1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ramalan Berdampak Pada Putusan Masadepan Manusia

26 September 2017

Hingga kini tak ada yang tahu bagaimana sosok masadepan. Tapi para ilmuwan selalu berusaha membuat prognosa mengenai apa yang bisa terjadi di masa depan. Padahal banyak ramalan meleset gara-gara anomali parameter.

https://p.dw.com/p/2khQJ
Symbolbild Astrologie
Foto: Fotolia/Sonja Birkelbach

Dampak Signifikan Ramalan Masa Depan

Alexis Bouvard punya visi ke depan. Tahun 1821 ia meramalkan, harusnya ada sebuah planet lain di dekat Uranus. Pergerakan Uranus mengorbit matahari, tidak sesuai dengan hukum Kepler.

Pada saat Bouvard melontarkan prediksi, belum ada teknologi untuk membuktikannya. Seiring majunya teknologi, dan dengan penemuan Neptunus 25 tahun kemudian, ramalan Bouvard terbukti.

Pakar kimia Rusia Dimitri Mendelejew pada 1870 menyusun sistem periodik. Di zaman itu, belum semua elemen kimia ditemukan. Dimana tidak ada elemen yang cocok dengan periode itu, ia mengosongkan kolomnya.

Mendelejew meramalkan, di masa depan kolom elemen kosong akan terisi. Ramalan ini menjadi keniscayaan, karena dalam ilmu alam semua berbasis hukum keteraturan.

Parameter sosial dan ekonomi yang tak pasti

Di bidang ekonomi lebih sulit. Pakar ekonomi Professor Thomas Bauer membuat analisa konjungktur dan ramalan kependudukan. Artinya ia bekerja dengan banyak parameter tak pasti.

Prof. Thomas Bauer, pakar ekonomi dari Leibniz-Institut untuk riset ekonomi di Essen menjelaskan: "Jika saya meramalkan sesuatu, yang waktunya dekat, saya punya banyak informasi, untuk membuat ramalan bagus. Tapi jika waktunya jauh di masa depan, kemungkinan ramalan meleset amat besar. Ramalan memicu perubahan perilaku, yang membuat ramalan tidak berlaku lagi."

Ini sering menggiring pada prognosa yang salah. Contohnya, "Club of Rome" pada 1972 meramalkan habisnya semua sumber energi fosil pada tahun 2000. Pada perubahan milenal, diprediksi tidak akan ada lagi minyak, gas dan batubara. Atau ramalan Brexit. Hingga sesaat sebelum referendum ditutup, diramakan Inggris akan tetap berada dalam Uni Eropa. Sebuah kekeliruan ramalan.

Inilah mengapa ramalan ekonomi atau sosial kerap tidak tepat. Pasalnya banyak faktor dan perubahan yang saling mempengaruhi. Prof. Thomas Bauer menjelaskan lebih jauh:  "Tentu saja, ramalan akan meleset, jika terjadi peristiwa tak terduga. Pecahnya gelembung properti di Amerika, bencana alam, atau konflik politik di negara tujuan ekspor penting. Semua peristiwa  yang tidak diduga ini, membuat prognosa jadi meleset".

Fenomena tak terduga

Para ilmuwan menjulukinya "Angsa Hitam", sebagai simbol dari peristiwa yang sangat langka dan tidak terduga. Fenomena ini membuat semua ramalan meleset, atau bahkan membuat dunia gempar, contohnya bencana alam.

Tapi manusia tetap besikukuh dan yakin pada ramalan. "Kita perlun progonosa sebagai orientasi bagi masa depan. Agar bisa memperoleh keamanan perencanaan", ujar Prof Bauer.

Akan tetapi: Prognosa perubahan iklim, misalnya ancaman badai pasir yang bisa menghancurkan kota yang kita huni, tidak memicu perubahan perilaku. Penyebabnya, ramalan ini berada di luar pemahaman awam, bahwa dunia sedang berubah drastis. Dan itu berarti perubahan dramatis seluruh kehidupan umat manusia.

Penyebab lainnya, manusia berharap, ramalan tidak 100 persen tepat. Itu juga benar, karena sering hal tak diduga ikut memainkan peranan.

(DWInovator)