaha memerangi korupsi dan tirani... Sekarang kami harus muncul, untuk menghadapi sistem fasis Ikhwanul Muslimin”.

Dalam video itu, tidak ada informasi lebih lanjut tentang kelompok Blok Hitam ini. Di forum-forum internet, anggotanya menerangkan mereka tidak mau memberi wawancara. Ini adalah cara mereka untuk bertindak hati-hati. Itu sebabnya mereka memakai tutup muka hitam, kadang-kadang juga dengan topeng muka putih yang jadi simbol anonymous.

Jaksa Agung Mesir, Talaat Abdallah, seorang pendukung Presiden Mohammed Morsi, akhir Januari mengumumkan akan menangkap semua anggota Blok Hitam dengan tuduhan ”melakukan kegiatan terorisme sebagai kelompok terorganisasi”. Ia selanjutnya menerangkan, kelompok itu telah melakukan sabotase, menakut-nakuti masyarakat dan merusak milik negara dan milik pribadi.

Ägypten Demo Protest Mohamed Mursi Kairo Hosni Mubarak
Aksi protes di Kairo, 25 Januari 2013Foto: dapd

Seorang anak muda yang mengaku sebagai anggota Blok Hitam akhirnya bersedia melakukan wawancara dengan reporter Jerman. Ia duduk tanpa penutup muka di Cafe Belady di pusat kota Kairo, dekat Lapangan Tahrir. Namanya Sherif al Sirfy. ”Saya berbicara dengan Anda sebagai pribadi, tidak atas nama Blok Hitam,” katanya menegaskan. ”Masyarakat Mesir belum mengerti maksud kami. Jadi kami sekarang angkat suara”.

Pria muda berusia 18 tahun ini berambut panjang, yang diikat ke belakang. Dengan janggut dan jambang tipis, wajahnya terlihat jelas. Orang dengan mudah bisa mengenalinya. Ia bisa saja ditangkap setiap saat. Tetapi Sherif mengaku tidak takut ditangkap. ”Mereka sudah tahu rumah saya dan nomor telpon saya. Satu orang dari kami sama dengan 100 orang dari mereka. Jadi waktu Presiden Morsi dan Jaksa Agung mengancam akan menangkap kami, kami semua sedang duduk di tenda di Lapangan Tahrir dan tertawa.”

Menuntut Keadilan

Sherif mengatakan, ia tidak punya tujuan politik tertentu. ”Kami hanya menuntut agar ada keadilan untuk para martir. Ini juga bentuk sebuah keinginan politik.” Belum lama ini tersebar berita bahwa seorang anggota Front Penyelamatan Nasional, gerakan oposisi terbesar yang menentang kekuasaan Morsi, sedang diperiksa. Ia dituduh punya hubungan dengan kelompok Blok Hitam dan kemungkinan besar membiayai kegiatan mereka. Apa tanggapan Sherif al Sifry? ”Kami tidak menerima dana dari siapa-siapa. Bagi saya cukup sepuluh pound Mesir (sekitar 15.000 Rupiah) untuk membuat lima bom molotov.”

Berapa banyak anggota Blok Hitam, ia sendiri tidak tahu. Mereka melakukan koordinasi lewat Facebook. Kalau ada seruan untuk melakukan demonstrasi, mereka akan berkumpul. Lalu datanglah sepuluh orang dengan penutup muka, dan jumlahnya terus bertambah dengan cepat, menjadi 60, 70 atau malah lebih banyak lagi. Itu terjadi di seluruh kota di Mesir, kata Sherif.

Untuk mereka yang ingin bergabung dengan kelompok Blok Hitam, sekarang tidak sulit lagi. Di sekitar Lapangan Tahrir, dekat Cafe Belady, dijual berbagai asesoris yang dibutuhkan, seperti kain hitam penutup muka dan stiker-stiker lainnya. Hal lain yang diperlukan adalah keberanian untuk melakukan aksi keras. Sherif al Sirfy menyebutnya sebagai ”reaksi”. ”Ini adalah reaksi. Setiap aksi akan mengundang reaksi. Mereka sebaiknya berterimakasih pada Tuhan, sebab belum ada dari kami yang tewas.”

Apakah Sherif bisa dianggap berbicara mewakili Blok Hitam? Beberapa pria muda yang berpakaian hitam di Cafe Bilady mengatakan tidak. Sebab Blok Hitam bukan organisasi, melainkan sebuah ide. Kelihatannya benar. Presiden Morsi dan lawan politiknya memang belum bisa memberi perspektif bagi kaum muda di Mesir. Akibatnya muncul rasa frustasi dan putus asa. Perasaan ini sewaktu-waktu bisa meledak dalam aksi kekerasan.