1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

150711 Libyen Übergangsrat Kontaktgruppe

15 Juli 2011

Kelompok kontak internasional untuk Libya mengakui Dewan Transisi Nasional dari para pemberontak sebagai organ resmi dengan mandat seperti pemerintah.

https://p.dw.com/p/11wPd
Kelompok Kontak Libya sepakat akui dewan transisi pemberontak sebagai organ resmi.Foto: dapd

Anggota dari apa yang disebut kelompok kontak Libya yang terdiri dari 42 negara dan organisasi internasional menyepakati hal itu dalam pertemuannya di Istanbul, Turki hari Jumat (15/7) petang. Di antara para peserta pertemuan terdapat kepentingan cukup banyak untuk melakukan pembicaraan. Kelompok kontak internasional untuk Libya, terutama mengambil keputusan dari sudut pandang psikilogis, dengan secara resmi mengakui dewan transisi nasional dari pemberontak Libya. Menteri luar negeri Perancis, Alain Juppe mengatakan, dinaikkannya status pemberontak merupakan langkah diplomatik simbolis penting yang terkandung dalam pernyataan penutup pertemuan tsb.

Pemberontak dapat cairkan uang Libya

Pengakuan resmi dewan transisi pemberontak Libya, bagi kelompok pemberontak juga dapat menguntungkan dalam sektor keuangan. Lewat pengakuan resmi itu, dewan transisi dapat lebih mudah menarik uang negara yang disimpan Gaddafi di luar negeri dan saat ini dibekukan, serta mengalihkannya ke rekening bank milik pemberontak. Menteri luar negeri Perancis Alain Juppe di Istanbul menyatakan inti tuntutan dari masyarakat internasional terhadap rezim Muammar al Gaddafi. Jika tuntutan ini dipenuhi, maka krisis di Libya dapat diakhiri. Juppe menegaskan : “Pertama, Gaddafi harus secara tegas menyatakan ia menyerahkan jabatannya, kemudian gencatan senjata yang diawasi oleh PBB dan Uni Afrika. Dan ketiga konvensi nasional yang terbuka bagi semua kelompok masyarakat di Libya.

Serangan NATO selama Ramadhan

Juga serangan udara NATO terhadap pasukan Gaddafi merupakan tema bahasan dalam pertemuan di Istanbul tsb. Paling tidak secara informal juga didiskusikan, apakah ada artinya menghentikan serangan udara selama bulan suci Ramadhan, sebagai isyarat niat baik, dan di sisi lainnya juga agar tidak melukai perasaan keagamaan rakyat di negara yang mayoritasnya beragama Islam itu. Tuan rumah pertemuan, menteri luar negeri Turki, Ahmet Davutoglu awal bulan Juli lalu sudah memperingatkan, terutama pada bulan suci Ramadhan yang dimulai 1 Agustus, jangan sampai jatuh korban warga sipil oleh serangan udara NATO. Mantan diplomat Turki dan konsultan politik, Yalim Erlap mendukung sikap menteri luar negerinya. “Davutoglu dalam satu poin ini benar. Setelah dimulainya Ramadhan kelompok oposisi dapat terus mempertahankan diri. Tapi serangan NATO selama bulan puasa, akan dimanfaatkan Gaddafi sebagai alat propaganda. Dan di dunia Arab juga hal ini bercitra buruk,“ tambah Erlap.

Akan tetapi menteri luar negeri Perancis, Alain Juppe menyatakan, opsi tidak melakukan serangan udara selama bulan Ramadhan telah disingkirkan dari meja perundingan. Oton Juppe mengatakan : “Tidak ada alasan untuk itu. Perwakilan negara dengan mayoritas penduduk Muslim, hari ini menegaskan, tidak ada pertentangan antara arti penting Ramadhan dengan operasi militer. Sebab operasinya bertujuan melindungi rakyat sipil.“

Steffen Wurzel/Agus Setiawan

Editor : Christa Foerster