1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bruce Lee Indonesia Menembus Dunia

8 Mei 2012

Pencak Silat bagi kalangan anak muda Indonesia mungkin dianggap kuno. Tapi sukses film "The Raid: Redemption" bisa jadi akan mengubah persepsi atas seni bela diri khas Indonesia itu.

https://p.dw.com/p/14rcl
Film The Raid membawa Pencak Silat ke tingkat dunia

Inilah Bruce Lee made in Indonesia. Iko Uwais, kini menjadi terkenal tak hanya di tanah kelahirannya. Iko adalah atlet Pencak Silat Indonesia yang menjadi pemeran utama dalam film “The Raid: Redemption“ yang kini menjadi box office dalam waktu satu bulan meraih lebih dari dua juta penonton di Amerika. Sebelumnya di Indonesia, film ini meraup jumlah penonton lebih dari satu juta orang.

The Raid begitu film ini biasa disingkat, berkisah tentang seorang polisi bernama Rama, diperankan oleh Iko Uwais, yang mendapat tugas menangkap gembong kriminal yang tinggal di sebuah gedung bertingkat.

Iko Uwais adalah tipikal tokoh protagonis dengan wajah bersih, tubuh atletis dan tentu saja mahir bela diri-dalam arti sesungguhnya. Sama seperti bintang idolanya Bruce Lee, Iko memiliki pukulan dan tendangan sangat cepat. Bedanya, gerakan Iko terlihat lebih luwes.

Seni bela diri Pencak Silat asal Indonesia mempunyai karakter berbeda dengan bela diri lain. Jika Karate dari Jepang lebih menekankan kecepatan dan efisiensi, maka Pencak Silat memiliki gerakan yang sekali waktu cepat, efisien dan ganas, tapi pada saat lain bisa terlihat seperti orang menari.

Yayan Ruhian pelatih Pencak Silat yang memerankan tokoh antagonis Mad Dog dalam The Raid mengatakan, bela diri ini lebih banyak menekankan pertahanan diri. “Rata-rata jurus Pencak Silat diawali dengan gerakan menghindar bukan serangan. Itu adalah statement filosofis bahwa Silat tidak untuk membunuh tetapi untuk bertahan” kata Yayan yang di Indonesia kini lebih terkenal dengan julukannya sebagai Mad Dog.

Posisi tangan yang selalu terbuka siap menangkis, tambah Mad Dog, menunjukkan bahwa Pencak Silat tidak bersifat agresif. Meski tentu saja bela diri ini juga bisa sangat mematikan jika dipakai untuk menyerang lawan.

Pencak Silat dianggap Kuno

Indonesia adalah negeri multi etnis dengan ribuan pulau yang mempunyai kekayaan besar dalam seni bela diri. Ada ratusan varian dengan gerakan olah tubuh berbeda-beda. Tahun 1948, semua jenis bela diri yang ada di Indonesia disebut dalam sebuah nama: Pencak Silat.

Belakangan, bela diri ini semakin sedikit peminatnya. Anak-anak muda tidak begitu suka karena menganggap Silat itu kuno dan terbelakang. Dalam film atau serial televisi di Indonesia, Pencak Silat tampil dengan wajah mistik. Para pendekar Silat digambarkan bertarung dengan Naga atau bisa menghilang: jauh dari kenyataan.

Generasi muda Indonesia yang lebih rasional karena pendidikan yang semakin maju, tidak menyukai wajah Silat yang penuh klenik. Iko Uwais mengakui selama ini kemasan Pencak Silat terlalu kuno “The Raid ingin menghapus gambaran mistik: dalam film ini tidak ada penggambaran orang yang bisa terbang sebagaimana image Silat selama ini“.

Film The Raid arahan sutradara asal Wales, Gareth Evans, tampil tanpa mistik dan lebih memilih resep khas film action Hongkong tahun 80-an: sedikit cerita tapi banyak adegan perkelahian.

Iko mengatakan, adegan perkelahian The Raid dibuat senyata mungkin tanpa efek khusus dan full body contact. Hasilnya adalah sebuah film action menawan. Beberapa komentar bahkan menjuluki The Raid sebagai film action klasik terbaik yang pernah dibuat beberapa dekade terakhir.

Dalam berbagai festival film internasional, The Raid dipuji karena koreografi perkelahiannya yang detail, indah dan non stop. Kamera aktif menangkap keindahan gerak tangan dan kaki para pemain yang memang ahli Pencak Silat. Pengarah gaya untuk adegan perkelahian film ini adalah Iko Uwais sang pemeran utama dan Yayan Mad Dog Ruhiyan, yang berperan sebagai penjahat.

Kepada DW, Iko bercerita bahwa selama berbulan-bulan ia dan Mad Dog menyiapkan detail koreografi adegan demi adegan perkelahian. Mereka juga meng-casting seluruh pemain pendukung untuk memastikan bahwa mereka menguasai Pencak Silat.

Tak ada lagi mistik, yang ada adalah adegan laga non stop. Iko Uwais berharap, The Raid mengubah perspesi silat menjadi seni bela diri modern.

Go Internasional

The Raid yang diputar sebagai film pembuka dalam Toronto International Film Festival, mendapat sambutan luar biasa. Usai pemutaran, Iko Uwais dikerubuti oleh banyak orang yang bertanya: apa itu Pencak Silat?

Dalam situs Youtube, para penonton dari luar negeri yang menyaksikan cuplikan The Raid mengaku terkejut, bahwa di sebuah negeri bernama Indonesia ada seni bela diri yang begitu indah.

Iko Uwais bercerita, ia menerima banyak surat dari penonton The Raid di berbagai negara. Sebagian besar ingin tahu soal Pencak Silat. Seorang penonton The Raid asal Prancis yang berprofesi sebagai security menulis surat kepada Iko dan mengaku sedang menabung untuk pergi ke Indonesia agar bisa mempelajari langsung Pencak Silat.

Peminat Pencak Silat masih tergolong sedikit bila dibandingkan jenis bela diri terkenal lainnya. Meski sebetulnya bela diri asal Indonesia ini sudah ada di 49 negara di seluruh dunia.

Di Jerman Pencak Silat telah berkembang sejak tahun 1981. Octav Setiadji adalah orang pertama yang membuka perguruan Silat di Berlin. Kini muridnya lebih dari seratus orang dan hampir semuanya adalah warga Jerman, salah satunya adalah Ole Ziegler (27 th).

Pemuda Jerman ini mempelajari bela diri sejak usia 7 tahun. Ia telah menjajal berbagai jenis bela diri mulai dari Karate, Ju-Jitsu, Muay Thai, Shaolin Kung Fu, Ving Tsun dan Jeet Kune Do. Tapi sejak lima tahun lalu ia memutuskan mendalami pencak silat. Ziegler mengaku tertarik karena Pencak Silat secara sempurna menggabungkan seni bela diri dan olahraga.

Jika tahun 70-an Bruce Lee mempopulerkan Kung Fu ke tingkat dunia. Kali ini, Iko Uwais bertekad membawa pencak silat ke tingkat yang lebih tinggi.

Andy Budiman

Editor: Christa Saloh-Foerster