1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

Demonstran Anti-Kudeta Myanmar Protes dengan Telur Paskah

5 April 2021

Para demonstran di Myanmar menggunakan telur Paskah sebagai bentuk protes menentang kudeta militer. Pengunjuk rasa menuliskan pesan pembangkangan pada telur yang menjadi simbol perayaan umat Kristen tersebut.

https://p.dw.com/p/3raW2
Protes telur Paskah Myanmar
Pengunjuk rasa menuliskan pesan protes menentang kudeta militer di telur PaskahFoto: AP/picture alliance

Demonstran anti-kudeta Myanmar menggelar protes bertema telur Paskah pada Minggu (04/04). Pengunjuk rasa menuliskan pesan pembangkangan pada telur yang menjadi simbol tradisional hari raya umat Kristen tersebut.

Aksi ini merupakan protes dengan tema terbaru sebagai bagian dari kampanye menentang kudeta militer.

Rakyat Myanmar menggunakan berbagai metode untuk melaksanakan protes, sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang semakin mematikan terhadap pengunjuk rasa. Sedikitnya 550 orang, termasuk anak-anak, menjadi korban meninggal dunia sejak demonstrasi dimulai. 

Protes telur Paskah Myanmar
Pengunjuk rasa Myanmar mengangkat telur Paskah sambil melambangkan simbol tiga jari yang menjadi bentuk perlawanan terhadap kudeta militer Foto: Mg Ny@n/AA/picture alliance

Protes telur Paskah Myanmar

Pesan yang dituliskan pada telur Paskah di antaranya, "Revolusi Musim Semi," "Kita harus menang," dan "Turunkan MAH (panglima militer Min Aung Hlaing)."

Telur-telur juga dihiasi dengan gambar Aung San Suu Kyi dan ''tiga jari'' yang menjadi simbol gerakan protes. Ada juga pesan seperti "selamatkan rakyat kami" dan "selamatkan demokrasi."

Kalangan muda di Yangon membagikan telur-telur yang sudah ditulikan pesan protes, seperti yang terlihat di foto, dan meletakkannya di depan pintu rumah warga. 

Protes telur Paskah Myanmar
Telur-telur yang sudah dituliskan pesan protes, dibagikan kepada warga MyanmarFoto: Social Media/REUTERS

‘‘Kebencian hanya dapat dihilangkan dengan cinta‘‘

Dalam pesan Paskahnya di Basilika Santo Petrus pada Minggu (04/04), Paus Fransiskus mengatakan kaum muda di Myanmar "berkomitmen untuk mendukung demokrasi dan membuat suara mereka didengar dengan damai, bahwa kebencian hanya dapat dihilangkan dengan cinta."

Uskup Agung Katolik Roma di Myanmar, Kardinal Charles Bo, juga membagikan pesan Paskah di Twitternya bertuliskan: "Yesus telah bangkit: Haleluya - Myanmar akan bangkit kembali!"

Myanmar adalah negara yang didominasi oleh penganut Buddha, tetapi juga merupakan rumah bagi minoritas Kristen yang jumlahnya tidak sedikit. 

Protes harian tetap berlangsung

Protes reguler tetap berjalan seperti biasa pada Minggu (04/04). Namun, pasukan keamanan Myammar masih menggunakan kekuatan mematikan dengan menembaki para demonstran.

Di ibu kota, Naypyitaw, dua pria tewas ketika polisi menembaki pengunjuk rasa yang mengendarai sepeda motor, demikian dilaporkan situs berita Irrawaddy.

Sementara outlet berita Myanmar Now melaporkan sebelumnya seorang pria tewas di kota utara Bhamo. 

Protes menentang kudeta Myanmar
Selain protes bertema telur Paskah, protes harian menentang kudeta militer terus berlangsung di beberapa kota di MyanmarFoto: AP/picture alliance

Demonstran ubah taktik unjuk rasa

Pada masa awal protes menentang kudeta militer, puluhan ribu orang ikut dalam demonstrasi. Tetapi kini jumlah pemrotes berkurang, di antaranya karena eskalasi penggunaan kekuatan mematikan oleh pasukan keamanan terhadap para demonstran.

Pengunjuk rasa kini mengubah taktik dengan melakukan protes skala kecil dan berlangsung cepat sebelum pasukan keamanan melakukan tindakan.

Unjuk rasa menentang kudeta militer juga di antaranya berupa kampanye pembangkangan sipil seperti aksi mogok kerja dan tindakan pemberontakan yang menyebar di media sosial. Pemberontakan ini termasuk acara menyalakan lilin, serta "protes membawa bunga" untuk menghormati para demonstran yang menjadi korban meninggal dunia. 

Kecaman internasional terhadap kudeta

Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain mengecam kudeta tersebut dan menyerukan pembebasan Suu Kyi. Sementara, Dewan Keamanan PBB mengecam keras kematian ratusan warga sipil dan penggunaan kekerasan mematikan terhadap pengunjuk rasa.

pkp/rap (AFP, Reuters)