1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ekonomi Terpuruk, Reshuffle Bidik Lima Pos Kementrian

6 Juli 2015

Melemahnya perekonomian Indonesia menyeret tim ekonomi Presiden Jokowi ke tengah isu perombakan kabinet. Lima pos kementrian digunjingkan. Sementara pelaku pasar menilai Jokowi membutuhkan bintang di jajaran kabinetnya.

https://p.dw.com/p/1FtKL
Joko Widodo Kabinett Vereidigung 27.10.2014
Foto: Reuters/Beawiharta

Hari-hari belakangan ini tim ekonomi kabinet kerja banyak mendapat sorotan. Pasalnya, kinerja yang buruk menjadikan resor paling penting di pemerintahan itu kini digunjingkan bakal dirombak. "Kalau reshuffle ya tim ekonomi dulu," ujar Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar seperti dikutip Okezone.

Desakan kepada Presiden Joko Widodo agar merombak tim ekonominya kian menguat. Yang digunjingkan saat ini setidaknya lima pos kementrian, yakni keuangan, koordinator bidang perekonomian dan kementrian BUMN, perdagangan dan perindustrian.

"Rupiah melemah sampai sekarang ini karena rendahnya kepercayaan pasar pada kabinet atau ekspektasinya tak tercapai," kata Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiantono kepada CNN.

Kepercayaan Pasar Anjlok

Tony termasuk selusin ekonom yang diundang Presiden Jokowi ke Istana Negara untuk dimintai pendapat. Menurutnya selama pertemuan, Jokowi menyadari kelemahan tim ekonomi bentukannya itu.

Rendahnya kepercayaan pasar menjadi salah satu dalih utama di balik perombakan kabinet pertama di era Jokowi. Saat ini Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi melambat di kisaran 4,71 persen pada kuartal pertama 2015.

Tingkat pengangguran juga meningkat sebanyak 300.000 orang menjadi 7,45 juta. Selama enam bulan masa kerja kabinet, target APBN 2015 ihwal tingkat pengangguran meleset sebesar 0,2 persen menjadi 5,81 persen dari angkatan kerja.

Komunikasi dan Kepercayaan Pasar

Rapor merah tim ekonomi Indonesia diperparah dengan lemahnya komunikasi antara lembaga pemerintah. Februari silam Menko Perekonomian Sofjan Djalil misalnya masih berupaya meyakinkan "rasio utang pemerintah aman" kendati Indonesia berencana mengajukan pinjaman ke Bank Dunia.

Sebulan berselang, Djalil justru meratapi pelemahan nilai tukar Rupiah antara lain disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri. “Ada utang jatuh tempo dan mereka membutuhkan dolar,” kilahnya saat itu kepada wartawan.

Kelemahan tersebut turut menyeret persepsi investor asing terhadap Indonesia ke arah negatif. Hal ini diakui oleh Staf Kepresidenan bidang Komunikasi, Teten Masduki. "Saya kira diperlukan strategi komunikasi dari kementerian ekonomi," ujarnya kepada Kontan akhir Juni silam. "Presiden melihat semua fundametal Indonesia baik. Yang buruk adalah persepsinya," katanya.

Untuk mengakalinya, sejumlah pelaku pasar yang diundang Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan awal bulan lalu mengusulkan wajah baru untuk mengepalai tim ekonomi. Dia selayaknya seorang "star power" yang disegani dan dipercaya pasar, serta mampu meyakinkan investor asing untuk menanam modal di Indonesia.

rzn/vlz (dari berbagai sumber)