1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

FAO: Meski Menurun, Angka Kelaparan Masih Tinggi

15 September 2010

Jumlah orang yang menderita malnutrisi kronis menurun. Namun bila harga bahan pangan terus naik, maka akan merintangi upaya memerangi kelaparan, demikian diungkapkan badan pangan PBB, FAO.

https://p.dw.com/p/PCVy
Badan Pangan Dunia FAO

Badan Pangan Dunia FAO menyebutkan jumlah orang yang kelaparan dan kurang gizi menurun hingga mencapai sekitar 925 juta orang. Angka ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2009, ketika jumlah orang yang mengalami kekurangan makan mencapai lebih dari satu milyar orang. Direktur jendral FAO Jacques Diouf mengatakan meski angka kelaparan telah dapat ditekan di bawah satu milyar jiwa, angka tersebut masih tinggi dan tak dapat diterima: „Seorang anak meregang nyawa setiap enam detik, akibat penyakit yang terkait gizi buruk, menegaskan bahwa kelaparan masih menjadi tragedi dan merupakan skandal terburuk di dunia.“

Diouf / FAO / Welternährungsgipfel / Rom
Jacques DioufFoto: AP

Badan PBB yang bermarkas di Roma itu juga menekankan 16 persen orang di negara-negara berkembang masih menghadapi masalah kelaparan. Prosentase tersebut lebih tinggi ketimbang yang disepakati Sasasan Pembangunan Milenium yaitu 10 persen hingga tahun 2015.

FAO memperingatkan bila gelombang harga terutama yang menyangkut harga gandum terus membumbung tinggi, akibat kekeringan dan bencana kebakaran lahan di Rusia, maka akan menambah rintangan dalam memerangi kelaparan.

Investasi Agrikultur

Dalam rangka mengikis akar penyebab kelaparan, FAO menyarankan pemerintahan-pemerintahan di dunia untuk mendorong investasi di bidang pertanian dan memperluas serta meningkatkan program bantuan sosial. Di samping itu, juga disarankan untuk membuat program yang dapat meningkatkan pendapatan keuangan bagi masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan.

Wakil Presiden Badan Dunia Pembangunan Pertanian Internasional IFAD, Yukiko Omura menambahkan: „Sangat mendasar untuk menstrukturisasi pengentasan kelaparan, kita harus menambah produktivitas, kebijakan yang stabil dan efektif, peraturan dan mekanisme struktural, memfungsikan infrastruktur pemasaran serta mempromosikan investasi di sektor pertanian. Ini merupakan hal-hal penting.“

Indonesia Diantaranya

Hunger in Äthiopien
Kelaparan dan kurang gizi di Gode, Ethiopia.Foto: AP

Dua pertiga jumlah orang kelaparan terdapat di tujuh negara: Bangladesh, Cina, Kongo, Ethiopia, India, Indonesia dan Pakistan, Sementara empat puluh persennya terdapat di Cina dan India.

Pekan depan, para pemimpin negara akan menghadiri pertemuan internasional PBB yang mendiskusikan pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium, yang menargetkan pengurangan drastis angka kemiskinan dan kelaparan di dunia hingga tahun 2015. Menurut Jacques Diouf masih tingginya angka kelaparan ini membuat sasaran pembangunan Milenium sulit tercapai: „Pencapaian target internasional dalam mengurangi angka kelaparan berada pada resiko serius.“

Bencana dan Pengaruh Iklim

Tahun lalu, tercatat jumlah orang kelaparan mencapai yang tertinggi dalam empat dekade terakhir. Hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi dan kenaikan harga pangan domestik di beberapa negara berkembang.

Sementara itu, peningkatan jaringan keamanan pangan pada tahun 2010 terutama adalah hasil dari akses yang lebih baik untuk memperoleh makanan karena perbaikan kondisi ekonomi, dan penurunan harga pangan dibanding tahun 2008.

Pakistan Flut Hochwasser Landwirtschaft
Gagal panen di pakistanFoto: AP

Namun masih terdapat situasi yang mengancam keamanan jaringan pangan yaitu larangan ekspor padi atau gandum yang diberlakukan Rusia akibat bencana kekeringan dan kebakaran lahan. Serta bencana banjir besar di Pakistan yang meluluhlantakan 3,4 juta hektar lahan pertanian dan menggagalkan panen.

Hujan lebat, longsor, banjir, gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan dan gagal panen yang terjadi sudah diprediksi oleh pengamat iklim. Mereka sebelumnya kerap memperingatkan akan datangnya bencana-bencana ini dan hal tersebut benar terjadi.

Ayu Purwaningsih

Editor : Hendra Pasuhuk