1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Elegi Hitam Bernama Burgerkill

2 Agustus 2015

Kehadiran Burgerkilll di festival Heavy Metal Wacken dan Bloodstock menandai peralihan nasib buat industri metal Indonesia. Berkat kiprah band asal Bandung itu, dunia tidak lagi bisa memandang sebelah mata.

https://p.dw.com/p/1G5lE
Symbolbild Nägel auf dem Boden
Foto: Fotolia/Bizroug

Tidak ada yang membantah bahwa tanggal 31 Juli menjadi momentum istimewa buat Burgerkill. Karena band asal Bandung itu untuk pertamakalinya bakal menjajal panggung Wacken Open Air Jerman - festival Heavy Metal yang didaulat sebagai terbesar sejagad.

Dunia mengenal Burgerkill selambatnya sejak band yang dibesut oleh Eben, Ramdan, Vicky, Andris dan Agung ini menyabet penghargaan Metal as F*ck yang diberikan majalah Metal Hammer 2013 silam.

Bulanan terbitan Inggris itu tidak tanggung-tanggung menyanjung habis Burgerkill. Buat album Venomous yang dirilis 2011 silam, Metal Hammer bahkan membandingkan Burgerkill dengan nama-nama besar seperti Obituary, Sepultura atau Killswitch Engage.

Terpinggirkan, Lalu Bertahta

Dibentuk pertamakali 1995, Burgerkill lama berkutat di komunitas bawah tanah. Saat itu industri metal Indonesia sudah lama terbentuk. "Penuh warna, kompak dan antusiasme yang fanatis," tulis situs Teamrock. Tapi berbeda dengan musik pop, genre metal belum menjadi lahan basah buat mendatangkan uang.

Maka setiap band membutuhkan determinasi dan kesabaran tingkat dewa untuk bertahan di belantika metal Indonesia. Burgerkill misalnya butuh waktu lima tahun sebelum bisa merilis album sendiri. Tapi ketika "Dua Sisi" lahap disantap publik, nasib mulai berbalik arah.

Dari band pinggiran yang menjajakan nama dari panggung ke panggung, Burgerkill mulai menyedot perhatian publik dan sponsor. Band yang didirikan di Ujung Berung di pinggiran timur kota Bandung itu pun memasuki dasawarsa paling kreatif dalam sejarah mereka dengan menelurkan tiga album.

Periode keemasan Burgerkill sempat terhenti ketika ajal menjemput sang vokalis, Ivan Scumbag, tahun 2006. Setelah peristiwa menyakitkan itu, baru lima tahun kemudian Burgerkill yang hadir dengan vokalis baru, Vicky, bangkit lagi dan merilis album Venomous.

Panggilan Wacken dan Bloodstock

Tapi kendati berlimpah popularitas di tanah air, Burgerkill tidak pernah benar-benar bisa berjejak di mancanegara. Selain undangan manggung dari negeri jiran, Eben dkk. belum pernah merasakan panggung internasional dan bersanding dengan band-band kenamaan dunia.

"Beruntung Burgerkill memiliki musik, aksi panggung dan komitmen untuk menopang ambisi mereka," tulis situs Teamrock. Maka tidak cuma Metal Hammer yang kepincut album Venomous, Wacken di Jerman dan Bloodstock di Inggris pun ikut memanggil.

Harus diakui penampilan Burgerkill di festival Heavy Metal terbesar di dunia itu tidak seheboh seperti yang ditulis media. Buat Eben dkk. Wacken hanya membuka Headbanger Stage yang termasuk panggung terkecil dari delapan yang ada. Di sana Burgerkill bakal bersanding dengan band-band di barisan kedua dari berbagai negara.

Namun itu pun sudah merupakan "penghargaan" dan sekaligus pengakuan buat eksistensi metal Indonesia, kata manajer band Dadang. Dan betapapun sederhananya, aksi panggung Burgerkill yang gaduh dan liar dijamin bakal menggeber ribuan penonton mancanegara yang dipastikan hadir di Wacken.

rzn/as (dari berbagai sumber)