1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demo Besar-besaran Warnai Hari Peringatan Anti Korupsi

8 Desember 2009

Bertepatan dengan peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember, sejumlah tokoh dan pegiat anti korupsi berencana menggelar aksi damai besar-besaran.

https://p.dw.com/p/KxGq
Ibukota JakartaFoto: picture-alliance / dpa

Aksi dipusatkan di ibukota Jakarta dengan menggalang massa ribuan orang. Aksi juga akan digelar serentak di 400 kota, di 33 provinsi di Indonesia.

Koordinator Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi Kompak Fadjroel Rachman memaparkan, meski secara langsung aksi ini dilatarbelakangi beberapa kasus kriminalisasi KPK dan kasus Bank Century, aksi tersebut bertujuan mengampanyekan pencegahan korupsi di Indonesia:

Aksi damai 9 desember yang diawali aksi jalan kaki dari Monas hingga Bundaran Hotel Indonesia, akan dilakukan tanpa orasi dan hanya dengan menggelar doa bersama dari enam tokoh agama.

Menurut Fajroel, Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember merupakaan saat yang tepat bagi rakyat untuk menunjukkan komitmen memberantas bahaya laten korupsi. Harapannya, Indonesia dan akan terbentuk kesadaran masyarakat Indonesia bersih dari praktik-praktik korupsi.

Menurutnya, skandal korupsi dapat membawa risiko tinggi yang sistematis dan organis dalam kehidupan bangsa. Jika tidak dituntaskan akan membawa bangsa kepada kehancuran. Terlebih lagi sebagian besar kasus korupsi yang ada di Indonesia didominasi kalangan elit kekuasaan.

Polda Metro Jaya sendiri menyiagakan 13 ribu personil dalam menghadapi aksi unjuk rasa 9 Desember. Pengamanan sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan adanya kerusuhan mengingat jumlah massa yang akan datang dalam aksi tersebut.

Sebelumnya, dalam pidato di depan peserta rapat pimpinan nasional Partai Demokrat, hari Minggu (06/12) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menuduh rencana peringatan Hari Anti Korupsi Dunia tanggal 9 Desember memiliki motif politik. SBY mengatakan memiliki fakta dan bukti tentang gerakan politik di balik rencana peringatan itu.

Noni Sunarni

Editor: Ayu Purwaningsih