1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Filipina Perkuat Pasukannya di Maguindanao

3 Desember 2009

Demi stabilitas keamanan pasca pembunuhan massal di Filipina Selatan 23 November lalu, pemerintah Filipina menambah jumlah tentara ke daerah tersebut.

https://p.dw.com/p/KphC
Andal Ampatuan Jr., tersangka utama dalam pembantaian di MaguindanaoFoto: AP

Salah satu tugas personil kemanana yang diturunkan ke provinsi Maguindanao ini adalah untuk mengamankan rumah-rumah klan Ampatuan dan kantor kantor pemerintah di provinsi Maguindanao.

Klan Ampatuan dilarang untuk meninggalkan tempat tinggal mereka. Andal Ampatuan Junior, putra gubernur Maguindanao yang menguasai wilayah itu, beserta anggota klannya diduga sebagai dalang dalam pembunuhan massal tersebut.

Al Jacinto, kepala redaksi harian lokal Mindanao Examiner yang terbit dan beredar di Filipina Selatan menerangkan kondisi terkini dari kota Zamboanga, "Sekarang jumlah tentara mencapai 4000 personil untuk mengantisipasi penangkapan anggota klan lainnya. Kemarin yang berwajib menetapkan Andal Ampatuan Senior, gubernur Maguindanao sebagai tersangka sehubungan pembunuhan massal tersebut, juga 10 anggota klan Ampatuan."

Dalam pembantaian itu, 57 orang ditemukan tewas dalam 2 kuburan massal terpisah di daerah perbukitan Maguindanao. Mereka dicegat oleh sekitar 100 orang bersenjata dalam konvoi mobil di tengah perjalanan menuju komite pemilu setempat, guna mendaftarkan Esmael Mangundadatu sebagai calon gubernur pada pemilu tahun 2010 depan. Istri. kerabat dan pendukung politik Mangudadatu yang kesemuanya perempuan, ditemukan diantara jenazah. Rombongan itu juga didampingi oleh sejumlah wartawan. Jumlah wartawan yang turut tewas dalam peristiwa itu tercatat 30 orang. Sementara seorang wartawan lainnya belum diketahui keberadaannya. Demikian keterangan Al Jacinto dari Mindanao Express.

Enam kelompok media Filipina yang berbasis di Manila bermaksud meminta bantuan PBB dalam menangani dampak kematian 57 orang itu. Dikhawatirkan, pembantaian tersebut dapat memperburuk keadaan menjelang pemilihan umum Filipina tahun 2010 depan. Melinda Quintos de Jesus, direktur eksekutif Center of Media Freedom and Responsibility Filipina mengatakan, bahwa mereka akan menggunakan segala cara termasuk meminta bantuan badan hak asasi manusia PBB untuk menangani pembunuhan massal tersebut.

Kelompok-kelompok jurnalis Filipina juga terus menyoroti integritas kinerja kepolisian dan proses hukum terhadap para tersangka, yaitu anggota klan keluarga Ampatuan yang diduga bermaksud menjegal Esamel Mangudadatu untuk maju dalam pemilihan gubernur mendatang. Klan Ampatuan dikenal sebagai pendukung setia Presiden Arroyo.

Di tempat terpisah, Kamis (03/12), Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo menghadiri pemakaman ke 57 korban kekerasan di kota General Santos. Berpakaian hitam, Presiden Arroyo menyatakan belasungkawa terhadap keluarga korban dan berjanji untuk mengusut peristiwa berdarah itu.

Miranti Hirschmann

Editor: Hendra Pasuhuk