1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demo Jumat di Suriah Kembali Telan Korban Jiwa

20 Agustus 2011

Presiden Suriah Bashar al Assad sama sekali tidak mengindahkan tuntutan untuk mundur dari negara-negara barat. Sedikitnya 34 orang tewas ditembak mati militer di beberapa kota dan daerah Suriah.

https://p.dw.com/p/12KZB
Militer Suriah di Damaskus
Militer Suriah di DamaskusFoto: AP

Seusai salat Jumat (19/08), kembali ribuan massa turun ke jalan di sejumlah kota Suriah seperti Damaskus, Daraa, Latakia, dan Deir ez-Zor. Aparat keamanan berusaha membubarkan demonstran dengan tank baja dan senapan. Menurut laporan berbagai media, sedikitnya 20 demonstran tewas. Sedangkan aktivis melaporkan, setidaknya 34 orang tewas, termasuk empat anak. Bentrokan terhebat antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa dilaporkan terjadi di Daraa, Homs, dan Palmyra.

Di Homs aktivis melaporkan, tentara pemerintah menembaki kawasan perumahan distrik Khalidiyah dengan senapan mesin pada Sabtu pagi (20/08) waktu setempat. Warga juga melaporkan bahwa helikopter militer terbang rendah di atas rumah mereka. Sejak Jumat (19/08), aliran listrik dan telepon di kawasan Khalidiyah, kota Homs, terputus.

Demonstrasi di kota Homs, Suriah, Kamis (18/08).
Demonstrasi di kota Homs, Suriah, Kamis (18/08).Foto: picture-alliance/dpa

Beberapa hari lalu, Presiden Assad mengatakan kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon bahwa militer dan polisi menghentikan seluruh operasinya di Suriah. Namun menurut keterangan aktivis, tentara Assad masih menembaki para demonstran. Sementara itu televisi pemerintah melaporkan, dua polisi di daerah Ghabagheb dan Damaskus dibunuh orang tidak dikenal.

Assad menuding masyarakat internasional telah "melancarkan perang kemanusiaan dan diplomatik" terhadap Suriah. Assad juga memuji Rusia dan Cina. Kedua negara itu hingga kini berpihak pada Assad. Jurubicara kementerian luar negeri Rusia mengatakan, pemerintahnya menentang tuntutan mundur terhadap Assad. Dikatakan, Presiden Suriah harus mendapatkan cukup waktu guna menerapkan reformasi yang pernah diumumkan.

Kamis lalu (18/08), Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk pertama kalinya secara langsung menuntut Assad untuk mundur. Sementara itu sejumlah anggota Dewan keamanan PBB berusaha meyakinkan kepada mitranya pentingnya sebuah resolusi bagi Suriah.

Demonstrasi di kota Rastan, Suriah, Kamis (18/08).
Demonstrasi di kota Rastan, Suriah, Kamis (18/08).Foto: dapd

Duta besar Jerman untuk PBB Miguel Berger mengatakan, "Pernyataan Uni Eropa dan Amerika Serikat adalah penting, dimana kami menyusun resolusi yang berisi sanksi terhadap pemerintah Suriah terkait meruncingnya situasi di negara itu. Dengan itu, kami harap bisa meningkatkan tekanan terhadap Assad dan pemerintahnya."

Jumat (19/08), negara-negara Uni Eropa sepakat untuk menambah daftar nama pejabat dan institusi Suriah yang dikenai sanksi. Lebih lanjut, Uni Eropa juga mengumumkan rencana embargo impor minyak dari Suriah. Selama ini Suriah mengekspor lebih dari 30 persen dari 385 ribu barrel per hari ke Eropa.

Washington mengusulkan sanksi baru terhadap Suriah. Presiden AS Barack Obama sebelumnya sudah membekukan aset negara Suriah di AS, melarang warganya berbisnis dan berinvestasi di Suriah, serta melarang impor produk minyak Suriah.

Di tengah tekanan internasional, tim investigasi PBB Sabtu ini (20/08) akan berangkat ke Suriah guna menyelidiki dugaan pelanggaran hak azasi manusia di negara itu.

Luky Setyarini/rtr/afp/ap

Editor: Dyan Kostermans