1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dua Korea Saling Menahan Diri

14 Juni 2010

Akhir Maret lalu 46 pelaut Korea Selatan tewas akibat tembakan torpedo kapal selam Kore Utara. Korea Selatan mencemaskan konsekuensi tak terduga yang mungkin timbul.

https://p.dw.com/p/NqXg
Presiden Korsel Lee Myung-bakFoto: AP

Seminggu lalu Korea Selatan menyampaikan surat kepada anggota DK PBB, yang berisi fakta-fakta mengenai tenggelamnya kapal patroli Korea Selatan akibat tembakan torpedo Korea Utara. Namun Korea Selatan menyerahkan kepada DK PBB tindakan apa yang akan diambil berkaitan insiden itu. Dan baru-baru ini presiden Korsel Lee Myung Bak mengungkapkan:

„Mimpi kami masih seperti dahulu, hidup di negara bersatu dalam kedamaian, kebebasan dan kemakmuran, bersama warga Korea Utara yang selalu menderita kelaparan dan penindasan.“

Perubahan sikap Lee dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam pemilu regional partai konservatif yang dipimpinannya mengalami kekalahan pahit. Menurut pengamat pemilu, kekalahan itu terutama karena rakyat tidak sepakat dengan sikap keras presiden Korsel. Mayoritas warga berpendapat perang antara kedua Korea dengan segala cara harus dihindarkan.

Namun juga Korea Utara telah menurunkan retorika perangnya. Dalam sebuah pemberitaan setengah resmi, dipaparkan bahwa kawasan industri bersama Kaesong akan tetap dipertahankan. Walaupun Korea Selatan sebelumnya telah mengumumkan serangkaian tindakan yang diambil pasca insiden tersebut: diantaranya pembatasan hubungan dagang kedua Korea, akan tetapi pengangkut barang dan truk bahan baku tetap melaju melewati perbatasan dengan diawasi ketat menuju Kaesong di bagian utara semenanjung itu. Sebuah manuver militer besar-besaran bersama militer AS yang pertama juga ditangguhkan, sementara bantuan kemanusiaan Korsel dalam jumlah kecil sudah dimulai lagi: „Kami menyebarkan selebaran ke wilayah utara, agar orang-orang disana mengetahui insiden yang sebenarnya, tentang tenggelamnya kapal patroli ini. Kementrian pertahanan Korea Selatan, hingga kini belum melakukannya, sebagaimana yang dijanjikan. Oleh sebab itu kami mengambil alih tugas tersebut.“

Demikian ungkap seorang demonstran Korsel pekan lalu, ketika mendistribusikan selebaran, lembaran uang dollar, radio dan cakram dvd, lewat balon udara di sekitar kawasan perbatasan. Tindakan yang diambil Korsel setelah insiden tenggelamnya kapal, juga termasuk akan dimulainya lagi siaran propaganda lewat pengeras suara di sepanjang perbatasan.

Korea Utara mengancam akan menembak pengeras suara itu bila dioperasikan kembali. Untuk menghindari meningkatnya ketegangan, hingga kini Korsel masih belum melaksanakan pengumumannya itu. Korsel masih sibuk sendiri. Hari Kamis lalu militer Korsel menghadapi kritik, setelah muncul laporan bahwa 25 pemimpin militernya dituduh gagal menunaikan tugas yang menyebabkan tenggelamnya kapal patroli tersebut. Korea Utara lewat propagandanya menyatakan tak tersangkut paut dalam insiden tersebut.

Meskipun situasi tegang di Semenanjung Korea masih dianggap tema hangat untuk dibicarakan dalam DK PBB, nampaknya kedua negara bertetangga itu berupaya pula menurunkan ketegangan.

Peter Kujath/Ayu Purwaningsih

Editor:Agus Setiawan