1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penemu Gunting Genetika

26 Oktober 2016

Emmanuelle Charpentier bersama empat ilmuwan AS mengembangkan piranti serupa gunting yang bisa memanipulasi gen manusia. Dengan terobosannya itu ilmuwan kini berpeluang menyembuhkan penyakit genetika seperti leukimia.

https://p.dw.com/p/2RiZg
Foto: picture-alliance/dpa/P. Steffen

Pakar biologi Emmanuelle Charpentier beberapa tahun yang lalu membuat terobosan di dunia biologi molekuler. Bersama rekannya dari Amerika ia berhasil mengungkap cara bakteri mengalahkan virus. Ilmuwan ini menyadari bahwa mekanisme alami itu bisa digunakan sebagai alat untuk merekayasa gen.

Teknik Crispr-Cas9 bisa merekayasa sekuens yang tidak diinginkan pada genom dan menggantinya dengan sekuens baru DNA secara mudah, cepat dan teliti. Charpentier: "Yang paling menarik dan menakjubkan dari penemuan ini adalah kami mencoba mengerti mekanisme alami kehidupan dan akhirnya menemukan mekanisme yang bisa digunakan dan diterapkan di dunia biologi, bioteknologi dan biomedis."

Gunting Genetika Sembuhkan Penyakit Mematikan

Pada manusia, penyakit kanker atau penyakit genetika bisa disembuhkan. Tapi masalahnya seberapa jauh DNA manusia boleh direkayasa? Ini pertanyaan para ahli etika. Dalam penelitian tanaman, CriprCas9 diuji pada jagung. Tujuannya menciptakan varian dengan hasil panen lebih banyak. Jamur kancing atau champignon juga diuji coba agar tidakn cepat berubah warna menjadi cokelat. Atau kacang tanah yang bebas alergen. Alam kini bisa dimanipulasi dengan lebih mudah.

Berlin kini menjadi tempat tinggal Emmanuelle Charpentier. Sejak 2015 ia menjabat sebagai direktur Max-Planck-Institut untuk Biologi Infeksi. Masih banyak kardus-kardus pindahan yang belum dibongkar. Dan juga masalah perdebatan hak paten. Di dunia ilmiah sebenarnya bukan hal yang aneh. Dalam kasus Charpentier, seorang peneliti asal Amerika menyatakan dirinya lah yang pertama kali menguji Crispr-Cas9 pada sel manusia. "Tentu saja pada penemuan yang bagus, hak paten lantas menjadi permasalahan. Demikian halnya untuk CrisprCas9. Tapi saya sangat optimis."

Masih perlu waktu lama hingga perdebatan hak paten selesai. Charpentier harus terlebih dahulu mengorganisir laboratorium dan menyusun tim. Ia tidak punya banyak waktu luang. Perempuan asal Perancis ini sekarang dianggap sebagai bintang dunia ilmiah. Banyak penghargaan bergengsi yang telah diraihnya. Media memburunya untuk wawancara. Padahal Charpentier belum tuntas dengan dunia penelitian.

Charpentier: "Tentu sulit untuk bisa menemukan hal lain dengan dampak yang sama seperti Crispr-Cas9. Tapi kami punya beberapa proyek menarik yang dikembangkan di laboratorium. Target saya meneruskan penelitian agar ada terobosan baru di masa depan. Menurut saya ini yang menarik bagi seorang ilmuwan."

Mabel Gundlach (vlz/as)