1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Blokade Gaza Diperlonggar, Membangun Rumah Masih Sulit Juga

23 Juni 2010

Meskipun Israel telah melunakan blokadenya di Jalur Gaza, warga masih sulit mendapatkan bahan bangunan. Berikut kisah sebuah keluarga yang belum dapat membangun kembali rumahnya yang porak poranda akibat perang.

https://p.dw.com/p/O0kj
Banyak rumah yang hancur akibat perangFoto: AP

Sejumlah bebek menguak-nguak keras di kandang, di belakang gubuk milik Said Kaher dan delapan anggota keluarganya. Tinggal bersama keluarga itu pula, dua ekor kambing dan puluhan ekor ayam di kandang lainnya. Di sinilah, di Beit Hanun, di timur laut Jalur Gaza, Said membangun rumah sederhana bagi keluarganya di samping reruntuhan rumah mereka yang hancur akibat perang.

Di dalamnya terdapat dua kamar tidur, sebuah kamar mandi, dapur dan ruang keluarga. Luasnya sekitar 80 meter persegi. Atapnya terbuat dari seng bergelombang dan bahan kain yang diperoleh dari PBB. Di taman depan rumahnya, Said duduk bersama kedua putranya. Taman itu sangat mungil, ditumbuhi tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk bumbu dapur dan bunga-bungaan. Meski kecil, paling tidak, dengan demikian putra-putranya dapat melihat sedikit keindahan dan menciumi aromanya.

"Keluarga saya terdiri dari delapan orang. Saya bertanggung jawab terhadap mereka semua. Gubuk yang Anda lihat ini, ongkos pembangunannya tidak sedikit. Sebab saya membangunnya pada saat harga semen dan bahan bangunan membumbung tinggi. Saya harus membayar satu sak semen seharga 180 Shekel (423 ribu Rupiah). Untuk jendela yang di bagian depan ini lengkap dengan jerujinya, saya harus merogoh kocek 600 Shekel (sekitar 1,4 juta rupiah), hanya untuk perlengkapan ini. Saya ingin membangun rumah, tapi harga bahan bangunan mahal sekali,“ keluh Said.

Setelah Israel memperlunak blokade terhadap Jalur Gaza, tetap saja semen dan bahan bangunan lainnya, tak boleh diakses oleh perseorangan maupun pengusaha. Said memperoleh semua itu harus lewat terowongan yang menghubungkan ke Mesir. Dengan sulitnya memperoleh bahan bangunan, Said dan saudaranya tak berani memikirkan untuk membangun rumah mereka kembali. Padahal sudah satu setengah tahun lamanya rumah mereka luluh lantak akibat perang.

Selama Israel terus menutup akses impor bahan mentah dan bahan bangunan, maka para pengusaha sebagaimana warga biasa, tidak dapat merasakan dampak dari diperlonggarnya blokade di Jalur Gaza, tandas Nabil Abu Malik, seorang pengusaha Palestina dari Perhimpunan Pengusaha Gaza City. "Kami selalu berada dalam kepungan. Kami di sini membutuhkan bahan baku bagi pabrik kami, semua bahan mentah, agar kami dapat mulai bekerja lagi di Gaza dan membantu membangun kembali perekonomian.“

Israel memperlonggar blokade ke Jalur Gaza, dengan hanya melarang senjata dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk membuat senjata. Namun masih menjadi perdebatan mengenai pengkategorian sejumlah bahan bangunan dapat digunakan sebagai bahan dasar senjata.

Clemmens Verrenkotte/Ayu Purwaningsih

Editor: Ziphora Robina