1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

E-book Menjadi Tren? Digitalisasi Pasar Buku

15 Juli 2010

Bagi sejumlah orang, buku elektronik atau e-book lebih baik daripada yang dicetak, karena menghemat kertas. Buku ini juga sangat praktis, karena dapat memuat banyak. Apa sebenarnya e-book?

https://p.dw.com/p/OLz5
Gambar simbol. Buku vs. e-book (kanan)Foto: DW/picture-alliance/dpa/AP

Elisabeth Ruge adalah penerbit yang terlatih untuk menghadapi krisis. Di tahun 90an ia mendirikan "Berlin Verlag" atau pustaka Berlin, yang sekarang menghasilkan 200 judul setiap tahunnya. Walaupun penerbitannya sekarang berhasil, ia tetap memandang masa depan dengan penuh kekhawatiran. Ia memperkirakan, penerbitannya harus memunculkan ide-ide baru, juga harus menyesuaikan diri dengan berbagai hal baru.

Jumlah Keuntungan Kecil

Bukan hanya Elisabeth Ruge yang merasa masa depannya suram. Penerbit, toko buku dan pakar dunia perbukuan sependapat, e-book menimbulkan perubahan besar. Tetapi jumlah keuntungan yang diperoleh dari e-book saat ini menyebabkan orang menggelengkan kepala.

Amazon Lesegerät Kindle E - Book
Alat baca e-book dari Amazon, Kindle e-bookFoto: picture-alliance/ dpa

Ronald Schild, pemimpin Libreka, sebuah toko e-book di internet yang menjadi proyek ikatan penjual dan penerbit buku Jerman, mengatakan, "Di Jerman jumlah e-book masih jauh di bawah satu persen. Penyebabnya ada dua. Pertama, penawaran karya-karya best seller belum banyak, jadi tidak begitu menarik untuk sejumlah besar pembaca. Kemudian, kami tidak punya e-book reader, atau alat baca yang sesuai. Sejak beberapa pekan lalu kami mendapat iPad, dan dari laboratorium pengembangannya kami mendengar, tahun ini akan ada alat baru yang kualitasnya hampir sama."

Kesenjangan Yang Jelas

Libreka sejauh ini mencatat 25.000 judul e-book. Untuk perbandingan, di pasaran buku Jerman dapat diperoleh 1,2 juta judul. Kesenjangan ini jelas menunjukkan relasi antara kenyataan menyangkut e-book dan pelaporannya dalam media. Lagipula ada kekacauan juga dalam penggunaan alat bacanya.

E-Book "Readius"
Jenis e-book reader bernama "Readius".Foto: picture-alliance/ dpa

Banyak produsen e-book hanya membuat buku elektronik dalam format yang sesuai dengan alat baca yang mereka produksi. Ini tentu merugikan konsumen. Demikian dikatakan Ronald Schild. Masalah tambah rumit lagi setelah beberapa pedagang buku di internet, seperti Amazon, membuat dan menawarkan e-book, sehingga penerbitnya menjadi tidak jelas.

Nasib Pedagang Buku?

Jika semakin banyak buku ditawarkan dalam bentuk digital di internet, bagaimana nasib pedagang buku? Toko buku di Jerman Selatan, Osiandersche Buchhandlung berusaha ikut terlibat dalam kemajuan ini. Toko itu memiliki 22 cabang dan sebuah situs penjualan di internet.

Japanisches Ebook
Perusahaan Jepang, eBOOK Initiative menunjukkan alat baca yang dapat menampilkan komik berwarna.Foto: picture alliance/dpa

Hermann-Arndt Riethmüller, pemimpin toko itu mengatakan, jika konsumen datang ke tokonya, mereka dapat membeli e-book dari semua perusahaan yang menawarkan produk berupa buku elektronik, dan tidak perlu memiliki rekening di setiap perusahaan, seperti biasanya.

Fungsi Menguat

Ia berpendapat, dengan adanya e-book fungsi buku semakin menguat. Menurutnya di masa depan buku-buku yang indah akan dicetak. Tetapi buku-buku yang hanya dibaca satu kali dan tidak dikoleksi misalnya cerita kriminal tidak akan dicetak.

Bagaimana permintaan pasar atas produk e-book di masa datang tidak dapat diperkirakan. Beberapa pedagang sudah melirik pasar di AS, di mana e-book sudah mengusai hampir 10% pasaran. Apa ini juga dapat menjadi tren di pasaran Jerman? Menurut sebuah jajak pendapat, sejumlah besar warga Jerman sudah mempertimbangkan untuk membeli e-book.

Nadine Wojcik / Marjory Linardy

Editor: Ging Ginanjar