1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Esperanto Sebagai Bahasa Uni Eropa?

5 Februari 2012

Dalam lingkup Uni Eropa berlaku mata uang yang sama tetapi Eropa tidak punya bahasa yang sama.

https://p.dw.com/p/13xc4
Foto: picture-alliance /dpa/dpaweb

Uni Eropa memiliki 23 bahasa resmi yang dari sisi budaya, sangat menguntungkan namun dari sisi politik, perbedaan bahasa ini kadang menjadi penghalang besar.

Para politikus Uni Eropa di Brüssel mulai dari Malta hingga Irlandia punya hak untuk menggunakan bahasa ibu dalam perundingan dan tiap warga negara punya hak untuk paling tidak bisa membaca dokumen penting Uni Eropa dalam bahasa mereka. Untuk itu dibutuhkan ribuan penerjemah dan alih bahasa yang menghabiskan sekitar seperempat milyar Euro per tahunnya.

Esperanto mudah dipelajari

Ada memang yang disebut Esperanto, bahasa yang hingga kini masih diusulkan beberapa orang untuk digunakan sebagai bahasa dalam kelembagaan Uni Eropa.

Ludwig Lazarus Zamenhof Erfinder von Esperanto
Ludwig Lazarus ZamenhofFoto: dpa

Dulu, bahasa ini dikembangkan oleh Dr. Ludwig Lazarus Zamenhof, seorang Yahudi kelahiran Bialystok di masa kerajaan Rusia, karena melihat kesulitan komunikasi yang dihadapi oleh berbagai etnis yang hidup di kota kelahirannya. Akhir abad ke-19, bahasa ini direncanakan penggunaannya bagi masyarakat luas di Eropa.

Kenyataannya, bahasa Inggris lebih sering terdengar di kawasan Uni Eropa, meskipun dalam bentuk BSE, yang artinya badly spoken English atau bahasa Inggris yang buruk. Walau demikian, Esperanto yang berarti "Yang Berharap" ini oleh Persatuan Esperanto Eropa diharapkan tetap bisa menjadi bahasa pengantar resmi dalam kelembagaan Uni Eropa.

Ketua Persatuan Esperanto Eropa, Sean O'Riain, bekerja sebagai pengalih bahasa Irlandia pada Komisi Uni Eropa,"Saya ingin Esperanto digunakan di Uni Eropa. Saya yakin, Esperanto sangat teratur dan mudah dipelajari."

Tak Berpeluang?

Di Brussel terdapat pengguna aktif Esperanto tetapi Sean O'Riain juga tahu, di Brussel tidak ada yang terlalu menganggap serius usul menjadikan Esperanto sebagai bahasa kedua dalam Uni Eropa.

Seorang yang tidak mendukung penggunaan Esperanto adalah Doris Pack, anggota parlemen Eropa dalam urusan budaya dan keragaman bahasa. Katanya, "Pokoknya bukan Esperanto! Karena saya tahu, kami semua sudah terbiasa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Jadi mau tidak mau orang-orang mempelajarinya. Esperanto bagiku adalah Bahasa Inggris."

Esperanto
Foto: DW

Hans Schindler yang sudah bekerja 32 tahun di bidang alih bahasa Uni Eropa juga tidak mendukung pemakaian Esperanto. Selama bekerja di Brussel, tidak sekalipun dia mendengar pembicaraan terkait penggunaan Esperanto. Yang digunakan Eropa adalah bahasa Inggris, walau cenderung Bahasa Inggris yang buruk.

Tuturnya, "Itulah "badly spoken English". Bahasa ini kian sering digunakan para delegasi dan kadang telinga kami sakit mendengarnya. Itu mengherankan bahwa bahasa Inggris tidak berstruktur ini bisa saling dimengerti. Saya bisa bilang, Esperanto sebagai bahasa buatan yang sedikit berstruktur ini tidak punya peluang."

Himne Uni Eropa

Pernyataan Hans Schindler itu tentu tidak menyenangkan Sean O'Riain. Kenyataannya, banyak artikel di internet ditulis dalam Esperanto bukan dalam bahasa anggota Uni Eropa. Lagipula kelihatannya tidak adil karena bahasa Inggris adalah bahasa ibu dari sedikit anggota Uni Eropa.

Asterix
Komik AsterixFoto: picture-alliance/dpa

Dengan Esperanto, semua anggota Uni Eropa bisa menggunakan bahasa yang sama. Misalnya ketika menyanyikan himne Uni Eropa, sebuah ode dari Beethoven yang teks aslinya bahasa Jerman. Apakah himne itu harus dinyanyikan dalam bahasa Jerman?

Usulan O'Riain, agar himne Eropa dinyanyikan dalam bahasa Esperanto, sampai saat ini tidak diterima parlemen Uni Eropa. Selama ini, banyak anggota parlemen hanya ikut melantunkan melodinya dan tidak ada keinginan untuk mengubah lirik himne itu ke bahasa Esperanto. Padahal dalam bahasa Esperanto mungkin terdengar bagus juga.

Martin Bohne / Rara Balasong

Editor: Edith Koesoemawiria