1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Chavez Menangkan Referendum

Asril Ridwan17 Februari 2009

Presiden Venezuela Hugo Chavez menangkan referendum, untuk memungkinkannya kembali dipilih. Bagaimana tanggapan media Internasional?.

https://p.dw.com/p/Gw3t
Pengikut Presiden Hugo Chavez rayakan kemenangan dalam referendumFoto: AP


Harian Spanyol EL MUNDO yang terbit di Madrid menulis, "

Dengan perubahan konstitusi memperbolehkan Presiden Venezuela Hugo Chavez untuk kembali mencalonkan diri..Dengan menggunakan sarana pemerintah dan segala tipu muslihat, Chavez berhasil menggolkan keinginannya. Hasil referendum telah diketahui sebelumnya. Lewat referendum , ia kembali berusaha untuk menampilkan rejim yang dipimpinnya sebagai demokratis, meskipun pada kenyataannya tak lain dari sebuah bentuk diktatur. Di Venezuela, korupsi, kriminalitas dan kemiskinan meluas dengan cepat. Dan yang paling terburuk adalah, kemungkinan terjadinya pergantian kekuasaan ,sekarang menjadi sirna.

Harian Inggris THE INDEPENDENT yang terbit di London menurunkan tajuk berjudul",apakah Venezuela terjerumus kedalam sebuah negara otoriter?.

Selanjutnya harian ini menulis,

"Hugo Chavez berhasil mencapai tujuannya. Ia dapat dipilih kembali pada tahun 2012. Secara teoritis, ia dapat memegang tampuk kekuasaan untuk masa 12 tahun lagi, atau malah lebih lama lagi. Bagi pengikutnya, keberhasilan dalam referendum berarti sebuah kemenangan bagi " revolusi Bolivar". Tapi pihak oposisi didalam dan diluar negeri menilai sebagai perubahan arah Venezuela yang dapat bermuara menjadi kediktatoran. Masa depan Venezuela semakin tergantung kepada satu orang.

Harian Swiss NEU ZÜRCHER ZEITUNG dalam tajuknya menulis,

"Dengan tergesa-gesa Hugo Chaves menyelenggarakan referendum yang tidak membatasi ia dapat kembali dipilih. Diwaktu belakangan dengan mendesak ia menghadapi masalah, secepat apa krisis ekonomi global juga akan melanda Venezuela, yang dapat memperlemah " revolusi Bolivar" yang dicanangkannya. Merosotnya penerimaan dari hasil minyak bumi, tidak hanya memberikan dampak terhadap program sosial yang dijalankannya, dimana selama ini Chaves mendapatkan jaminan dukungan suara dari kalangan warga miskin. Melainkan juga terhadap bantuan persaudaraan kepada beberapa negara sosialis di kawasan Amerika Latin. Referendum yang diselenggarakan dengan cepat, adalah tindakan Chaves untuk mengukuhkan kekuasaannya, sehubungan dengan bayangan ancaman badai krisis yang akan melanda negaranya.

Harian Denmark AFFENPOSTEN yang terbit di Kopenhagen berkomentar,

"Dibalik hasil referendum terlihat keberhasilan " cuci otak" yang dilakukan Presiden Hugo Chavez. Ia berhasil menjaring suara mayoritas untuk mempercayai, bahwa Venezula akan lebih baik berada dibawah kepemimpinannya selama hidup. Sejak lama Chavez telah menunjukkan ambisinya untuk menjadi diktator. Tapi, mayoritas warga dapat menerimanya, karena pendapatan hasil minyak bumi,dipergunakannya memperbaiki bidang pendidikan dan kesehatan, serta untuk membantu warga yang miskin. Popularitas Hugo Chaves akan dapat merosot. bila penerimaan hasil minyak bumi tidak lagi mengalir,akibat dampak krisis ekonomi global.(ar)