1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Erdogan Memulai Serangan Terhadap Gerakan Güllen

Arbutina Zoran 9 Januari 2014

Setelah terungkapnya skandal korupsi di Turki, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengidentifikasi musuhnya: para pengikut tokoh gerakan Islamis, Fethullah Gülen.

https://p.dw.com/p/1AnpQ
Foto: Reuters

Setelah terungkapnya skandal korupsi di Turki, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengidentifikasi musuhnya: para pengikut tokoh gerakan Islamis, Fethullah Gülen. Erdogan berusaha merangkul kembali mantan lawan-lawannya di militer.

Güseyin Gülerce melihat sesuatu yang datang: "Sebuah badai besar," kata wartawan berusia 63 tahun dari koran "Zaman" beberapa waktu lalu. Apa yang dikhawatirkan Gülerce, sebagaimana" Zaman" yang tergabung dalam gerakan gulen terbukti benar. Pemerintah Erdogan mencopot para polisi yang dicurigai pengikut Güllen dari jabatannya. Sementara pejabat di kejaksaan juga dipecat.

Gerakan Güllen adalah salah satu gerakan Islam yang paling berpengaruh di Turki . Gerakan ini dipimpin oleh ulama Turki, Fethullah gulen. Di Turki, gerakan ini punya daya tarik besar, tetapi pada saat bersamaan, juga menuai kritik. Kritikus menuding, dibalik sekolah swasta mereka yang tersebar di 140 negara, terpendam agenda Islamis radikal.

Ada kecurigaan bahwa polisi, juga orang-orang di lembaga peradilan telah tersusupi oleh gerakan itu. Oleh karenanya, pemerintah menjadi aktif. Erdogan dan para pengikutnya berbicara tentang "struktur paralel" dalam aparatus negara yang berusaha menggulingkan pemerintah. Struktur ini rusak oleh penempatan orang yang salah. Lembaga peradilan juga tersangkut. Dua jaksa terkemuka yang menyelidiki skandal korupsi itu kini telah ditarik dari kasus ini. Salah satu dari mereka, Zekeriya Öz, mengalami sanksi disiplin. Öz merupakan pengikut Güllen.

Türkei Polizei Symbolbild
Polisi TurkiFoto: Bulent Kilic/AFP/Getty Images

Penanganan tidak demokratis

Selama bertahun-tahun, gulen mendapat dukungan dari pemerintahan Islam konservatif Erdogan, terutama dalam upaya mereka untuk mendorong kembali pengaruh politik ke tubuh militer. Tapi kemudian terjadi perpecahan.

Seorang anggota senior Gerakan Gülen mengatakan kepada Deutsche Welle, respon pemerintah terhadap protes Gezi musim panas lalu yang telah memicu kritikan dari "gulencis" – sebutan bagi pengikut Gülen. Tindakan keras polisi terhadap para demonstran adalah tanda-tanda "yang tidak demokratis dalam berurusan" dengan kritikan dari masyarakat. Erdogan dinilai makin lama makin otoriter.

Badai baru saja dimulai

Perdana Menteri Erdogan tidak peduli dengan kritik ini. Dia ingin memenangkan pemilu lokal yang akan berlangsung pada tanggal 30 Maret mendatang dan pemilihan presiden pada musim panas. Ini adalah kebalikan dari proses dialog, tandas Gülen. Bagi Erdogan, Gulen telah menjadi musuh yang harus ditangani. Badai Gülerce yang diperkirakan, baru saja dimulai.

Sementara itu, para "gulencis" dianggap pemerintah sebagai musuh negara, yang dituding bertanggung jawab atas kesalahan serius dari tahun-tahun sebelumnya. Termasuk dalam masalah upaya percobaan kudeta yang dilakukan oleh para mantan jenderal.

Metode baru untuk para jenderal

Seorang penasihat Erdogan mengisyaratkan bahwa para jaksa adalah "Gulencis", yang bisa menyebabkan pengambilan keputusan pada para jenderal ini tidak sesuai hukum. Saat ini, pemerintah sedang mencari cara untuk membuka kembali kasus kudeta militer tersebut. Logika di balik ini, diduga pemerintah ingin membuat kasus kudeta militer ini muncul untuk pengalihan isu desakan yang diusung gerakan Gulen, yakni kasus korupsi. Demikian dikatakan mantan Anggota Parlemen dari oposisi Partai Republik Rakyat (CHP) Riza Türmen.

Pada saat bersamaan, Erdogan juga memantau ketat pengadilan, kata oposisi, dan rancangan naskah undang-undang pertama akan disampaikan ke parlemen akhir pekan ini. Erdogan jauh dari kemauan untuk mengambil tanggung jawab politik terhadap kasus korupsi di sekelilingnya, kata politisi CHP Ugur Bayraktutan kepada Deutsche Welle: " Di negara Barat, dalam kasus semacam itu, Perdana Menteri akan mengundurkan diri segera tanpa ragu-ragu . "