1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

061210 China Menschenrechte

6 Desember 2010

Bebera hari sebelum upacara pemeberian penghargaan Nobel Perdamaian di Oslo kepada Liu Xiaobo, pemerintah Cina melakukan pengetatan terhadap para aktifis. Korban terbaru dari represi ini adalah seniman Cina Ai Weiwei.

https://p.dw.com/p/QQwI
Plakat menuntut pembebasan Liu XiaoboFoto: AP

Ai Weiwei berada dalam perjalanan ke Korea Selatan, dari sana ia bermaksud melanjutkan perjalanan ke Berlin dan Denmark. Tetapi rencana itu gagal. Setengah jam sebelum penerbangan, kepergian seniman terkenal itu dihentikan polisi perbatasan:

"Saya tengah berada di ruang tunggu dan sudah sekitar satu jam menunggu, lalu datang seorang polisi wanita yang meminta paspor saya, dan mengatakan ada masalah dengan pemeriksaan paspor. Di situ, jelas bagi saya, mereka ingin menghentikan perjalanan saya. Lalu ia menunjukkan pada saya sebuah surat pernyataan dari kantor keamanan publik, bahwa perjalanan saya dari Cina dapat mengancam keamanan negara," disampaikan Ai Weiwei.

Sebenarnya, seniman asal Beijing ini tidak merencanakan perjalanan ke Oslo, di mana pada hari Jumat 10 Desember akan dilaksanakan penyerahan hadiah nobel kepada pemenangnya, Liu Xiaobo. Tetapi Ai Wewei yakin bahwa pembatalan perjalannya berkaitan dengan acara tersebut. "Pemerintah Cina sangat marah atas pemberian penghargaan tersebut dan telah menetapkan daftar nama ratusan orang, yang tidak diijinkan meninggalkan Cina."

Sejak beberapa pekan belakangan, sejumlah pembangkang, akademisi dan pengacara ditolak ijinnya untuk bepergian ke luar negeri, termasuk diantaranya salah satu pengacara Liu Xiaobo. Pemerintah Cina khawatir, mereka akan melanjutkan perjalanan ke Oslo.

Pemenang hadiah Nobel Perdamaian, Liu Xiaobo, tengah menjalani hukuman 11 tahun penjara karena tuduhan subversi terhadap negara. Istrinya, Liu Xia, berada di Beijing di bawah status tahanan rumah dan dilarang berhubungan dengan dunia luar. Aktivis lainnya juga diawasi secara ketat.

Pemerintah Cina telah berulang kali mengkritik tajam pemberian hadiah Nobel untuk Liu Xiaobo. Juru bicara Kementrian Luar Negeri Cina, Jiang Yu, menggambarkan keputusan Komite Hadiah Nobel di Norwegia tersebut bermotif politis, "Komite Hadiah Nobel tahun ini diberikan pada seorang kriminal yang tengah menjalani hukuman penjara, karena ia telah melanggar hukum Cina. Ini merupakan dukungan terbuka terhadap aksi kriminal di Cina, sebuah provokasi dan campur tangan terhadap kedaulatan hukum kami."

Oslo tengah mempersiapkan sebuah upacara penganugerahan hadiah tanpa penerimanya, bahkan kerabat dekatnya. Hal ini merupakan ke dua kalinya dalam sejarah hadiah Nobel Perdamaian. Indonesia termasuk negara yang tidak mengirimkan wakil resmi untuk menghadiri acara itu. Cina sebelumnya mengancam negara-negara yang bernaiat hadir.

Ruth Kirchner/Miranti Hirschmann

Editor: Yuniman Farid