1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

270611 Nigeria Boko Haram

27 Juni 2011

Kembali sebuah serangan teror terjadi di Nigeria utara, Minggu malam (26/6). Aparat keamanan Nigeria meyakini sekte Islam radikal Boko Haram melancarkan serangan yang terjadi di kota Maiduguri itu.

https://p.dw.com/p/11kIX
Sebuah kendaraan yang diserang oleh Boko Haram di Maiduguri, Nigeria.Foto: picture-alliance / dpa

Sekitar pukul lima sore waktu setempat para penyerang, dengan mengendarai sepeda motor, melemparkan tiga set bahan peledak dan menembaki sebuah bar tempat minum di kota Maiduguri. Menurut saksi mata, target mereka adalah polisi. "Sebanyak 25 orang tewas dalam rangkaian ledakan bom tersebut,“ tutur seorang pejabat militer yang meminta tidak disebutkan namanya. Badan Manajemen Darurat Nasional mengatakan bekerja sama dengan tim penyelamat lainnya untuk mengevakuasi yang terluka, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Boko Haram mengklaim bertanggung-jawab atas berbagai serangan yang terjadi sejak beberapa tahun belakangan ini. Termasuk serangan bom terhadap markas kepolisian di ibukota Abuja awal bulan ini. Sekte ini memang mengincar kantor polisi dan gedung-gedung pemerintahan di dalam maupun di sekitar Maiduguri, yang terletak di utara Nigeria dekat perbatasan dengan Chad dan Kamerun. Kota itu merupakan pusat kekuatan Boko Haram.

Bentrokan terbesar antara kelompok Boko Haram dan aparat keamanan Nigeria terjadi di Maiduguri tahun 2009. Sedikitnya 800 orang tewas dalam kerusuhan tersebut. Termasuk pemimpin Boko Haram, Muhammad Yusuf dan sejumlah pendukungnya. Mereka dieksekusi di pinggir jalan oleh polisi. Setelah tewasnya Muhammad Yusuf, Boko Haram mengintensifkan serangan mereka. Tahun lalu sekte itu meningkatkan serangannya khususnya terhadap stasiun kepolisian, pemimpin tradisional serta ulama Islam moderat.

Masyarakat minoritas Kristen Nigeria pun menjadi sasaran serangan Boko Haram. Bulan Juni ini sebuah katedral Katolik telah diserang sebanyak dua kali. Uskup Doeme Dashe cemas. „Pemerintah mencoba mengupayakan segala sesuatu yang dapat dibuatnya. Tetapi, masih banyak yang harus dilakukan. Sudah banyak aparat keamanan yang dikerahkan di sini, namun anggota sekte itu masih saja menyerang kami. Upaya pemerintah tidak cukup dalam mengatasi situasi di sini dan ini membuat kami kuatir“, papar Uskup Doeme Dashe.

Disamping Presiden Nigeria Jonathan Goodluck yang bulan lalu menyatakan kesediaannya untuk berdialog dengan Boko Haram, April lalu Gubernur Borno, Kashim Shettima juga menawarkan dialog, namun ditolak oleh sekte itu. „Boko Haram merupakan masalah politik dan sebuah masalah politik memerlukan solusi politik. Bila kami mengandalkan militer, imbalannya adalah perang yang tidak ada hentinya. Kami hanya dapat berunding dengan mereka, jika posisi kami kuat“, kata Gubernur Kashim Shettima.

Hingga kini belum diketahui dengan tepat bagaimana bentuk struktur organisasi tersebut, siapa pemimpin barunya dan berapa jumlah pengikutnya. Kalangan pengamat menduga bahwa jumlahnya sudah mencapai ribuan orang.

Diduga tahun 2002 Boko Haram dibentuk di utara Nigeria. Awalnya pemimpinnya Muhammad Yusuf menyebarkan khotbah damai, agar masyarakat utara Nigeria yang didominasi warga Muslim menjauhkan diri dari segala pengaruh Barat. Target utama Muhammad Yusuf adalah pemuda Nigeria yang telah menamatkan sekolah tinggi umum dan perguruan tinggi, tetapi tidak bekerja, jelas pakar hukum Solomon Dalung. „Siapapun yang ingin menjadi anggota Boko Haram harus menyerahkan ijazahnya untuk kemudian dimusnahkan. Boko Haram bukan sebuah organisasi yang terdiri dari orang-orang yang luntang-lantung tidak jelas ataupun tidak berpendidikan“, papar Solomon Dalung.

Boko Haram dalam bahasa setempat Hausa berarti „kehidupan barat adalah haram“. Ideologinya yang menentang pendidikan formal dari Barat, karena dinilai sebagai tidak Islamiah, identik dengan paham yang dianut gerakan serupa di masa lampau. Yaitu gerakan Maitatsine yang aktif di tahun 70 hingga 80an.

Boko Haram telah mulai melancarkan perang jihad. Tujuan jihad mereka adalah meng-Islamkan Nigeria dan meyakinkan mayoritas Muslim Nigeria untuk hidup dengan aturan Islam serta menegakkan hukum Syariah di seluruh negeri.

Belakangan ini juru bicara Boko Haram menyatakan secara terbuka, telah mengirim anggotanya ke Somalia untuk mendapatkan pendidikan serta pelatihan militer dari organisasi teror yang dekat dengan al Qaida, As-Shabab. Kalangan pengamat menilai pernyataan tersebut sebagai dapat dipercaya. Terutama, karena belakangan ini semakin banyak warga Nigeria yang tidak puas dengan situasi di Nigeria telah bergabung dengan Boko Haram. Sehingga pengaruh mereka semakin meluas. Pakar hukum Solomon Dalung skeptis, bila mendengar politisi Nigeria mengatakan akan mendapatkan solusi dengan cepat. Menurutnya, „Boko Haram adalah ancaman terbesar terhadap persatuan Nigeria. Fenomena Boko Haram sangatlah kompleks, sampai-sampai pemerintah Nigeria tidak dapat memahaminya dengan tepat.“

Islam di Afrika Barat dikenal sebagai cukup moderat dan secara luas ideologi sekte seperti Boko Haram tidak didukung oleh penduduk Muslim di Nigeria. Namun kemiskinan dan pengangguran membuat kelompok seperti itu semakin menarik.

Thomas Mösch/Andriani Nangoy Editor: Hendra Pasuhuk