1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Demonstrasikan Dominasi dan Kekuatan

11 November 2014

Cina tunjukkan dominasi dan kekuatannya dalam KTT APEC di Beijing. Dengan cerdik Cina juga memanfaatkan kelemahan presiden Obama seusai pemilu sela di AS.

https://p.dw.com/p/1Dl9z
APEC-Gipfel/ Chinas Präsident Xi Jinping
Foto: Reuters

Media internasional menanggapi pertemuan puncak Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) yang digelar di Beijing, dengan menunjukkan dominasi dan kekuatan tuan rumah Cina. Upaya Beijing mengambil alih dominasi ekonomi dan politik di kawasan amat kentara dengan memanfaatkan makin lemahnya posisi tawar Obama dalam politik luar negeri serta lumpuhnya ruang geraknya dalam politik di dalam negeri.

Harian liberal kanan Spanyol El Mundo yang terbit di Madrid dalam tajuknya berkomentar; Cina mengklaim peranan lebih besar di Asia. Rezim komunis di Beijing menghendaki negara itu menjadi motor ekonomi di benua Asia, dan mendesak ke pinggir Amerika yang selama ini memainkan peran sebagai pimpinan di kawasan. Presiden sekaligus ketua partai komunis, Xi Jinping menilai, menimbang lemahnya posisi Obama, situasinya saat ini amat menguntungkan. Ia mengumumkan akan meningkatkan investasi di negara Asia lainnya, serta membiayai proyek infrastruktur. Raksasa Asia ini dengan itu makin memperkuat posisinya. Sebuah ironi, bahwa sebuah rezim otoriter yang mengabaikan norma internasional dan melanggar hak asasi, dalam perebutan pengaruh global, justru meninggalkan Uni Eropa dan siap menyalip posisi Amerika Serikat.

Harian Austria Der Standard yang terbit di Wina juga menulis tajuk yang senada. Cina kini demonstrasikan kekuatannya. Target geopolitik baru dari rezim komunis di Beijing dapat dilihat dengan tegas pada KTT APEC. Penguasa baru Cina tidak menunggu negara lain datang secara sukarela, melainkan sebaliknya, Bejing mengiming-imingi dengan uang, peluang pasar serta keramahan sebuah negara adidaya di masa depan. Cina ingin memainkan peranan utama di tatanan regional dan internasional. Washington juga menyadari, yang menentukan perdamaian atau perang di abad ke 21 bukanlah konflik dengan Rusia atau perang melawan milisi teror Islamic State, melainkan politik riil yang logis, berupa manajemen diplomatik yang kokoh dengan Beijing.

Harian Jerman Neue Osnabrücker Zeitung juga menulis tajuk terkait klaim hegemoni Cina di kawasan Asia-Pasifik. Jauh sebelum digelarnya KTT APEC, Beijing sudah menegaskan klaimnya di kawasan Asia-Pasifik, yakni sebagai pemimpin. Dengan itu, kekuatan ekonomi nomor dua terbesar sedunia sudah mengirim sinyal jelas kepada saingan terberatnya, Amerika Serikat. KTT APEC akan menjadi panggung teater, dimana pemisahan posisi di tatanan dunia menjadi sangat kentara. Cina dan Amerika akan bersaing pengaruh di kawasan Asia-Pasifik. Semua akan berebut porsi ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik.

Sementara harian Belanda de Volkskrant yang terbit di Amsterdam lebih menyoroti pertemuan antara presiden Cina, Xi Jinping dan PM Jepang, Shinzo Abe serta maknanya bagi klaim hegemoni Cina. Media Cina memberitakan, pertemuan dilakukan atas permintaan Abe. Artinya, Jepang-lah yang bertekuk lutut lebih dulu. Sebuah citra bagus buat Cina, dimana perasaan anti Jepang meluas di kalangan warga. Juga bagi Xi, citra ini bagus untuk propaganda internasional. Jika pimpinan negara ekonomi terbesar ketiga dunia membungkukan badan kepada Cina, hal itu makin menegaskan, seluruh dunia kini harus memperhitungkan penguasa di Beijing. Juga presiden Xi Jinping secara tegas dan terbuka, sudah menuntut peranan sebagai pimpinan di tatanan global tersebut.

as/vlz (dpa,afp)