1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demonstrasi Terus Digelar di Mesir

1 Februari 2011

Satu juta demonstran diharapkan hadir dalam aksi protes menentang Presiden Hosni Mubarak di ibukota Mesir, Kairo, hari Selasa (1/2). Pagi hari waktu setempat, ribuan orang sudah memenuhi Lapangan Tahrir di pusat kota.

https://p.dw.com/p/108HI
Wakil Presiden Mesir Omar SuleimaFoto: AP

Banyak diantara demonstran secara sukarela tidur di lapangan, yang kini menjadi simbol gerakan pembangkangan rakyat. Militer sudah menyatakan, tidak akan melakukan tindakan apapun, jika aksi protes berjalan damai.

Juru bicara militer, Ismail Etman menegaskan, "Militer mengakui legitimasi tuntutan rakyat. Demi menjamin keamanan rakyat, kami mengakui hak utama setiap warga untuk perdamaian."

Para demonstran tetap menuntut lengsernya Mubarak. Di bawah tekanan aksi protes dan pembangkangan rakyat yang sudah berlangsung berhari-hari, Presiden Mubarak dan Wakil Presiden Omar Suleiman yang diangkat hari Sabtu (29/01), menyatakan siap melakukan kompromi. Senin (31/01), Menteri Dalam Negeri Habib el Adil yang dibenci rakyat dicopot dari jabatannya. Wakil Presiden Suleiman juga mengumumkan akan menggelar perundingan dengan semua kekuatan politik, menyangkut perubahan konstitusi dan reformasi parlemen, tanpa menyebutkan rinciannya.

Menanggapi manuver pemerintah itu, seorang demonstran remaja mengomentarinya dengan sinis. "Ini bukan pemerintahan pertama yang dibentuk, mungkin yang ke lima atau ke enam. Yang kami inginkan, Mubarak harus mundur. Kami ingin darah baru, siapapun, yang mengerti apa itu kebebasan dan apa yang diperlukan generasi muda."

Sementara itu, kelompok Ikhwanul Muslimin yang dilarang pemerintah, dan kini memainkan peranan besar dalam barisan oposisi, menyerukan pendukungnya untuk terus melancarkan tekanan. Para demonstran yang mayoritasnya generasi muda, bahkan menetapkan target, dapat melucuti kekuasaan Mubarak hingga hari Jumat (04/02) mendatang.

Selain terus meningkatnya tekanan di dalam negeri, tekanan dari luar Mesir kini juga semakin gencar. Amerika Serikat, yang sebelumnya menjadi pendukung utama Mubarak, kini berubah sikap. Presiden Barack Obama bahkan mengirimkan seorang utusan khusus ke Kairo, untuk menegaskan tuntutan Washington bagi reformasi demokratis di Mesir. Juru bicara presiden Obama, Robert Gibbs, menekankan, "Gaya pemerintahan di Mesir harus diubah. Saya yakin, transisi berarti sebuah perubahan."

Walaupun begitu Gibbs secara diplomatis tidak menegaskan harus dilakukan pergantian presiden di Mesir. Tapi bagi Washington sudah jelas, Mubarak ibaratnya tinggal menghitung hari yang tersisa di tampuk kekuasaannya. Namun di sisi lainnya sikap Uni Eropa justru tetap mengambang dan ragu-ragu serta tidak mencerminkan tanggung jawab politiknya pada proses reformasi demokrasi di Mesir dan kawasan Afrika Utara lainnya, yang merupakan tetangga langsung Eropa.

Agus Setiawan/dpa/rtr/afp

Editor: Ayu Purwaningsih