1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lage an der syrisch-jordanischen Grenze

21 Desember 2011

Situasi meruncing di perbatasan di Yordania. Para pedagang dan supir taksi emnanti pelanggan. Pengungsi dari Suriah mencari perlindungan. Para pengusaha hidup dari penyelundupan.

https://p.dw.com/p/13XJe
Pemilik kedai kopi menunggu pembeli di perbatasan Jaber, YordaniaFoto: DW

Jaber Border, pos perbatasan ke Suriah, 90 km sebelah utara Amman, ibukota Yordania. Tujuan yang disukai banyak warga Yordania di akhir pekan, untuk menengok kerabat atau berbelanja, karena harga-harga lebih murah.

Tapi sejak 9 bulan terakhir suasana berubah. Pos perbatasan sepi. Kedai-kedai kopi kosong, para supir taksi sia-sia menanti penumpang. Para petugas perbatasan tampak bosan dan gembira bila waktu piket habis dan petugas pengganti tiba. Kalimat 'tolong jangan foto' diserukan berulang-ulang.

Mereka takut, dan isyarat tangan mencengkeram leher berarti militer Suriah bisa menjulurkan lengan cukup jauh. Mungkin karena itu juga pengungsi Suriah memilih lewat hutan untuk memasuki wilayah Yordania. Atau pos perbatasan Ramtha.

Barang selundupan

Lage an der jordanisch/syrischen Grenze
Mobil penuh muatan melintasi perbatasan RamthaFoto: DW

Ramtha kota kecil yang ramai. Kios sayuran, toko perabot rumah tangga, warung makan, tapi kemana para pelanggan?

Penyelundupan masih berlangsung namun terbatas dan sangat pribadi. Mobil-mobil bermuatan penuh melintasi perbatasan. Bagian atap dijejali sayur dan buah, sementara bagasi penuh kue dan manis-manisan.

Petugas perbatasan di kedua sisi memilih tutup mata. Perbatasan kadang dibuka, kadang ditutup untuk kemudian dibuka kembali. Kesempatan bagus untuk memanfaatkannya. Barang-barang itu dibawa masuk secara ilegal, karena di Suriah harga-harga lebih murah dan permintaan di Yordania tinggi.

Perlindungan bagi pengungsi Suriah

Bukan hanya barang-barang Suriah yang mengalir ke Ramtha, tetapi juga pengungsi. Gelombang pertama datang dari Daraa, tiga kilometer dari perbatasan ke Yordan. Di Daraa lah dimulai perlawanan terhadap Presiden Bashar al-Assad, bulan Maret.

Abu Ahmad dan 18 anggota keluarganya berdesakan di rumah 4 kamar. Mereka sedang memakamkan seorang tetangga ketika tentara Suriah melepaskan rentetan tembakan. Karena itu mereka mengungsi. Namun banyak kerabat masih berada di Suriah.

Lage an der jordanisch/syrischen Grenze
Seorang pengungsi perempuan di MafraqFoto: DW

Seorang sepupu yang mengungsi ke Turki dan pulang ke Suriah, langsung ditangkap dan disiksa. Seorang kerabat lain bercerita, toko dan rumah mereka dihancurkan tentara. Para pengungsi tak mau menyebut nama asli. Berkali-kali mereka mengatakan, "Tolong, jangan foto!'.

Perlawanan tanpa kekerasan

Di Mafraq, 13 km dari perbatasan Suriah, sebuah keluarga beranggota 10 orang mendiami rumah yang terdiri dari dua kamar kecil dan dapur. Perabotan yang nampak hanya 6 kasur. Tidak mengapa, kata Ummi Moussam, daripada harus hidup di bawah rejim Assad yang brutal.

"Tolong jangan foto", kata perempuan itu sambil menceritakan kota asalnya, Homs.Tentara menghancurkan kawasan mereka tinggal. Tidak ada makanan, bensin atau gas. Yang ada cuma tembakan. Warga dihukum secara kolektif. Aliran listrik dan air diputus. Dua anaknya tertahan di kota itu. Mereka bertelepon setiap ada peluang. Aliran internet kerap diputus aparat Suriah.

Ummi Moussam ingin agar dunia internasional mengetahui lebih banyak tentang nasib rakyat Suriah. Tapi, ia menandaskan, kekerasan tidak menyelesaikan apa-apa.

Doris Bulau/ Renata Permadi

Editor: Andy Budiman