1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pancasila & Kebiri Kimia

ap/rzn1 Juni 2016

#DWNesia pekan ini mengangkat tema Hari Pancasila dan kebijakan penerapan kebiri kimia yang tertuang dalam peraturan pemerintah baru-baru ini.

https://p.dw.com/p/1Iy9l
Symbolbild Ruhe Stille Nacht
Foto: Fotolia/matteo NATALE

Baru-baru ini dengan semakin maraknya kasus-kasus kekerasan seksual di Indonesia, pemerintah menetapkan kejahatan seksual terhadap anak sebagai kejahatan luar biasa. Presiden Joko Widodo tanggal 25 Mei 2016 mengeluarkan kebijakan baru peraturan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan ke 2 atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Dalam Perppu tersebut diatur mengenai pidana pemberatan, pidana tambahan, dan tindakan lain bagi pelaku kekerasan seksual. Khusus untuk tambahan pidana alternatif diatur soal: pengumuman identitas pelaku, kebiri kimia, dan pemasangan alat deteksi elektronik.

Presiden mengatakan penambahan pasal itu akan memberi ruang bagi hakim untuk memutuskan hukuman seberat-beratnya. Apakah kebiri kimia dan hukuman mati tepat dijatuhkan pada pelaku kekerasan seksual? Ini masih menjadi perdebatan di antara masyarakat.

Perdebatannya dapat Anda tengok dalam topik #DWNesia pekan ini, dalam opini yang ditulis aktivis hak asasi perempuan, Indria Fernida bertajuk: Kebiri Kimia: Jalan Pintas ala Pemerintah, serta opini feminis Mariana Amiruddin berjudul: Bukan Soal Hormonal, Melainkan Budaya Perkosaaan.

Selain mengangkat masalah kebiri kimia, pekan ini, bertepatan dengan hari lahir Pancasila, #DWnesia juga menghadirkan tulisan bertema pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi rakyat Indonesia. Sehubungan dengan pedoman tersebut, penulis dan kandidat doktor di Freie Universität Berlin, Zacky Khairul Umam memaparkan pandangannya tentang pengalaman kejayaan Andalusia yang perlahan-lahan menyusut dari dalam disebabkan oleh kekuasaan yang ditopang fundamentalisme agama.

Berkaca dari pengalaman itu, menurutnya berbagai jabatan publik di Indonesia yang dikuasakan kepada non-Muslim seharusnya sudah tidak menjadi pertanyaan lagi. Entah itu di kementerian, gubernur provinsi, dan tingkat di bawahnya. Paparannya yang kaya akan sejarah Andalusia, dapat Anda simak di opini tertajuk: Indonesia, Andalusia Baru?

Sementara, penulis dan traveler Andibachtiar Yusuf mengungkapkan kegelisannya akan tanah tumpah darah yang luar biasa hebat, namun kehebatan itu belum banyak diketahui bangsa lain.Simak pandanganya dalam opini: Negeri yang Mengagumkan.

Sependapatkah Anda dengan pemikiran penulis? Bagaimana pendapat Anda sendiri? Anda bebas mengutarakan opini Anda sendiri. Kami tunggu tanggapannya di Facebook DW_Indonesia dan twitter @dw_indonesia. Seperti biasa, sertakan tagar #DWNesia dalam mengajukan pendapatmu.

Salam #DWNesia