1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

210110 Konjunktur China

Edith Koesoemawiria21 Januari 2010

Cina berhasil mengatasi krisis ekonomi global lebih cepat daripada negara-negara lain. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Cina di tahun 2009 mencapai 8,7 persen.

https://p.dw.com/p/Lcbg
Foto: AP

Perkembangan ekonomi Cina di kwartal keempat 2009 menunjukan pertumbuhan 10,7%. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mencapai 8,7%. Lebih tinggi dari target 8% yang ditetapkan pemerintah Cina guna menghindari kerusuhan sosial, dan jauh lebih tinggi dari 7% perkembangan ekonomi yang diprediksi sejumlah ekonom.

Di balik angka positif itu terdapat para pekerja, seperti Ye Xiaxia. Perempuan berusia 24 tahun ini berasal dari keluarga miskin di provinsi Guizhou. Ia sudah tahunan menjadi pekerja harian di sebuah pabrik di Shenzen, yang jaraknya ratusan kilometer dari kota kelahirannya. Pabrik tempat Ye Xiaxia bekerja, menghasilkan salah satu produk ekspor Cina. Seputar awal 2009, ekspor Cina berkurang 16%, impor juga turun sebanyak 11%. Namun di penghujung tahun 2009 lalu, angka-angka itu membaik dan Cina menyisihkan Jerman sebagai negara ekspor terbesar di dunia.

Namun Kepala Badan Statistik Cina Ma Jiantang melihat tantangan yang berbeda, "Besarnya ekspor Cina yang melebihi Jerman menunjukkan bahwa ekonomi Cina berhasil mengatasi krisis keuangan global. Tapi nyatanya, penghasilan per orang di Cina belum termasuk 100 negara terbaik. Penduduk Cina sangat banyak, sedangkan dasar ekonominya lemah dan sumber bumi kami sedikit. Inilah sebenarnya yang menjadi tantangan."

Bagi Ma Jiantang, tidak penting apakah ekonomi Cina bakal mengalahkan Jepang atau dalam 40 tahun bisa lebih baik dari Amerika serikat. Menurut dia, yang terpenting adalah meningkatkan standar hidup 150 juta warga China, agar penghasilannya lebih dari satu Dolar AS sehari. Apalagi dari bulan ke bulan, harga-harga di dalam negeri melejit tinggi.

Ketua Badan Pengawas Perbankan Liu Mingkang telah mengumumkan politik uang yang lebih ketat guna mengendalikan inflasi. Desember 2009 tercatat, Cina hanya mengalami 1,9% inflasi, tetapi itu tanpa memperhitungkan harga properti yang menggelembung. Seorang penduduk Shanghai menyalahkan pemerintah, karena sampai kini harga rumah belum terjangkau. Perlu sedikitnya 3 generasi untuk melunasi pembelian sebuah rumah. Namun pakar keuangan dari China European Business School di Shanghai, Horst Löchel melihat situasi keseluruhannya positif.

"Saya optimis melihat angka-angka itu. Pertanyaannya, bagaimana kelanjutannya? Hal itu bergantung pada permintaan di dalam negeri. Penghasilan setiap rumah tangga harus ditingkatkan, sistem sosial juga harus dikembangkan, masyarakat memerlukan rasa aman yang lebih besar, karena dengan begitu mereka akan lebih sedikit menabung dan lebih banyak berbelanja,“ begitu ungkap Hort Löchel.

Kini pemerintah Cina berusaha menghindari perkembangan ekonomi yang tidak terkendali. Juga para pakar mengingatkan agar produksi di sektor industri, seperti baja atau bahan kimia, tidak berlebihan, untuk mencegah kejenuhan pasar.

Astrid Freyeisen / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk