1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Brasil dan Neraka Logistik

9 Desember 2013

Jarak menjadi tantangan unik buat ke-32 tim yang berlaga di putaran final. Brasil, negara dengan wilayah terbesar ke-lima di dunia itu, bisa menjadi mimpi buruk logistik, bahkan buat tuan rumahnya sendiri.

https://p.dw.com/p/1AVGw
Foto: AP

Brasil boleh jadi mendapati lawan yang relatif mudah. Betapapun materi pemainnya yang berkilau, Kroasia, Meksiko dan Kamerun tetap belum akan menggeser tim samba dari puncak grup A. Perkara buat tuan rumah justru hadir dalam bentuk logistik. Hasil undian di Costa de Saupe itu membuat padat jadwal perjalanan Neymar dkk.

Dimulai dengan laga pembuka di Sao Paolo, skuad besutan Luiz Felipe-Scolari itu lima hari berselang sudah harus bertanding di Fortaleza yang berjarak 2300 km, sebelum lantas menutup babak penyisihan grup di Brasilia saat menjamu kamerun.

Kendati begitu, Brasil bisa dikatakan beruntung jika dibandingkan tim-tim lain.

Nasib Inggris misalnya tidak lebih mudah. Tiba di Manaus buat menyambut duel klasik melawan Italia, Wayne Rooney dkk. kemudian terbang selama lima jam menuju Sao Paulo. Di sana the three lions berhadapan dengan Uruguay. Saking jauhnya, kebanyakan maskapai lokal tidak menawarkan penerbangan langsung ke kota di belahan bumi selatan itu.

Perjalanan panjang juga menunggu timnas Italia. Squadra Azzura bakal terbang selama lebih dari lima jam dari Manaus ke Recife buat menghadapi Costa Rica. Timnas Amerika Serikat punya jadwal yang sama, ditantang Portugal di Manaus dan berhadapan dengan Jerman di Recife empat hari kemudian.

Menyiasati Kelelahan

Sebaliknya manajer timnas Jerman Oliver Bierhoff bisa bernapas lega. Semua laga yang harus dilakoni Özil dkk akan berlangsung di tiga kota berdekatan di timur laut Brasil. Nasib baik juga menghinggapi Argentina.

Kondisi geografis Brasil menjadikan persiapan dan manajemen logistik soal hidup dan mati. Perjalanan udara selama berjam-jam, ditambah dengan pertandingan sengit di bawah terik matahari musim panas dan tingkat kelembapan yang nyaris asing buat pemain Eropa itu tidak bisa dianggap remeh. "Kelelahan akan menghinggapi pemain," yang ujung-ujungnya bisa membebani penampilan tim, kata Michael Owen, bekas striker timnas Inggris.

Brasilien Flughafen Guarulhos International Airport
Bandar udara di Guarulhos di dekat Sao Pulo akan menjadi portal yang mengubungkan tim-tim nasional dengan kota penyelenggaraFoto: picture-alliance/AE

“Persiapan yang matang saja sudah berarti separuh kemenangan,” begitu ungkapan klasik yang rajin terlontar dari mulut Oliver Bierhoff, manajer timnas Jerman.

Berebut Penginapan

Bisa dipastikan, ketika undian berakhir, otoritas sepakbola masing-masing negara akan sibuk bersaing memperebutkan penginapan terbaik. Terlebih di Brasil tidak banyak hotel yang bisa menawarkan kedekatan dengan bandar udara, fasilitas olahraga dan hiburan serta isolasi dari pengunjung tak diundang.

Jumat malam (06/12/13) Federasi Sepakbola Perancis, FFF, mengumumkan sudah memesan hotel di Ribeirão Preto, sekitar 15 menit dari bandar udara Sao Paulo. Tidak jauh dari sana, di Guaruja tim nasional Swiss memilih bermarkas. Kota pelabuhan itu dianggap sesuai karena selain lokasi yang strategis, Guaruja memiliki fasilitas latihan berkelas internasional karena berdekatan dengan Estadio Municipal.

Sementara Inggris berencana menginap di Windsor Atlantica, hotel terbesar di pinggir Copacabana, garis pantai yang tersohor di dunia itu. Australia juga sudah menambatkan hati pada Vitoria, kota kecil di timur Rio de Janeiro. Pengamat menduga, sebagian besar tim yang harus melahap perjalanan panjang akan bermarkas di sekitar Sao Paulo dan Rio de Janeiro.

Sejak 2010 lalu FIFA menerapkan aturan main untuk akomodasi. Setiap tim harus mendaftarkan tiga lokasi penginapan sesuai urutan prioritasnya. Jika dua atau tiga tim berebut satu hotel, maka FIFA yang akan memutuskan tim mana yang mendapat penginapan tersebut.

rzn/vlz (sid,dpa,afp)