1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demo Anti WTO Berakhir Rusuh di Jenewa

29 November 2009

Protes damai anti WTO berakhir rusuh Sabtu (28/11), ketika orang-orang bertopeng melempari kaca toko, serta membakar mobil-mobil di pinggiran jalan. Polisi Swiss menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk meredamnya

https://p.dw.com/p/KkMW
Ribuan berpawai dalam protes damai menjelang Konferensi WTO Tingkat Menteri ke Tujuh.Foto: AP

Menjelang perundingan tingkat menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa, Sabtu lalu (28/11), ribuan orang menggelar protes damai di kota Swiss itu.

“Sedikitnya 3000 orang berkumpul di pusat kota hari Sabtu pukul 14.30 waktu setempat”, begitu menurut juru bicara kepolisian Jenewa Patrick Puhl. Ia menyebut jumlah yang lebih sedikit daripada yang dikatakan organisator. Para organisator aksi itu mengaku setidaknya 5000 orang dari berbagai negara turut berunjuk rasa. Tak semua yang terdaftar memang bisa hadir. Tiga aktivis Korea Selatan yang ingin mengikuti workshop yang berlangsung selama konferensi WTO dan juga berencana ikut dalam aksi protes, ditolak masuk ke Swiss dan ditahan di keimigrasian atas perintah pemerintahan di ibukota Bern. Asosiasi Petani Perempuan Korea yang turut mengorganisir aksi ini menuntut agar ketiga aktivis itu segera dibebaskan. Sementara itu meski tetap menyerukan protes terhadap perundingan WTO, para organisator yang termasuk Partai Hijau Swiss segera membubarkan prosesi demonstran setelah kerusuhan merebak.

Empat mobil dibakar dekat stasiun bis kota, sementara kaca etalase toko-toko, bank-bank dan hotel-hotel dihancurkan oleh sejumlah demonstran yang mengenakan topeng. Kepada media Puhl menegaskan, polisi Swiss kemudian terpaksa menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk meredam kerusuhan yang mulai berkobar.

Schweiz Anti WTO Demonstration
Mobil -mobil yang dibakarFoto: AP

Polisi menuding sekelompok 200 pengunjuk rasa sebagai penyulut kerusuhan itu. Menurut Puhl, ada tiga kelompok yang diketahui kerap menggunakan kekerasan, termasuk kelompok yang dijuluki polisi sebagai black bloc. Belasan anggota “black bloc” yang bertopeng, termasuk diantara 33 demonstran yang diciduk. Polisi juga menyita petasan, pipa baja, rantai sepeda, cat dan sejumlah benda lain dari mereka. Selain itu, polisi memblokir jalan menuju markas WTO di tepi danau Jenewa, yang merupakan bagian dari rute jalan para demonstran.

Di samping, sekelompok kecil demonstran yang menggunakan kekerasan itu, pada dasarnya para demonstran yang hadir melakukan protes damai. Prosesi demonstran yang mengenakan berbagai kostum dikawal oleh selusin traktor dan diiringi musik sebuah drum band. Sambil berjalan, mereka mengusung poster-poster bertuliskan “Stop Kapitalisme”, “WTO Tidak!” atau “WTO adalah musuh iklim global” dan “Kami tak akan menjual diri kepada WTO”.

Para aktivis itu menyebutkan bahwa kebijakan perdagangan yang diadopsi oleh negara anggota WTO menyebabkan meluasnya kemiskinan di baik negara kaya maupun di negara miskin. Mereka memrotes perusahaan-perusahaan multi nasional yang memeras petani di negara berkembang dan menekan standar perburuhan di negara-negara industri.

Senin (30/11), lebih dari 100 orang menteri akan bertemu di konferensi WTO di Jenewa selama tiga hari guna membahas sistem perdagangan multilateral dan situasi ekonomi global saat ini. Namun ada keresahan mengenai posisi Amerika Serikat saat ini terhadap WTO. Pasalnya sampai kini negara adidaya itu belum menempatkan duta besar untuk WTO. Para pengamat menilai pemerintahan Presiden Obama belum memberikan perhatian penuh terhadap perundingan perdagangan.

EK/LS/dpa/rtr/afp