1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ekologi Cina Hancur Akibat Impor Sampah Plastik

20 Juni 2018

Selama bertahun-tahun Cina mengimpor jutaan ton sampah plastik dari seluruh dunia untuk didaur ulang. Bagi sekelompok warga ini bisnis yang bisa menghidupi keluarga. Tapi bagi lingkungan ini adalah bencana ekologi.

https://p.dw.com/p/2zt6l
China Guiyu größter Elektronikschrottplatz der Welt
Foto: Reuters/Aly Song

Di antara kepulan asap pembakaran sampah dan timbunan sampah plastik impor anak-anak lahir, tumbuh dan berkembang. Inilah realita sehari-hari kehidupan anak yang memilukan di Cina. Keluarga mereka mencari nafkah dengan memilah dan Daur Ulang Plastik. Inilah yang ditampilkan dalam film dokumenter "Plastic China" karya sutradara Wang Jiuliang.

Untuk itu, pembuat film Wang Jiuliang bekerja empat tahun di sebuah tempat penimbunan sampah. Realita yang dilihatnya sangat menyedihkan. Anak-anak terpaksa harus hidup dalam kondisi yang sangat memilukan diantara tumpukan sampah yang berbau busuk. 

"Saya sendiri punya anak perempuan. Saya tidak mungkin mampu menghadapinya, jika anak saya terpaksa tumbuh di lingkungan seperti itu. Tapi sebagian anak ini sudah dikelilingi sampah sejak baru lahir. Saya tidak mau anak-anak hidup di tengah sampah", ujar Wang Jiuliang, sutradara film dokumenter "Plastic China"

Dampak negatif bisnis daur ulang sampah impor

Inilah sisi gelap bisnis daur ulang di Cina. Lebih tegasnya lagi, daurulang sampah plastik impor dari seluruh penjuuru dunia. Keluarga para pemilah harus menghadapi ancaman kesehatan. Misalnya gas-gas beracun, juga zat-zat beracun. Sebagian anak tidak bersekolah.

Material  yang tidak bisa didaurulang, akhirnya dibuang tanpa terkontrol dan mencemari air tanah. Hewan-hewan sakit. Sejumlah timbunanSampahbahkan terbakar. Para pemulung dan pendaur ulang sebetulnya juga mengeluhkan kondisi lingkungan kerjanya.

"Baunya luar biasa, tidak tertahankan. Tapi kami harus bagaimana lagi?" ujar seorang pemilah sampah.

"Udara tidak sehat, air tidak sehat. Satu-satunya yang bagus adalah uang yang kami dapat", timpal yang lainnya.

Saat membuat film, Wang Jiuliang menemukan satu hal lain yang menarik. Sebagian besar sampah berasal dari negara lain yang jauh. "Suatu hari saya meriset tempat penampungan sampah di provinsi Hebei. Tempatnya luas, di mana-mana sampah. Kemudian saya perhatikan seksama, ternyata saya lihat, kemasan berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis. Akhirnya saya paham, di depan saya tersebar sampah dari seluruh dunia", kata sutradara film dokumenter "Plastic China" itu.

Cina hentikan impor sampah

Lebih dari 50% sampah yang dihasilkan dari seluruh dunia, dijual ke Cina. Pembuat film Wang Jiuliang juga syuting di Amerika. Sampah adalah komoditi ekspor keenam terbesar dari AS ke Cina. Tiap tahunnya, Jerman juga mengirimkan lebih dari 100.000 ton sampah plastik ke Cina. Sejak awal tahun, Cina tidak membeli sampah dari luar negeri lagi, dengan alasan politik untuk Selamatkan Lingkungan dan penduduknya.

Pakar lingkungan Cina,  Ma Jun menegaskan: "Cina Melarang Impor Sampah dari Luar Negeri yang akan mengurangi jumlah sampah berbahaya di Cina. Ini baik bagi lingkungan, dan sangat mendesak. Tapi ini tentu juga menyebabkan kurangnya bahan baku daur ulang seperti kertas bekas dan plastik"

Namun stasitik menunjukan, sekarang, Cina sendiri memproduksi sampah terlalu banyak. Di pihak lain, kesadaran lingkungan semakin tinggi. Di mana-mana, sekarang didirikan instalasi daur ulang dan pembakaran sampah. Banyak negara kini harus mencari jalan keluar lain untuk 24 jenis sampah yang dilarang masuk.

"Negara-negara seperti Jerman, Inggris, Amerika dan Uni Eropa harus memikirkan sendiri cara mengatasi masalah sampahnya. Jangan bergantung pada pasaran dunia dan dengan mudah mengeskpor sampahnya", tegas pakar lingkungan Ma Jun

Di Cina, di mana media dan internet berada di bawah pengawasan ketat pemerintah, Wang Jiuliang tidak boleh menayangkan filmnya. Tapi Wang Jiuliang percaya, filmnya sudah berkontribusi mengubah sikap masyarakat di Cina. Sekaligus menambah kesadaran bahwa cara yang salah ini tidak boleh diteruskan.

as/vlz(DW Inovator)