1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bursa Internasional Runtuh Salah Siapa?

Henrik Böhme25 Agustus 2015

Bursa di seluruh dunia melorot sejak beberapa hari terakhir. Apakah Cina akan memicu krisis baru? Indikasi menunjukan hal sebaliknya, dan pasar yang overheat kini mendingin ke titik normal. Perspektiv Henrik Böhme.

https://p.dw.com/p/1GL0c
Symbolbild New York Stock Exchange Börse Baisse Kurssturz
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane

Hingga kini belum terjadi apapun. Hanya pasar bursa yang goncang hebat. Kerugian di seluruh dunia tembus angka milyaran Dolar. Tapi, mengingat indikasi bursa, di mana sejumlah index saham meroket tak wajar sejak beberapa bulan belakangan, keruntuhan bursa aktual sebetulnya tidak mengherankan.

Tentu saja ini merupakan berita buruk bagi pasar yang yang sudah overheat beberapa minggu terakhir ini. Terutama dari Cina. Jika kekuatan ekonomi nomor dua terbesar sedunia tiba-tiba kolaps, para penanam modal tentu saja akan panik. Tapi Cina bukan satu-satunya pemicu masalah. Ada banyak yang lainnya, dari Rusia hingga Brasil yang kini terperosok ke dalam resesai.

Memang amat gampang jika mencari penyebabnya di negara berkembang. Tapi pada dasarnya, booming di pasar saham dalam tujuh tahun belakangan, sebetulnya disubsidi oleh bank sentral adidaya ekonomi dunia. Sejak runtuhnya Lehman, Fed dan ECB memompa trilyunan Dolar dan Euro uang segar ke pasar. Sementara tingkat suku bunga ditekan nyaris nol persen. Tapi ke mana uang itu mengalir? Pada dasarnya uang itu harus menciptakan laba, agar dana pensiun atau asuransi masih tetap bisa memenuhi janji keuntungan.

Menimbang "gelembung" uang murah itu, para pakar ekonomi sudah meramalkan, pasar akan ekstrim labil. Anehnya, saat kurs naik, seperti ketika index saham Jerman DAX menembus angka magis 12.000 poin, tidak ada satupun yang bertanya, apa sebabnya? Tapi ketika kurs anjlok, seperti di awal pekan ini, semua gugup dan ingin tahu penyebabnya.

Deutsche Welle Henrik Böhme Chefredaktion GLOBAL Wirtschaft
Henrik Böhme pemred ekonomi global DWFoto: DW

Tapi sebetulnya, masih banyak pemain pasar yang tidak cemas. Sebab masih ada faktor yang menenangkan. Kondisi ekonomi Amerika Serikat yang kini mengarah lagi pada konjunktur, turunnya harga minyak mentah dan bahan mentah lainnya seperti bijih tembaga, adalah beberapa diantaranya.

Banyak hal kini tergantung pada bank sentral Amerika dan direkturnya Janet Yellen. Pengumumkan kenaikan suku bunga misalnya, akan sontak memicu kecemasan di negara berkembang. Sebab investor akan menarik kapital dari sana dan memindahkannya ke Amerika. Ini ibarat lingkaran setan.

Tapi, kita tahu, suatu saat "pengobatan krisis" dengan menggelontorkan uang dan suku bunga nol persen harus diakhiri. Masalahnya sekarang, jika krisis Cina terus meluas, Barat tidak akan punya lagi instrumen untuk mencegah fenomena itu.