1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dirjen IAEA el Baradei Tarik Neraca dari Masa Jabatannya

20 November 2009

Pada jumpa pers di Berlin, Jumat (20/11) Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional IAEA, Mohamed el Baradei menarik neraca dari masa jabatannya selama 12 tahun dan mengimbau pemimpin pemerintahan di Teheran.

https://p.dw.com/p/KcEC
Dirjen IAEA Mohamed el BaradeiFoto: AP

Ketika Mohamed el Baradei tahun 1997 mulai memimpin Badan Tenaga Atom Internasional IAEA di Wina, perang dingin baru berakhir sekitar satu dasawarsa. Namun harapan untuk mengurangi lomba peningkatan persenjataan secara masif, dengan cepat memudar. El Baradei, pria asal Mesir itu, mengungkapkan di Berlin bahwa sembilan negara masih memiliki 26.000 hulu ledak nuklir. Dan negara-negara tertentu yang menikmati perlakuan istimewa, juga masih memiliki yang dinamakan payung nuklir. Ia menambahkan, bila memiliki senjata nuklir, negara itu akan mendapat perlakuan berbeda.

Menurut el Baradei, upaya untuk memiliki senjata nuklir pada tahun-tahun terakhir ini bahkan meningkat. Karena itu ia dengan penuh semangat menyebut gagasan pengurangan senjata dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama sebagai "Wind of change": "Saya pikir, ini satu-satunya peluang untuk selamat. Sebab, tidak hanya teknologi bom yang dibuat dengan botol, atau terorisme nuklir yang mengancam. Semakin banyak negara memiliki senjata nuklir, semakin tinggi kemungkinan untuk menggunakannya dengan sengaja atau tidak sengaja."

El Baradei selanjutnya mengatakan, pengertian budaya sangat diperlukan untuk menyikapi negara-negara yang mengupayakan pemilikan senjata nuklir. Orang tidak boleh meremehkan hal itu dan tidak dapat hanya menuduh mereka sebagai teroris atau poros kejahatan, melainkan harus mengerti sejarah negara tersebut dan mengapa mereka bersikap begitu.

El Baradei juga mengakui bahwa ia sendiri semakin sulit menghadapi Iran. Tawaran yang menarik sudah lama diajukan kepada Iran, misalnya jaminan yang meluas bagi pengiriman elemen bakar nuklir ke luar negeri untuk proses pengayaan. Ini merupakan peluang pertama sejak maraknya konflik Iran untuk keluar dari persengketaan dan memulai kerja sama, tegas Dirjen IAEA: "Bagi saya ini masih tetap merupakan sebuah peluang besar. Meskipun hanya secara simbolis, tetapi akan membuka banyak pintu dan bahkan gerbang-gerbang."

Namun, ia mengatakan, Iran masih belum memberikan jawaban secara tertulis. Ia hanya mendapat jawaban lisan yang pada dasarnya mengungkapkan bahwa Iran tetap mempertahankan semua material nuklirnya di dalam negeri hingga mereka mendapatkan elemen bahan bakar. El Baradei menilai bahwa Iran menunjukkan sikap curiga, padahal risiko yang mungkin mereka hadapi sangat kecil, padahal mungkin saja langkah itu akan membuka peluang bagi perdamaian.

Kemudian el Baradei mengutarakan bahwa ia masih mengharapkan mendapat jawaban positif secara tertulis dari Iran pada pekan terakhir masa jabatannya. Ia mengemukakan, sudah waktunya bagi Iran untuk memutuskan. Tetapi ia masih tidak ingin berbicara tentang sanksi terhadap Iran: "Sanksi-sanksi memicu sebuah negara untuk menunjukkan sikap bermusuhan, memperkuat pemerintah dan merugikan yang tidak berdosa. Saya tidak suka sanksi, tetapi mungkin saja ini diperlukan. Bila satu waktu sanksi diterapkan terhadap Iran atau pun negara lain, maka itu harus merupakan sanksi yang cerdik, yang ditargetkan kepada pemerintah dan bukan kepada rakyatnya."

Kata-kata el Baradei itu sepertinya tidak lagi memberikan harapan. Penampilannya di Berlin menunjukkan bahwa el Baradei tampaknya memasuki masa pensiun, tanpa sempat berlapang dada.

Peter Stützle/Christa Saloh

Editor: Rizki Nugraha