1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Deklarasi Serbia Kecam Pembantaian Srebrenica

1 April 2010

Parlemen Serbia akhirnya menyetujui deklarasi yang mengecam aksi pembantaian di Srebrenica tahun 1995. Pengambilan suara di parlemen didahului debat alot dan kontroversial.

https://p.dw.com/p/MkQf
Nama-nama korban di tugu peringatan pembantaian SrebrenicaFoto: picture-alliance/ dpa

Mengenai keputusan parlemen Serbia, harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis:

Presiden Tadic termasuk salah satu tokoh dari kelompok yang selama beberapa minggu terakhir dengan gigih memperjuangkan deklarasi itu di parlemen. Motivasinya tentu bukan semata-mata untuk mengelola masa lalu kejahatan perang Serbia. Ada juga pragmatisme politis. Prospek menjadi anggota Uni Eropa makin jelas. Karena itu Uni Eropa juga meningkatkan tekanannya. Deklarasi ini memang tidak mewajibkan pimpinan Serbia melakukan apa-apa. Tapi deklarasi mengecam pembunuhan massal ini mendapat mayoritas suara di parlemen setelah debat alot dan penentangan besar. Deklarasi ini bagus untuk meningkatkan kredibilitas Serbia di mata negara-negara barat. Apalagi jendral Ratko Mladic belum tertangkap, penanggung jawab utama pembantaian ini.

Harian Austria der Standard berkomentar:

Serbia ingin menjadi anggota Uni Eropa. Karena itu, menghadapi berbagai isu dalam negeri, pemerintah di Beograd selalu melirik juga ke Brussel. Jika deklarasi Srebrenica ini dianggap sebagai ujian bagi Serbia dalam mengelola masa lalunya, maka bisa dilontarkan pertanyaan, apakah Serbia lulus ujian ini. Jawabnya ya, sekalipun tipis, sama tipisnya dengan hasil pemungutan suara di parlemen. Deklarasi yang dicapai dengan kompromi ini tidak akan banyak membantu upaya Serbia mengelola masa lalunya. Karena selain deklarasi ini, hampir tidak ada struktur lain. Tidak ada pengelolaan sejarah secara sistematis, tidak ada kampanye media dan tidak ada materi pelajaran yang sesuai di sekolah.

Harian Jerman Tagesspiegel yang terbit di Berlin menulis:

Orang harus bisa menengok sampai ke hati nurani untuk tahu, apakah keputusan setuju ini jujur atau hanya tindakan strategis saja. Membantah selalu perlu lebih banyak tenaga. Sikap mengisolasi diri makin lama makin mahal. Banyak warga Serbia yang masih tetap memuja pahlawan perangnya Ratko Mladic, buronan penjahat perang yang diduga masih bersembunyi di negara itu. Resolusi yang terutama ditentang oleh kaum nasionalis ini memang menjanjikan kerjasa sama dalam upaya penangkapan Mladic. Apakah ini strategi atau bukan, yang jelas dengan resolusi ini Serbia sudah menunjukkan kesediaan untuk melompati bayangannya sendiri.

Harian Jerman lainnya, Frankfurter Rundschau menulis:

Pihak yang bertikai biasanya selalu bertanya, siapa berada di pihak yang benar, siapa yang lebih jahat dan siapa yang pada akhirnya dapat dinobatkan sebagai pemenang moral. Mereka membenarkan tindakannya sendiri. Bangsa-bangsa yang besar tidak melakukan itu. Mereka menyadari peran sejarahnya, mengakui tindakannya yang baik maupun yang jahat. Dengan resolusi tentang Srebrenica ini, Serbia beralih dari pihak yang berperang menjadi sebuah bangsa. Teks resolusi ini memang tidak terlalu tegas seperti berkas gugatan. Tapi yang penting adalah, deklarasi ini tidak menyisakan celah untuk argumentasi lain, dan deklarasi ini diputuskan dengan suara mayoritas.

HP/DK/dpa/afp