1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

FBI Dituding Intervensi Pilpres AS

31 Oktober 2016

Persaingan menuju Gedung Putih kian memanas. Penyebabnya adalah penyelidikan teranyar FBI dalam skandal email Hillary Clinton yang diumumkan sepekan jelang pemungutan suara.

https://p.dw.com/p/2RvIk
Bildkombo James Comey und Hillary Clinton
Direktur FBI James Comey (ki.) dan Hillary Clinton (ka.)Foto: Getty Images/AFP/Y. Gripas/J. Sullivan

Hingga akhir pekan silam pemilihan umum kepresidenan di Amerika Serikat seakan telah mencapai anti klimaks. Popularitas kandidat Republik, Donald Trump, ambruk lantaran obrolan cabulnya yang merendahkan perempuan muncul ke publik. Jajak pendapat di separuh negara bagian yang dikategorikan swing states juga jauh mengunggulkan Hillary Clinton.

Namun sebuah kejutan yang muncul sepekan sebelum pemungutan suara membuat pilpres AS kembali memanas.

Penyebabnya adalah surat Direktur Biro Investigasi Federal (FBI), James Comey, kepada Kongres yang mengabarkan tentang penyelidikan lanjutan mengenai skandal Email Clinton. Di dalamnya ia mengklaim sedang memeriksa 650.000 email milik orang kepercayaan bekas ibu negara itu.

Sontak surat Comey mendulang sumpah serapah. Hampir 100 bekas jaksa agung dan pakar hukum, termasuk diantaranya lusinan tokoh Republik dan bekas Menteri Kehakiman Eric Holder, mengritik pernyataan Comey "membingungkan " dan "mengkhawatirkan."

Infografik asiatisch-amerikanische Bürger US-Wahl EN
Faktor pemilih berlatarbelakang Asia di Pilpres AS

Ia bahkan dituding melanggar Undang-undang Hatch yang melarang lembaga dan pegawai pemerintah mengintervensi politik, alih-alih pemilihan umum. Comey pun diminta mundur dari jabatannya. Harry Reid, tokoh Demokrat di Senat AS menyebut tindakan direktur FBI itu "diniatkan untuk membantu salah satu partai politik."

Comey, bekas kader Republik yang diangkat oleh Presiden Barack Obama, selama ini dikenal sebagai figur berintegritas tinggi. Dalam penyidikan awal Comey telah membebaskan Clinton dari semua dakwaan, kendati menyebut perilaku bekas menteri luar negeri itu "ceroboh" karena menggunakan Email pribadi selama menjabat.

Perkaranya surat yang dilayangkan Comey ke Kongres tidak benar-benar menempatkan Clinton dalam kursi dakwaan. "Surat itu mungkin sama sekali bukan tentang Clinton," kata John Podesta, Ketua Tim Sukses Demokrat. Ia menambahkan Comey sendiri "mengatakan bahwa Email-email tersebut mungkin tidak signifikan."

Namun begitu jajak pendapat mengindikasikan sebaliknya. Sejak surat direktur FBI itu muncul ke publik, popularitas Clinton menurun drastis. Jajak pendapat nasional yang digelar Washington Post dan ABC News bahkan cuma menempatkan Clinton satu persen di atas Donald Trump.

Sebab itu Clinton kini berkeliling di sejumlah negara bagian yang diperebutkan, terutama Florida. "Jika anda pernah terjatuh, yang penting adalah anda bangkit kembali," ujarnya di hadapan pendukungnya di Fort Lauderdale. "Kita baru saja pemanasan."

rzn/as