1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

FIFA Diguncang Skandal Suap

18 Oktober 2010

Sekitar tujuh minggu sebelum menunjuk negara tuan rumah Piala Dunia FIFA tahun 2018 dan 2022, FIFA didera skandal suap. Menurut Sunday Times, dua anggota Komite Eksekutif FIFA, telah bersedia untuk menjual suara mereka.

https://p.dw.com/p/Pgor
Presiden FIFA Sepp BlatterFoto: AP

Reporter surat kabar Inggris Sunday Times memperkenalkan diri mereka sebagai pengusaha Amerika Serikat ketika mereka bertemu dengan dua perwakilan tinggi FIFA. Kepada kedua pejabat FIFA ini, mereka mengutarakan keinginannya untuk membawa ajang Piala Dunia 2022 ke Amerika Serikat. Menurut laporan, para reporter secara rahasia berhasil merekam percakapan mereka dengan pejabat FIIFA dari Nigeria, Amos Adamu. Adamu meminta dana sebesar 600 ribu Euro untuk pembangunan beberapa lapangan sepak bola di Nigeria.

Ketika ditanyakan kepadanya, apakah ini akan mempengaruhi suaranya, Amos Adamu menjawab, "Tentu saja, ini akan berpengaruh. Jika Anda ingin menginvestasikan uang, tentu saja ini berarti, bahwa Anda menginginkan suara itu."

Wartawan Sunday Times bertemu dengan pejabat FIFA dari Nigeria ini sekali lagi. Dan kesediaan Adamu untuk menjual suaranya tetap tidak berubah. "Semua yang saya lakukan adalah bekerja sama dengan siapa saja yang dapat membantu kemajuan sepak bola Nigeria. Dan ini bukan untuk kepentingan pribadi atau semisalnya. Saya ingin memastikan, bahwa kami dapat terus memajukan sepak bola Nigeria."

Selain Amos Adamu, salah seorang anggota komite eksekutif FIFA lainnya juga diduga terlibat skandal suap ini. Para reporter Sunday Times juga bertemu dengan Presiden Federasi Sepak Bola Oceania Reynald Temarii dari Tahiti. Menurut keterangan, Temarii meminta dana sekitar 1,7 juta Euro untuk pendirian sebuah akademi sepak bola.

Sementara itu, Presiden FIFA Sepp Blatter mengaku sangat terpukul oleh laporan dugaan skandal suap di tubuh organisasi yang dipimpinnya. Dalam suratnya kepada 24 anggota komite eksekutif, Blatter menulis, laporan di harian Sunday Times berjudul Suara Piala Dunia untuk Dijual, membuat situasi menjadi sangat sulit. Informasi dalam artikel itu memberi dampak sangat negatif kepada FIFA dan proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Lebih lanjut, Blatter menyatakan, Federasi Sepak Bola Internasioanl FIFA akan melakukan penyelidikan terbuka terhadap kasus ini sesegera mungkin. Selain itu, FIFA juga meminta informasi serta dokumen seputar kasus ini. Demikian pernyataan tertulis yang diterbitkan oleh FIFA, hari Minggu kemarin (17/10).

Menurut jadwal yang telah ditentukan sebelumnya, ke 24 anggota komite eksklusif FIFA akan berkumpul pada tanggal 2 Desember mendatang, untuk memutuskan negara tuan rumah penyelenggara Piala Dunia tahun 2018 dan 2022.

Selain Amerika Serikat, negara kandidat lain yang akan memperebutkan lokasi penyelenggaraan Piala Dunia 2022 adalah Qatar, Korea Selatan, Jepang dan Australia. Sedangkan Piala Dunia 2018 direncanakan akan digelar di benua Eropa. Tuan rumah Piala Dunia 2018 akan diperebutkan Inggris, Rusia, Belgia bersama Belanda dan Spanyol bersama Portugal.

Torsten Huhn/Yuniman Farid

Editor: Ziphora Robina