1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eropa Larang Paten Sel Induk Manusia

19 Oktober 2011

Pengadilan tertinggi Eropa di Luxemburg Selasa (18/10) melarang dipatenkannya produk rekayasa dari sel induk atau sel punca embryo manusia.

https://p.dw.com/p/12v8S
Foto: picture-alliance/dpa

Vonis mahkamah Eropa ini menolak permohonan ilmuwan Jerman, Prof.Oliver Brüstle, untuk mendapatkan paten bagi metodenya memproduksi sel-sel saraf dari sel punca embryo manusia bagi kepentingan riset kedokteran.

Sel induk atau sel punca embryonal merupakan sel serba bisa, yang peranannya dalam tubuh belum ditetapkan. Selnya dapat menjadi jaringan atau organ tubuh apapun. Para peneliti, kini dapat melakukan pemrograman sel punca embryonal di laboratorium, terutama untuk kepentingan medis dan pengobatan.

Silang sengketa menyangkut penelitian sel punca dari embryo manusia terus berkobar di Eropa. Pemicu terbaru adalah permohonan Oliver Brüstle, pakar ilmu saraf dari Jerman, untuk mendapatkan paten bagi temuannya di bidang rekayasa sel punca embryonal. Brüstle sebelumnya kuliah, bekerja dan melakukan penelitian di Jerman, Swiss dan AS. Mula-mula ia bekerja sebagai dokter ahli bedah saraf di rumah sakit Universitas Erlangen-Nürnberg. Kemudian membentuk kelompok peneliti muda di institut untuk pathologi saraf Universitas Bonn.

Paten Dibatalkan

Metode yang dikembangkan Brüstle, untuk memproduksi sel saraf dari sel punca embryonal sebetulnya sudah dipatenkan pada tahun 1997. Tapi kini jawatan paten Jerman menyatakan membatalkannya. Sebuah pukulan telak bagi industri farmasi, yang ikut membiayai risetnya dan berharap dapat meraih keuntungan dari obat-obatan yang dikembangkan. Brüstle juga kecewa, mengingat di negara Eropa lainnya, Inggris misalnya, riset sel induk sudah amat maju.

“Di Inggris tiga pekan lalu sudah dimulai uji klinik pertama dengan sel punca embryonal. Artinya, kita melakukan pengembangan yang sudah sampai pada tahapan klinik,“ paparnya.

Sel induk embryonal yang risetnya dipersengketakan di Jerman, biasanya diperoleh dari embryo manusia yang baru berusia beberapa hari yang diimpor dari negara lain. Lazimnya sel bersangkutan diproduksi dalam proses inseminasi buatan di laboratorium. Para pengritik riset sel punca embryonal menyebutkan, rekayasa sel punca embryonal melanggar etika. Peter Liese, dokter dan anggota parlemen Eropa dari partai Kristen Demokrat mengungkapkan permasalahannya : “Selnya tidak dapat diperoleh, tanpa merusak embryo manusianya.“

Silang Sengketa Definisi Embryo

Yang kini menjadi tema silang sengketa adalah definisi embryo manusia. Oliver Brüstle mengatakan, di sejumlah negara Eropa berlaku aturan, bahwa kumpulan sel dalam tabung reaksi itu belum dikategorikan sebagai embryo. Dan baru disebut embryo jika sudah dicangkokkan ke dalam rahim.

Stammzellforscher und Neuropathologe Prof. Oliver Brüstle, Universität Bonn vor dem Brutschrank für Stammzellen
Prof. Oliver Brüstle, meneliti sel induk embryonal selama bertahun.-tahun.Foto: Michael Lange

Brüstle mengungkapkan wawasannya menyangkut impor sel punca ke Jerman: “Visi saya adalah, mengembangkan terapi baru, juga merupakan sebuah pertanggung jawaban. Ketimbang membuang sel semacam itu, lebih adil jika memproduksi jaringan sel, dimana dengan itu dunia kedokteran dapat mengembangkan proses baru.“

Karena itulah pakar ilmu saraf ini, pada tahun 2002 mendirikan perusahaan biomedis “Life and Brain“ yang berkonsentrasi pada rekayasa produksi sel induk menjadi sel otak dan sumsum tulang belakang manusia. Sasaranya antara lain, dalam waktu beberapa tahun mendatang, dapat mengmbangkan metode baru bagi pengobatan beberapa jenis penyakit saraf degeneratif antara lain Parkinson dan Alzheimer.

“Bagi saya ibaratnya perspektif ideal, jika dalam beberapa tahun ke depan, paling tidak dapat sukses mengobati beberapa jenis penyakit sistem saraf dengan bantuan sel induk. Selain itu, saya amat yakin, teknologi sel punca dalam bidang pengembangan unsur aktif, akan membuka sejumlah cakrawala baru,“ ujar Brüstle menambahkan

Riset Sel Induk Semakin Intensif

Terlepas dari berbagai silang sengketa, terutama menyangkut etika, peneliti sel induk embryonal untuk rekayasa sistem saraf, Brüstle meyakini, riset sel induk embryonal di tatanan internasional tidak akan dapat dibendung lagi. Di sejumlah negara bahkan sudah dilakukan berbagai uji klinis.

Menschliche embryonale Stammzellen
Sel induk embryonal manusia.Foto: Public Library of Science / Wikipedia

Artinya, tinggal masalah waktu, untuk dapat menemukan metode pengobatan terbaru berbagai penyakit yang belum ada obatnya, dengan bantuan rekayasa sel induk. Tugas berat para ilmuwan di bidang penelitian sel induk sekarang ini, adalah memaparkan visi menguntungkan dari risetnya, dan mengkomunikasikannya secara terbuka ke dunia luar.

AS/DK/rtr/afp/dpa/DW