1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dua Wartawan Perang Tewas di Misrata

22 April 2011

NATO memperingatkan warga sipil untuk jauh-jauh dari sasaran pemboman. Serangan NATO itu disebut kelompok perlawanan Libya sebagai serangan udara "besar". Dua fotografer terbunuh di Misrata.

https://p.dw.com/p/111lJ
Kelompok perlawanan di Misrata, Libya.
Kelompok perlawanan di Misrata, Libya.Foto: picture alliance/dpa

Peringatan NATO dikeluarkan setelah media resmi Libya melaporkan tewasnya tujuh warga sipil dan 18 orang cedera dalam sebuah serangan udara NATO di pinggiran kota Tripoli, Khellat al Ferjan, Rabu (20/04). Dalam sebuah pernyataan di Brussel, panglima penanggung jawab operasi NATO menulis bahwa perencana dan pilot pelaksana serangan udara sangat berhati-hati agar meminimalisasi risiko terhadap warga sipil, tapi risikonya tidak bisa dihilangkan sama sekali.

Lebih lanjut Letnan Jenderal Charles Bouchard menyatakan bahwa warga sipil Libya bisa membantu NATO dengan tidak berada di dekat pasukan Gaddafi dan fasilitasnya. Dengan begitu, NATO bisa lebih berhasil menghancurkan markas pasukan Gaddafi dan peralatannya serta meminimalisasi risiko warga sipil menjadi korban.

Ribuan warga terbunuh atau terluka dalam pertempuran selama tujuh pekan terakhir ini di Libya. Misrata merupakan salah satu kota yang menderita dampak parah pertempuran.

Kepala rumah sakit Hilal di Misrata Dr. Mohammed al Fagieh mengatakan, "Terkadang jumlahnya mencapai 50, 60 orang per hari yang terluka. Itu yang datang ke rumah sakit, dan bukannya korban di seluruh Misrata. Jumlah korban seluruh Misrata bisa dua atau tiga kali lipatnya."

Chris Hondros
Chris HondrosFoto: dapd

Rabu (20/04), dua pewarta foto negara barat, Tim Hetherington, pewarta foto yang ditugaskan majalah Vanity Fair, dan jurnalis foto Getty Images, Chris Hondros, tewas ketika granat berpeluncur roket jatuh di dekat mereka di pusat kota Misrata. Ada empat wartawan barat yang sempat dilarikan ke rumah sakit. Namun akibat luka parah dan pendarahan di kakinya, Hetherington menghembuskan nafas terakhirnya. Sementara Hondros yang menderita luka parah di kepala sempat mengalami koma, namun akhirnya meninggal dunia. Dua wartawan foto asing lainnya, Guy Martin dan Michael Christopher Brown menderita luka-luka terkena pecahan granat dan dirawat di rumah sakit Misrata, keduanya selamat.

Harian Washington Post melaporkan para jurnalis itu pergi meliput pertempuran dengan ikut dalam kelompok perlawanan di pusat kota Misrata. Hetherington pernah memenangkan penghargaan fotografi World Press Photo pada tahun 2007. Sementara Hondros pernah menjadi kandidat pemenang penghargaan pers Pulitzer.

Tim Hetherington
Tim HetheringtonFoto: dapd

Di Jenewa, Komisaris Tinggi Hak Azasi Manusia PBB Navi Pillay mengecam penggunaan bom curah dan senjata berat oleh pasukan Gaddafi di Misrata. Dalam pernyataan tertulisnya, Pillay menyebut serangan senjata berat yang diarahkan ke wilayah padat penduduk bisa saja tergolong kejahatan internasional.

Kelompok perlawanan Libya meminta pasukan asing membantu dalam melawan pasukan Gaddafi. Perancis, Italia, dan Inggris menyatakan bahwa mereka akan mengirim anggota militer ke kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak, namun hanya sebagai penasihat teknis, logistik, dan organisasional serta tidak akan terlibat dalam pertempuran. Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan bahwa negaranya tidak akan mengirim penasihat militer membantu kelompok perlawanan Libya.

LS/HP/rtr/afp