1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ensefalitis Mewabah di India

Brigitte Osterath27 Juli 2014

Di India, wabah ensefalitis atau radang otak telah menewaskan lebih dari 150 orang. Angka korban dikhawatirkan terus bertambah. Apa itu ensefalitis? Dan apa penyebabnya?

https://p.dw.com/p/1CixS
Ensefalitis Jepang, disebabkan flavivirus, hanya merupakan salah satu jenis penyakit berbahaya ini
Ensefalitis Jepang, disebabkan flavivirus, hanya merupakan salah satu jenis penyakit berbahaya iniFoto: Novartis Vaccine

Ensefalitis adalah peradangan otak.

Gejalanya termasuk demam tinggi, sakit kepala, muntah-muntah, kebingungan, dan pada kasus yang parah, kejang-kejang, lumpuh dan koma. Penyakit ini dapat berujung pada kerusakan otak. Anak-anak dan lanjut usia terutama berisiko terkena jenis ensefalitis yang paling parah. Hingga 60 persen kasus yang ditemukan dianggap fatal.

Seringkali radang disebabkan oleh virus, namun ada juga kasus langka yang diakibatkan bakteri. Beberapa jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, termasuk rabies, flu, campak, herpes dan ensefalitis akibat caplak. Jenisnya diperkirakan ensefalitis Jepang, yang ditularkan oleh nyamuk.

Lebih dari 300 orang dilaporkan terjangkit.

Biasa tapi 'mengkhawatirkan'

Ensefalitis Jepang umum dijumpai pada musim hujan ketika nyamuk berkembang biak. Musim hujan di India mulai bulan Juni. Juga sudah ada laporan wabah ensefalitis dari India bagian selatan dan Sri Lanka.

Setiap tahun ratusan orang dilaporkan tewas akibat ensefalitis di seluruh penjuru India - terutama anak-anak yang belum memiliki kekebalan parsial.

Sudah ada vaksin melawan ensefalitis Jepang, namun mahal dan dibutuhkan tiga suntikan yang menurut pakar kesehatan tidak terjangkau di negara-negara berpenghasilan rendah.

Beternak babi dapat menyebabkan wabah ensefalitis - terutama di daerah produsen padi
Beternak babi dapat menyebabkan wabah ensefalitis - terutama di daerah produsen padiFoto: picture-alliance/dpa

Wabah akibat pertanian modern

Di Asia Selatan dan Asia Tenggara, situasinya bertambah parah sejak produksi beras teririgasi ditingkatkan dan diluaskan.

Nyamuk yang membawa ensefalitis Jepang, yang terkait dengan demam berdarah, berkembang biak di sawah-sawah yang tergenang.

Nyamuk ini umumnya memilih darah hewan sebagai makanan dan lebih menyukai babi. Namun ketika jumlah nyamuk meledak, mereka juga menggigit manusia.

Negara bagian Benggali Barat di India menjadi wilayah terparah yang terkena wabah kali ini. Peternak di negara bagian ini mayoritas beternak babi.

Cara terbaik untuk mengatasi penyakit ini adalah dengan mengurangi jumlah nyamuk.

Di Benggali Barat, petugas kesehatan telah menggalakkan fumigasi dan mereka berharap "situasinya dapat segera teratasi."

Dalam jangka panjang - untuk menekan jumlah kasus ensefalitis Jepang - Badan Kesehatan Dunia WHO menyerukan agar tidak menambah jumlah babi di negara-negara yang terkena wabah, meski sebagai sumber pemasukan alternatif bagi petani padi.

WHO mengatakan 24 negara di berbagai penjuru Asia Tenggara dan Pasifik Barat terancam wabah ensefalitis Jepang, membuat separuh populasi dunia berisiko terinfeksi. Hingga kini masih belum ada pengobatan.