1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Clinton Khawatirkan Adanya Transfer Teknologi Nuklir Korut-Myanmar

22 Juli 2009

Kecurigaan adanya transfer teknologi nuklir diantara kedua negara yang diisolasi internasional ini meningkat setelah adanya laporan berlayarnya kapal milik Korea Utara menuju Myanmar.

https://p.dw.com/p/IvJR
Gambar simbol nuklir Korea UtaraFoto: AP/APTN

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton memperingatkan kemungkinan jaringan nuklir antara Myanmar dan Korea Utara. Negara komunis itu bisa berbagi teknologi nuklir dengan Myanmar yang diperintah rejim militer dan memunculkan ancaman besar bagi kawasan, kata Clinton yang tiba di Phuket, Thailand, Rabu (22/07) untuk menghadiri pertemuan tingkat Menlu ASEAN.

Kepada televisi nasional Thailand Hillary Clinton mengatakan, pihaknya mengkuatirkan transfer teknologi nuklir dari Korea Utara kepada Myanmar. Selasa (21/07), Clinton mengatakan, Washington menanggapi dengan sangat serius laporan kerjasama militer konvensional antara dua negara itu. Kerjasama itu akan mendestabilisasi kawasan, tambah Clinton.

Kecurigaan terhadap kedua negara meningkat setelah kapal angkatan laut AS bulan lalu mulai menelusuri jejak kapal, diduga milik Korea Utara, yang dilaporkan menuju Myanmar.

Korea Utara dan Myanmar, keduanya diisolasi dan dijatuhi sanksi internasional, akan mendominasi pembicaraan dua hari Clinton dengan para menlu ASEAN dan Forum regional ASEAN yang lebih luas.

Sebelum tiba di Phuket, Thailand, Clinton menawarkan kemitraan yang lebih produktif pada rejim militer Myanmar, juga dikenal dengan nama Birma. Tapi junta harus lebih dulu mengambil langkah menentukan. "Kami tegaskan bahwa kami mengharapkan perlakuan yang adil terhadap Aung San Suu Kyi. Kami mengecam cara ia diperlakukan oleh rejim di Birma yang kami nilai tidak beralasan dan tidak bisa diterima.“

ASEAN juga menambah tekanan terhadap anggotanya, Myanmar. Kritik paling tajam dilontarkan Menlu Indonesia Hasan Wirajuda. Ia mengatakan, pemilu yang dijadwalkan tahun 2010 depan di Birma tidak bisa berlangsung bebas dan adil selama Suu Kyi masih berada dalam tahanan.

Pemenang Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi menghabiskan sekitar 14 tahun dalam 20 tahun terakhir sebagai tahanan rumah. Ia kini diadili karena dianggap melanggar penahanan rumah setelah seorang pria Amerika berenang menyeberangi danau untuk sampai ke rumah Suu Kyi. Sidang dilanjutkan Jumat pekan ini (24/07) dengan pledoi kunci.

Di Phuket, Menlu AS Clinton akan menandatangani perjanjian, mengisyaratkan komitmen AS yang diperbaharui pada Asia Tenggara. Ia juga akan bertemu rekan-rekan sejawatnya dari Cina, Rusia, Jepang dan Korea Selatan untuk membicarakan dimulainya kembali dialog yang mandek dengan Korea Utara tentang program nuklir negara itu.

Di Phuket, para Menlu ASEAN akan menetapkan pembentukan komisi pengawas HAM di 10 negara anggota. Kesepakatan mengenainya akan ditandatangani pada KTT ASEAN Oktober mendatang. Para pengamat mengkritik, komisi yang direncanakan itu memiliki kekuasaan terlalu kecil untuk menangani pelanggaran HAM di negara-negara seperti Birma, Vietnam atau Laos. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggota adalah prinsip yang dijunjung tinggi ASEAN selama ini.

Bernd Musch-Borowska/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid