1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

191109 Karsai Westen

19 November 2009

Hamid Karzai resmi menjabat sebagai presiden Afghanisan untuk masa jabatan kedua. Namun dunia internasional tak terlalu tertarik pada sumpah dan pidato Karzai, melainkan pada tindakan nyata pemerintah baru.

https://p.dw.com/p/Kb4H
Hamid Karzai memasuki istana kepresidenan, menjelang pengangkatannya sebagai presiden AfghanistanFoto: AP

Kata-kata penentu. Pada 2 November, Komisi Pemilu Afghanistan mengumumkan Hamid Karzai sebagai pemenang dan dengan demikian sebagai presiden. Dunia Barat, Barack Obama, Gordon Brown, juga pemerintah Jerman, segera memberi ucapan selamat, namun singkat. Yang lebih panjang lebar dibahas adalah harapan internasional akan pemerintahan yang sukses.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi Amerika Serikat, PBS, baru-baru ini, Hamid Karzai bereaksi, "Barat tidak berada di sini dengan tujuan utama kesejahteraan Afghanistan. Mereka ada di sini untuk memerangi teror. AS dan sekutunya datang setelah 11 September. Sebelum itu pun, Afghanistan sudah dibelit persoalan luar biasa, dan tidak ada yang peduli. Mereka datang ke sini untuk memerangi teror dan itu kepentingan kami bersama.“

Jadi, kelompok dengan kepentingan bersama, dimana yang satu tidak berhutang pada yang lain. Masyarakat internasional tanpa tedeng aling-aling menekan Karzai untuk menyatakah perang terhadap korupsi serta menempatkan orang-orang yang cakap dalam pemerintahannya. Dan, sedikit banyak mengancam, seperti yang dilakukan utusan khusus PBB untuk Afghanistan, Kai Eide.

"Ada keyakinan pada sebagian orang bahwa komitmen internasional di Afghanistan akan berlanjut, apapun yang terjadi, karena negara ini penting secara strategis. Hal ini tidak benar. Komitmen tergantung dari pendapat publik di negara donor dan negara yang menempatkan tentaranya di Afghanistan. Dan diskusi di negara-negara itu menggarisbawahi bahwa kami sampai pada titik yang kritis.“

Karzai tergantung pada dana dari Barat. Tanpa Barat ia tidak akan menjadi presiden. Meski demikian, dalam wawancara dengan PBS, Karzai tampil sebagai pemimpin berdaulat dari sebuah negara yang bisa berjalan, juga tanpa keterlibatan internasional. Terhadap pertanyaan, apa pengaruh dari penarikan sebagian pekerja PBB dari Kabul setelah serangan awal November, Karzai menjawab: "Tak ada pengaruhnya. Kami harap mereka sukses, dimanapun mereka berada."

Kata-kata pahit bagi mereka, pekerja kemanusiaan, yang setiap hari bertaruh nyawa agar negeri yang dipimpin Karzai bangkit. Menarik untuk mengamati, bagaimana sikap sang presiden beberapa minggu ke depan. Apakah ia akan menerima tuntutan Barat akan reformasi yang bisa dirasakan dan segera. Karena, hanya dengan begitu demokrasi yang masih muda dan rentan di Afghanistan bisa dibantu, sekaligus meyakinkan dunia Barat. Pakar politik Haroun Mir menilai, Karzai tak punya banyak waktu.

"Saya tidak bilang bahwa dalam kurun 6 bulan Taliban harus ditundukkan dan semua jalan di Kabul harus diaspal. Saya bicara tentang beberapa perbaikan. Apa yang diperlukan rakyat hanyalah keamanan dan layanan dasar.“

Bagi banyak pengamat, Karzai kehilangan kredibilitas begitu besar dalam minggu-minggu pemilu, juga akibat tuduhan manipulasi. Ia bukan lagi seorang presiden penuh, tapi hanya 3/4 atau malah setengah. Boleh jadi, kelemahan Karzai ini justru dilihat sebagai kekuatan Barat. Banyak orang yakin, Karzai seharusnya lebih mudah dipengaruhi atau dimanfaatkan.

Kai Küstner/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid