1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Diiringi Selawat, GP Ansor Jerman Lahir di Biara Katolik

4 Maret 2024

Soft launching (peluncuran awal) Gerakan Pemuda Ansor NU di Jerman berlangsung Sabtu (02/03). Diawali dengan dialog antarumat beragama, acara berlangsung di kloster biarawan Katolik Sankt Augustin, Nordrhein-Westfalen.

https://p.dw.com/p/4d8kf
Soft launching GP Ansor di  Sankt Augustin, Jerman
Peluncuran awal atau soft launching GP Ansor di JermanFoto: Ayu Purwaningsih/DW

Selawat syahdu berkumandang di aula biara tua Katolik Kloster Sankt Augustin di negara nagian Nordrhein-Westfalen (NRW), Jerman, sesaat sebelum peluncuran awal Gerakan Pemuda Ansor cabang Jerman. GP Ansor adalah salah satu Badan Otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang bergerak di bidang kepemudaan dan kemasyarakatan.

Momen Istimewa di dekat Kota Bonn ini didahului dengan dialog antaragama dengan tema: "Bagaimana Praktik Kerukunan Antaragama Warga Indonesia di Jerman?" – sebuah kegiatan yang merupakan kerja sama antara Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Jerman dengan Steyler Missionare Sankt Augustin, Kementerian Agama Republik Indonesia dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Indonesia.

Sekitar 150 orang hadir dalam acara ini, termasuk di antaranya para tokoh komunitas dan organisasi lintas agama, diaspora Indonesia di Jerman, Belgia, dan Belanda, dan para kiai-nyai pengasuh pondok pesantren di Indonesia. Para Banser NU lengkap dengan jaket hijau tuanya tampak menjaga keamanan biara dan kelancaran acara.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Sementara para perempuan berandil besar dalam penyelenggaraan acara akbar ini, termasuk dalam mengemban tugas sebagai ketua penyelenggaraan maupun moderator diskusi.

Puteri Ramadani Jumadi selaku ketua penyelenggara menyampaikan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh situasi global meningkatnya polarisasi, ekstremisme, dan xenofobia terhadap agama. Demikian di tingkat lokal Jerman sendiri terjadi peningkatan keberagaman agama karena arus migrasi dan globalisasi.

Sementara kepada DW, Wakil Ketua Nahdlatul Ulama Jerman, Rina Agustina berujar sangat penting warga Indonesia membangun dialog antarumat beragama di manapun mereka berada, termasuk bagi mereka yang bermukim di Jerman."Agar baik di Jerman bisa memetik apa yang baik dari kerukunan agama di Indonesia, sementara di Indonesia bisa belajar disiplin dari Jerman pula termasuk berdisplin menjaga kebersihan, lingkungan, hal-hal yang diajarkan oleh semua agama. Toleransi sangat penting dengan merangkul agama dan kepercayaan lain, termasuk minoritas, karena yang terpenting adalah semjua menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam hidup bersama.”

Dialog antaragama di Sankt Augustin, Jerman
Moderator: Wakil Ketua NU Jerman, Rina Agustina. Panelis: Rȕstu Aslandur (DMK Deutschprachige Muslimkreis Karlsruhe), Dr. Vincentius A G (Philosophisch-Theologische Hochschule SVD Sankt Agustin), I Ketut Adnyana (Nyaman Braya Bali) dan Prof. Dr. Phil. Sahiron, MA (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) Foto: Ayu Purwaningsih/DW

Pesan dan praktik menjaga toleransi

Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Prof. Dr. Phil. Sahiron, dari Universitas Islam Negeri UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menggambarkan tradisi dan kepercayaan di Indonesia telah mendorong warga negara untuk memahami, menggambarkan dan menerjemahkan perbedaan menjadi fakta yang dapat dipahami dan disesuaikan dengan interaksi sosial di antara sesama warga negara. "Namun demikian Indonesia juga memiliki sejarah di mana Indonesia harus bekerja keras untuk mengelola perbedaan, mengatasi konflik dan tekanan untuk memperkuat harmoni dan toleransi.”

Ditambahkannya, budaya toleransi di Indonesia juga menjadi pondasi dari demokrasi di Indonesia. "Oleh karenanya, penting memperkuat dan menjaga budaya toleransi agar senantiasa terbuka, mendorong masyarakat yang pluralistik adalah akar untuk memelihara demokrasi dan memastikan hak asasi manusia," demikian ditekankan Menag dalam pernyataan tertulis berbahasa Inggris.

Salah satu pemantik diskusi adalah imam umat Katolik di Jerman, Romo Vincentius A. Gunawan yang menguraikan tentang semangat gereja dalam menolak kekerasan dan diskriminasi. "Semangat tersebut penting untuk terus dikembangkan oleh semua komunitas umat beragama terlebih sebagai manusia di mana kesadaran sebagai sesama manusia semestinya mampu melahirkan spirit keharmonisan " papar pastur Katolik yang mengakhiri ceramahnya dengan ucapan Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh yang disambut hangat peserta dialog, yang mayoritasnya muslim.

Romo Vincentius Adi (tengah)
Para pemuka agama duduk bersama berdialog dalam acara.Foto: Ayu Purwaningsih/DW

Diskusi berjalan dinamis dengan begitu penasarannya para peserta mengajukan pertanyaan-pertanyaan maupun bertukar pengalaman dan pengetahuan agama. Di antaranya bagaimana bersikap pada kaum ateis yang tidak percaya adanya Tuhan, atau bagaimana menjelaskan pada suami Jerman mengapa ada perempuan muslim yang berhijab atau tidak, atau apakah puasa itu sehat. Pertanyaan soal reinkarnasi juga muncul dan menjadi salah satu diskusi hangat yang dijembatani oleh tokoh Hindu Indonesia di Jerman, I Ketut Adnyana.

Wakil Ketua NU Jerman, Rina Agustina yang memoderasikan diskusi merasa puas atas jalannya dialog antaragama ini yang menurutnya: "Dialog ini menjadi pembelajaran bersama. Kita jadi mengetahui pemikiran agama lainnya sehingga menimbulkan rasa saling memahami satu sama lain, sehingga tercipta keharmonisan dan perdamaian.”

Kiprah NU  dan Ansor di Jerman

Gerakan Pemuda Ansor di Jerman mulai terbentuk setahun yang lalu, ungkap Ketua GP Ansor Jerman Fadel Muhammad Kotto. "Kami diminta membentuk GP Ansor. Lalu ada materi pendidikan dan pelatihan (diklat) dasar yang menjadi syarat bagi kami dilantik. Hari ini kebetulan kami Ansor bertugas menjaga acara dialog ini dan  setelahnya bersama kementerian agama, akan dilakukan pelantikan diklat dasar itu."

Ketua GP Ansor Jerman bercerita kegiatan dialog antaragama yang akan dilakukan kali ini jadi program pertama,"Iniasiasinya istilahnya. Luar biasa sekali kerja samanya. Dari ini kami mengharapkan lebih banyak dialog antar umat beragama di Jerman, negara yang ilmu pengetahuan dan teknologinya sangat maju. Kami berharap dengan eksistensi Ansor di Jerman, kerukunan dan siar penyebaran toleransi ini makin meluas melalui dialog-dialog antaragama  yang kami lakukan," pungkasnya.

Tidak ketinggalan ada makan-makan juga
Ada penganan tradisional Indonesia di sela acara.Foto: Ayu Purwaningsih/DW

Turut hadir dalam acara ini: Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno (secara daring), Konjen RI Frankfurt Antonius Yudi Triantoro, dan Konjen RI Hamburg Renata Siagian, keduanya hadir langsung di acara. Seni budaya ikut dipamerkan dalam bentuk tarian Bali dan lantunan musik reliji. Dan seperti acara-acara Indonesia pada umumnya, para peserta  bisa menikmati sajian nusantara, seperti bakso dan rendang, serta tidak ketinggalan wedang jahe agar tak masuk angin, mengingat musim dingin belum berlalu sepenuhnya tatkala Jerman mulai menyambut musim semi. (hp/ap)