1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Chavez Russland

10 September 2009

Presiden Venezuela Hugo Chavez bergembira atas hubungan baik dengan Moskow. Ia terutama berminat pada persenjataan Rusia.

https://p.dw.com/p/Ja1p
Presiden Venezuela Hugo Chavez.Foto: AP

Untuk kedelapan kalinya Chavez berkunjung resmi ke Rusia. Tiga di antaranya pada masa jabatan Presiden Dmitri Medvedev yang belum genap 18 bulan berkuasa.

Hugo Chavez, pemimpin flamboyan yang terkenal akan pernyataan pedasnya terhadap Washington memulai kunjungan dengan pidato 2,5 jam, Rabu malam (09/09), dimana ia membandingkan AS dengan ular boa yang menelan bangsa-bangsa kecil.

"Kamu tahu bagaimana seekor boa menelan mangsanya?", tanya Chavez kepada mahasiswa Universitas Patrice Lumumba di Moskow, seperti dikutip kantor berita Interfax. AS ingin menguasai seluruh dunia, tetapi kerajaan Yankee akan ambruk. Pasti terjadi dalam tahun-tahun atau dekade mendatang, tambah Chavez.

Ia memuji Presiden Dmitri Medvedev dan PM Vladimir dengan mengatakan Rusia tengah bangkit dari posisi semula bertekuk lutut.

Presiden Venezuela nyata-nyata menunjukkan dukungan bagi Rusia. Pada kunjungannya ke kediaman Medvedew di pinggir Moskow, Kamis ini (10/09), Chavez mengatakan, mulai hari ini negaranya mengakui kemerdekaan Ossetia Selatan dan Abkhasia. Pernyataan itu disambut Presiden Medvedev dengan ucapan terima kasih.

Sebelumnya, hanya Nikaragua yang bergabung dengan Moskow dalam mengakui kemerdekaan kedua provinsi Georgia itu.

Pengumuman Chavez merefleksikan semakin eratnya hubungan kedua negara. Semua tak lepas dari upaya Rusia untuk memperluas kekuatannya dan menandingi pengaruh AS di Amerika Latin. Ini sejalan dengan sikap anti AS yang digadang-gadang Chavez.

Dalam kunjungannya yang terdahulu ke Moskow, Chavez mengatakan, "Kami membangun tatanan baru dunia yang membantu mengakhiri kekuasaan AS, menjembatani kubu-kubu yang berlawanan dan menjamin perdamaian di dunia."

Venezuela dan Rusia adalah dua negara adi daya untuk minyak dan gas bumi, kata Chavez. Sumber di Kremlin mengatakan, pembicaraan dengan Presien Medvedev dan PM Putin akan dipusatkan pada perluasan kerjasama militer dan energi.

Sekitar 10 perjanjian mencakup sektor bahan bakar dan energi, kerjasama teknik militer dan keuangan sudah disiapkan. Kantor berita Rusia melaporkan, Chavez juga ingin membeli senjata baru.

Venezuela tengah mempersenjatai diri. Bagi pemerintah di Caracas, rencana perjanjian militer antara negara tetangganya Kolumbia dan AS merupakan duri dalam daging. Sejak tahun 2005, Chavez memesan senjata dan teknik militer senilai 3,5 miliar Euro dari Rusia.

Kini, kapal selam, panser, helikopter tempur dan sistem pertahanan anti rudal masuk dalam daftar belanja Chavez.

Walau terpisah jarak 6.000 kilometer, ada banyak hal yang paralel antara Venzuela dan Rusia, tulis Robert Amsterdam, dalam artikel untuk "Washington Post", awal tahun ini. Pengacara kenamaan itu mewakili tahanan politik di banyak negara, termasuk Venezuela dan Rusia.

Chavez dan Putin, dua politisi yang bersahabat, menghubungkan kecenderungan gaya pemerintahan mereka yang otoriter represif dengan nasionalisasi perusahaan minyak dan bisnis senjata, kata Amsterdam. Di kedua negara itu, kekerasan dan pembunuhan juga meningkat. Korbannya termasuk kalangan jurnalis.

Rusia merupakan salah satu persinggahan Chavez dalam lawatan 11 hari yang dimulai dari Suriah, Senin lalu. Persinggahan lain di antaranya Libya, Aljazair, Belarusia dan Spanyol.

ET/RP/HP/afp/rtr